Cuaca di italy terutama didaerah Tuscany sangat panas terlebih lagi dipertengahan bulan juni seperti ini, suhunya bahkan bisa mencapai 26 derajat celcius. Setelah selesai merapikan semua pakaian kedalam koper, aku berjalan menuju balkon sekedar untuk menghirup udara malam. Meskipun Tuscany adalah sebuah desa kecil di wilayah itali tidak membuat daerah ini sepi dari kunjungan wisatawan, tuscany terkenal akan pemandangan alam yang indah, hamparan kebun bunga matahari dan pergunungan menjadi ciri khas daerah ini. Aku tersenyum kecil memperhatikan sepasang kekasih yang sedang bercumbu mesra, mengekspresikan perasaan mereka sebebas mungkin tanpa merasakan takut.
Aku sangat beruntung bisa menikmati semua keindahan ditempat ini terlebih lagi bersama seseorang yang sangat aku cintai dan orang itu adalah Lee Sean, seorang idol terkenal yang berasal dari group yang sama denganku. Sejujurnya kami sudah menjalin hubungan ini selama lima tahun tanpa ada satupun yang tahu termasuk media, agensi dan para member kecuali Owen. Semua wanita menginginkan hubungan terbuka, jujur dan bebas tanpa rahasia seperti hubungan kami, sementara aku? Aku harus menjalani hubungan sembunyi-sembuyi, selalu merasa takut setiap kali menunjukan kemesraan bersama Sean dihadapan publik.
Selama ini Sean selalu menyakinkanku untuk memberitahu semua orang mengenai status kami sebagai sepasang kekasih. Namun, aku selalu melarangnya, aku lebih memilih bertahan menjalin hubungan seperti ini bukan karena aku tidak mencintainya, bukan pula karena aku takut ditinggalkan oleh fans yang membesarkan namaku, tapi karena aku takut hubungan ini akan berdampak besar pada para member dan agensi yang menaungi kami. Demi tuhan, aku ingin merasakan hubungan normal seperti pasangan lainnya, tapi jika keinginanku membuat semua pihak dirugikan maka aku lebih memilih hubungan seperti ini.
"Apa yang kau lakukan disana?"
Aku tersadar dari lamunan, sosok pria bertubuh tinggi dengan bahu lebar menatap heran kearahku. Pria itu adalah Lee Sean, kekasihku. "Kau sendiri apa yang kau lakukan eh? Dimana bajumu? Kenapa kau bertelanjang dada eoh? Bagaimana jika ada yang melihatnya?"
"Memangnya kenapa? Aku baru selesai membersihkan tubuhku, lagi pula tidak ada siapapun di sini selain kita berdua," Sean berjalan kearah Shina, kemudian memeluk tubuh Shina dari belakang dengan erat. Sean memejamkan matanya, menghirup aroma vanila pada tubuh kekasihnya. "Apa yang sedang kau lihat?"
"Mereka," Shina menujuk kearah pasangan kekasih yang sedang bercumbu mesra tanpa memperdulikan orang-orang disekitarnya. "Lihalah, mereka sangat bahagia bisa menghabiskan waktu mereka, bisa mengekspresikan perasaan mereka secara terbuka seperti itu."
"Bagaimana denganmu?" Shina langsung membalikkan tubuhnya ketika mendengar pertanyaan Sean. "Apa kau tidak ingin seperti mereka hm? Sayang, mau sampai kapan kita menjalin hubungan seperti ini eoh? Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu dengan bebas seperti mereka, bukan seperti ini. Kita tidak melakukan tindakan kriminal, lalu kenapa kita harus bersembuyi seperti seorang pelaku kejahatan?"
"Aku tahu dan aku mengerti perasaanmu, tapi aku takut jika hubungan kita ini akan memberi pengaruh besar pada para member. Sean, kita berdua tahu bagaimana kerja keras mereka untuk bisa berdiri ditangga kesuksesan seperti ini. Tidak mudah bagi mereka, kau juga aku mencapai posisi ini. Demi tuhan Sean, aku tidak ingin tindakan gegabah kita merugikan semua orang terlebih lagi mereka," ucap Shina dengan nada lirih.
Sean menyentuh wajah Shina, menatap mata wanita yang sangat dia cintai selama lima tahun ini melebihi dirinya. Ya, setidaknya itu yang Sean rasakan saat ini, saat dimana hanya ada Shina satu-satunya wanita dalam hidupnya. "Lalu bagaimana denganmu hm? Mau sampai kapan kau akan mengalah demi kami semua? Sampai kapan kau akan menahan sakitmu karena kelemahanku? Sayang, mengertilah aku juga terluka dengan hubungan rahasia seperti ini. Lima tahun sudah cukup bagi kita untuk bersembuyi."
Cupp...
Shina mengecup pelan bibir Sean, raut wajah Sean sedikit terkejut mendapatkan serangan tiba-tiba dari dari Shina terlebih lagi ini pertama kalinya Shina berinisiatif menciumnya lebih dulu. Sean nempak kecewa ketika Shina melepaskan tautan bibir mereka.
"Kenapa berhenti? Aku baru saja ingin menikmatinya. Argh! Aduh, aduh, sakit sekali." Sean meringgis kesakita saat jari Shina mencubit kuat pinggangnya.
"Berhenti menggodaku. Aish, aku pasti sudah gila saat itu sampai mau menerimamu menjadi kekasihku," Shina memijat dahinya sementara Sean hanya tersenyum nakal. Shina berteriak ketika Sean tiba-tiba menggendongnya ala bridal style. "Yak! Astaga Sean, apa yang kau lakukan? Cepat turunkan aku."
"Kau tahu, kita sudah menjalin hubungan selama lima tahun dan ini pertama kalinya kau menciumku. Tentu saja aku harus membalas ciumanmu. Kau sudah membangkitkan sisi liarku wanita nakal, jadi bertanggung jawablah sedikit."
Sean membawa Shina masuk kedalam, Shina berusaha memberontak sekuat tenaga agar bisa melepaskan diri dari cengkeraman Sean. Shina tahu betul seberapa buasnya Sean jika dia menginginkan sesuatu, apa lagi selama mereka menjalin hubungan Sean selalu menahan dirinya untuk tidak menerkam Shina ditempat tidur. Selama lima tahun ini, Sean selalu menahan nafsunya setiap kali berdekatan dengan Shina, Sean tidak ingin melakukan sesuatu tanpa seizin dari Shina meskipun dia sangat ingin segera menyatuh dengan wanita yang dia cintai ini. Sean menjatuhkan tubuh Shina keatas tempat tidur, raut wajah Shina nampak ketakutan melihat Sean tersenyum nakal menggodanya.
"Lee Sean, kau sudah berjanji tidak akan melakukannya tanpa izin dariku. Argh!" Sean menimpa tubuh Shina. Tangan kanannya bahkan mencengkeram kedua pergelangan tangan Shina diatas kepala Shina, sedangkan tangan kirinya sibuk membelai bibir Shina.
"Kau tahu betapa tersiksanya aku selama ini hm? Aku tidak mungkin melewatkan kesempatan ini, baby."
Shina menutup matanya saat Sean mengecup bibirnya, ciuman Sean begitu lembut membuat Shina tanpa sadar membuka mulutnya dan membiarkan lidah Sean bermain didalam rongga mulutnya. Setelah beberapa detik Shina menggelangkan kepalanya memberitahu Sean bahwa dia butuh pasokan udara untuk bernapas. Sean yang mengerti akan isyarat Shina segera menghentikan cumbuan panasnya dan membiarkan Shina menghirup oksigen sebanyak-banyaknya sebelum dia kembali mengunci bibir kekasihnya ini. Tidak lama kemudian, Sean melanjutkan aksinya kembali. Namun, ditempat yang berbeda, kali ini leher jenjang Shina menjadi mainannya.
Sean mencium, menjilat bahkan menghisap pelan leher jenjang Shina meninggalkan jejak kepemilikan pada kekasihnya. Shina hanya bisa menggigit bibir bawahnya menahan suaranya agar tidak mengudara keluar. Tiba-tiba saja Sean mengumpat kesal ketika mendengar suara ponselnya berdering membuatnya mau tidak mau harus menghentikan aksinya.
Sean menyingkir dari tubuh Shina dan bergegas menerima panggilan telpon yang masuk keponselnya. Shina hanya tertawa kecil saat melihat ekspresi kekesalan diwajah Sean, sebuah ekspresi yang tidak pernah ditunjukan oleh Sean dihadapan orang lain selain Shina dan para member.
"Ya. Baiklah, aku mengerti. Tidak perlu khawatir, aku akan kembali besok jadi berhentilah menghubungiku!" sebelum orang yang menghubunginya bicara lebih jauh lagi, buru-buru Sean memutuskan panggilan telpon itu secara sepihak. Sean menghembuskan napas kasar menjatuhkan tubuhnya disamping Shina.
"Ada apa? Apa terjadi sesuatu? Siapa yang membuatmu sekesal ini eh?" Shina menaiki alisnya menatap nanar kearah Sean.
"Siapa lagi kalau bukan perjaka tua itu. Huft, aku masih ingin menghabiskan waktu liburan bersamamu disini, tapi lelaki tua itu selalu mengangguku. Menyebalkan sekali."
"Kita memang harus segera kembali. Aku mematikan ponselku selama disini dan aku yakin saat ini ponselku penuh dengan pesan cacian dari Kibum-Oppa."
Sean melirik kearah Shina dan menarik Shina kedalam pelukkannya. "Apa kau akan kembali denganku lusa?"
"Tidak. Aku masih ada pemotretan besok. Aku akan kembali setelah menyelesaikan jadwal ku disini. Kau kembalilah lebih dulu, konser kita sebentar lagi, jangan sampai Namesis kecewa karena kita tidak memberikan performance terbaik," Shina nampak nyaman berada didada bidang Sean, tempatnya bersandar selama ini.
"Selesaikan pekerjaanmu dengan cepat dan segeralah kembali. Aku tidak bisa terlalu lama berjauhan denganmu. Aish, kenapa kau harus menerima tawaran bermain film? Tidak bisakah kau fokus saja pada Ethereal dan aku?"
"Hei, jika kau ingin protes lakukan saja pada agensi. Aku tidak akan berada ditempat ini jika agensi tidak menerima tawaran itu." Shina memukul pelan dada Sean. "Sean bukankan kau mendapatkan tawaran bermain drama? Kau tidak ingin mencobanya?"
Sean mengubah posisinya menghadap Shina, jemari tangannya mengusap wajah, mata, hidung dan bibir seksi Shina. "Entahlah. Aku tidak ada bakat acting, aku belum siap menjadi santapan haters yang menertawakan actingku."
"Omong kosong macam apa ini? Hei, kau ini berbakat. Sean cobalah, aku akan mendukung apapun pilihanmu. Jika itu terlalu berat untukmu, kau bisa melepaskannya." Shina menarik tekuk leher Sean dan melumat rakus bibir Sean. Aksi Shina yang tiba-tiba membuat Sean tidak menyia-nyiakan kesempatan, sebagai lelaki normal yang memiliki hasrat tentu dia menikmatinya dengan senang hati. Sean membuka kancing piyama yang Shina kenakan dan menarik paksa piyama itu dari tubuh Shina. Sean tertegun melihat dua bongkahan daging yang masih terbalut bra merah. "Ber-henti menatapku. Kau membuatku malu, sialan!"
"Eh sejak kapan kau mengumpat? Sepertinya aku harus menghukum bibirmu agar tidak mengumpat kasar seperti tadi lagi."
Sean kembali mengecup bibir Shina, mengabsen setiap inci gigi Shina. Tidak hanya itu jemari tangannya juga bergerak bebas mengerayangi tubuh Shina membuat suara erangan kenikmatan mengudara bebas. Malam ini, untuk pertama kalinya mereka melakukan penyatuan setelah sekian lama menahan diri, setelah sekian lama Sean menghormati keputusan Shina akhirnya ia bisa merasakan nikmatnya dosa termanis berada diatas tubuh kekasihnya melakukan pergulatan panas ditempat tidur.
"Desahkan namaku. Aku ingin kau menjerit mendesahkan namaku, baby. Akan ku buat kau tidak bisa berjalan besok," tubuh Shina mengeliat seperti cacing setiap kali Sean menyentuh. Suara erangan kenikamatan menemani malam panas mereka. "Ingatlah selalu malam ini. Malam dimana kau dan aku bersatu, jadikan kenikmatan ini sebagai dosa termanis kita. Argh! Ah~hm, baby!"
"Ah~Sean, hentikan ini. Kau terlalu cepat!" Shina meremas sprei tidurnya merasakan hentakan demi hentakan Sean. Shina sadar bahwa perbuatan mereka adalah kesalahan dan tidak seharusnya dia melemah mempertahankan kewarasannya. Akan tetapi, Shina tidak bisa menapik fakta bahwa dia menikmati penyatuan mereka. Menikmati setiap sentuhan Sean pada tubuhnya. Mungkin ini yang dikatakan orang-orang nikmatnya sebuah dosa.