Chereads / Intense Love ( Cinta Yang Intens) / Chapter 6 - Inilah, caraku menjagamu!

Chapter 6 - Inilah, caraku menjagamu!

Shina terbangun dari tidurnya, lalu dia mengusap kedua matanya. Shina melirik jam weker digital yang berada diatas nakas samping tempat tidur. Shina menatap sendu sosok pria yang masih tertidur pulas disampingnya, sosok yang sangat dia cintai selama lima tahun ini dan sosok yang menorehkan luka padanya akhir-akhir ini. Shina mengambil peingnoir, jubah panjang yang biasa dia gunakan sebagai luaran lingerie. Shina menarik tungkai kakinya keluar dari dalam kamar, ia berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air putih.

"Cih. Kau ini sangat menjijikan Shina Aoi," Shina meletakkan gelasnya di Kitchen Counter. Jujur saja Shina sedikit tersinggung dengan perkataan Owen yang terkesan merendahkannya.

"Kau ini bicara apa? Ini masih pagi, aku tidak ingin bertengkar denganmu."

"Kau ini pura-pura bodoh atau naif? Kau lupa Sean sudah menghiantimu, tapi alih-alih marah dan meninggalkan Sean. Kau memilih tetap bersamanya, menyerahkan tubuhmu seperti seorang jalang!' Owen berjalan mendekati Shina, ia sengaja menekan tubuhnya untuk lebih dekat dengan Shina. Owen menyeringgai saat mencium aroma bekas percintaan Shina dan Sean. "Aku baru tahu kalau kau semurah ini, Shina. Haruskah kau merendahkan dirimu demi bisa bersama Sean?"

"Cukup Owen! Kau tidak akan mengerti meski aku menjelaskannya padamu." Shina membalik tubuhnya, lalu dia mendorong tubuh Owen sedikit menjauh. Namun, Owen bukannya menyingkir malah justru memeluk erat pinggang ramping Shina. "Kau tidak akan mengerti dengan perasaanku! Kau? Apa kau pernah jatuh cinta? Kau pernah mencintai seseorang melebihi dirimu? Apa jantungmu pernah berdetak untuk orang yang kau cintai? Tidak bukan, kau tidak pernah merasakan semua perasaan itu, kau tidak akan mengerti sebelum kau merasakanya sendiri!"

'Aku mengerti! Aku sangat mengerti dengan semua perasaan itu melebihmu, Shina. Meski aku berada sedekat ini denganmu, kau tetap tidak bisa mendengar suara detak jantungku. Demi Tuhan, aku hanya tidak ingin kau terluka lebih jauh jika tetap bersama Sean.' menolong Owen sambil menatap sendu kedalam manik hitam Shina.

"Cih, bersihkan dulu tubuhmu sebelum kau berkeliaran. Aroma percintaan kalian sangat menyenggat. Hah jika bisa kembalilah ke apartement kalian, aku tidak ingin yang lain mendengar erangan dosa kalian. Kau sangat menjijikan shi-"

Plak ....

Owen menyeringgai menyentuh pipinya yang terasa panas akibat mendapatkan salam hangat telapak tangan Shina. Shina menatap sinis pada Owen, liquid bening menerobos keluar dari pelupuk matanya. Mereka terlalu sibuk bertengkar sampai tidak menyadari kehadiran dua sosok di undakan tangga yang sejak tadi memperhatikan pertengkaran mereka.

"Oh tidak! Noa katakan kalau kita salah lihat? Pasti ada yang salah dengan mataku, Kak Shina menampar Kak Owen? A-pa yang terjadi pada mereka?" Kata Leon sesekali mengusap matanya, memastikan bahwa pengelihatannya salah. Selama mereka hidup dan tinggal bersama, mereka tidak pernah melihat adanya kekerasan dalam dorm meski mereka kerap kali bertengkar, beradu agumen.

"Aish! Aku juga melihatnya, bodoh. Tidak ada yang salah dengan matamu jadi berhentilah mengusapnya!" Noa mencengkeram tangan Leon sebelum Leon mengusap matanya dengan brutal. "Sepertinya mereka berdua bertengkar. Entah apa yang terjadi, tapi Kak Owen sudah sangat keterlaluan. Dia bahkan tega membuat Kak Shina menangis."

"Berhentilah bersikap seperti jalang! Kau ini bukan wanita hina, tegakkan kepalamu, putuskan hubungan kalian sebelum kau semakin terluka dan jatuh kedalam ilusi kenikmatan yang Sean berikan," kata Owen dengan nada sedikit merendahkan. Owen tidak bermaksud bicara sekasar itu pada Shina, dia hanya ingin memberitahu Shina untuk berpikir rasional mengenai hubungannya dengan Sean. Lebih dari itu, Owen tidak ingin Shina semakin terluka dengan penghianatan Sean. Owen tidak ingin Shina menjajahkan tubuhnya sehina ini pada Sean. "Kau tahu, wanita normal yang masih memiliki harga diri tidak akan membuat keputusan bodoh sepertimu. Jika aku jadi kau, aku akan meninggalkan Sean dan hidup dengan membawa kehormatanku sebagai seorang wanita, sedangkan kau? Hah aku mengerti, kau takut tidak bisa menikmati hentakan Sean pada tubuhmu lagi? Kau tidak ingin Sean meninggalkanmu karena itu kau memilih tetap bertahan disisinya meski kau sudah dikhianati? Wah sulit dipercaya masih ada kisah cinta naif didunia ini."

"Cukup Owen! Aku bilang cukup!" pekik Shina frustasi. "Kau ini kenapa? Aku tidak ingat pernah melakukan dosa besar padamu, lalu kenapa kau memperlakukan ku sehina ini? Owen, a-ku juga terluka atas penghianatan Sean, tapi tidak bisakah kau berbaik hati sedikit padaku? Aku mohon, tolong jangan menabur garam pada luka ku karena itu semakin membuatku sakit."

"Terserah! Ini hidupmu, lakukan apapun yang kau mau."

Kaki Shina terasa lemas, ia segera menyentuh meja counter untuk menompang tubuhnya. Shina menggigit bibir bawahnya, menahan suara tangisannya agar tidak mengalun keluar. Shina memukul pelan dadanya yang terasa sesak, ia tidak marah dengan perkataan Owen, ia hanya sedikit kecewa pada dirinya sendiri yang tidak bisa melepaskan Sean. Jauh dalam lubuk hatinya ia membenarkan perkataan Owen, ia harusnya melepaskannya Sean bukan malah bertahan disisi Sean dan bodohnya meski mengetahui hubungan Sean dan Sally, dia melayani Sean ditempat tidur layaknya seorang wanita murahan.

Melihat Owen berbalik membuat Noa dan Leon kalang kabut, mereka bingung harus pergi kearah mana. Naik keatas atau meneruskan langkah turun kebawah.

Brukk ...

Argh!!!

Aduh!!!

Suara ringgisan kesakita terdengar, buru-buru Shina menghapus liquid bening diwajahnya menghilangkan jejak air mata. Owen berjalan kearah kedua anggota termudah Ethereal, ia sempat memberikan death glare-nya kearah Noa dan Leon. Owen melewati mereka begitu saja, ia menaiki undakan tangga menuju lantai atas. Noa dan Leon menghampiri Shina, melihat kedatangan mereka, Shina langsung tersenyum hangat. Dia tidak ingin kedua adiknya melihatnya keadaannya yang kacau, ya meski mereka sudah menyaksikan pertengkarannya dan Owen.

"Kak, kau baik-baik saja?" tanya Noa yang khawatir, ia tidak pernah melihat Shina menangis seperti tadi. Jujur saja Noa ingin sekali menyusul Owen dan menanyakan masalah yang terjadi antara Shina dan Owen.

"Kakak baik-baik saja, jangan kahwatir. Tumben kalian bangun pagi seperti ini, apa kalian ada jadwal pagi ini?" Shina tersenyum hangat pada Noa juga Leon.

"Ya. Jam sembilan nanti aku dan Noa harus ke agensi untuk membahas single terbaru kami," jawab Leon. Leon membuka lemari pendingin mengambil sebotol minuman. "Noona, aku lapar bisakah kau membuatkan sarapan untukku?"

"Tentu saja. Kalian bersihkan diri lebih dulu, jangan lupa bangunkan Jiho ya." Shina memeluk Leon dan Noa sebelum akhirnya kedua pria muda itu kembali keatas menuju kamar mereka masing-masing.

*****

"Apa yang Hyung lakukan pada Shina-Noona? Kenapa hyung membuatnya menangis seperti tadi?" begitu masuk kekamar Owen, Noa langsung mencerca Owen dengan berbagai pertanyaan. "Owen-Hyung, aku sedang bicara padamu!" Noa yang kesal diabaikan langsung menarik paksa headset yang menutupi telinga Owen.

"Apa-apaan kau ini? Kau tidak lihat aku sedang sibuk hah?" Owen memicing matanya kearah Noa yang berdiri tanpa rasa takut. "Ada apa? Jika kedatangamu kemari untuk mengangguku, lebih baik kau keluar saja. Aku tidak ada waktu untuk menemanimu bermain."

"Hyung, aku sedang tidak bercanda. Sebenarnya apa yang kau katakan sampai Shina-Noona menamparmu seperti itu?"

Owen menghentikan jar jemarinya yang sibuk mengotak-atik keyboard komputer. Owen sedikit memiringkan tubuhnya agar bisa melihat Noa dengan jelas. "Kau melihat semuanya? Noa, ada baiknya kau menutup rapat mata dan telingamu. Terlalu jauh masuk kedalam permasalahan orang lain itu tidak baik."

"Tapi masalahnya Hyung sudah membuat Shina-Noona menangis," pekik Noa yang tidak terima dengan penjelasan Owen. Bukan itu yang ingin Noa dengar, dia hanya ingin Owen menjelaskan situasinya dengan benar. "Kau melukainya, Hyung. Aku kecewa padamu!"

"Apa perduliku dengan kekecewaanmu? Sudahlah lebih baik kau keluar!" Owen mengibaskan tangannya seraya mengusir Noa keluar. Noa yang kesal bergegas keluar dari dalam kamar Owen. Owen menyenderkan tubuhnya ke kursi, matanya menatap kosong kearah langit-langit kamar. "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud melukai perasaanmu dengan kata-kata ku. Aku hanya ingin menjagamu dan inilah caraku menjagamu, Shina-Ya!"