Chereads / Intense Love ( Cinta Yang Intens) / Chapter 3 - Tolong, beri kami sedikit kebebasan!

Chapter 3 - Tolong, beri kami sedikit kebebasan!

Shina tidak bisa menyembuyikan kekesalan diwajahnya, bagaimana dia tidak kesal jadwal kepulangannya tiba-tiba berubah. Seharusnya Shina kembali seminggu yang lalu tapi lihatlah? Dia baru bisa kembali hari ini, kru produksi mendadak mengubah lokasi pemotretan disebuah pulau terpencil tanpa internet. Kekesalan Shina semakin terlihat jelas saat dia melihat kerumunan wartawan dipintu keluar bandara. Shina mengatur nafasnya dan bergegas menuju pintu keluar, Shina tidak mempunyai pilihan lain selain menerobos para wartawan itu.

"Shina-Ssi, apa benar berita yang beredar di internet kalau anda sedang menjalin hubungan special dengan lawan main anda?"

"Shina-Ssi tolong respon pertanyaan kami, apakah benar anda menjalin hubungan dengan aktor jepang Nakamura Genji?"

"Sudah berapa lama kalian menjalin hubungan?"

Para wartawan terus menyodorkan pertanyaan pada Shina, Shina nampak tidak perduli dengan pertanyaan para wartawan itu. Dengan penjagaan dari bodyguardnya Shina mencoba keluar dari kerumunan para wartawan, ini adalah resiko yang harus dia terima sebagai selebritis ternama. Tiba-tiba seorang wanita menerobos keamanan bodyguard dan langsung melempari Shina dengan telur busuk, beruntung Nakamura Genji muncul untuk melindunginya sehingga telur tersebut tidak mengenai wajah Shina malaikan punggung Genji.

"Dasar rubah betina, berhenti berpura-pura baik didepan kamera. Kau tidak lebih dari wanita murahan. Gara-gara kau, Nakamamura Genji dan Yuri-Ah putus!" teriak wanita itu

Shina menatap dingin wanita itu, bodyguard Shina menguatkan cengkeraman mereka saat wanita itu mencoba menyerang Shina. "Tolong jangan terlalu kasar padanya."

"Baik, Nona."

"Aku tidak mengenalmu ataupun wanita yang bernama Yuri itu. Baiklah, karena kalian semua sangat memperhatikanku maka aku akan sedikit bersuara," Shina melangkah maju mendekati wanita yang berada dicengkeraman bodyguardnya. "Pertama? Aku tidak merebut Nakamura Genji dari wanita manapun dan kedua."

Shina menatap para wartawan yang menunggu konfirmasi kebenaran berita mengenai hubungan Shina dan Genji. "Kedua? Tidak ada hubungan apapun diantara aku dan Tuan Nakamura Genji selain rekan kerja."

"Jika benar seperti itu, kenapa bisa muncul skandal mengenai kalian berdua?" ucap salah-satu wartawan yang ada disana.

Shina tersenyum sinis kearah wartawan yang melontarkan pertanyaan itu. "Maka kau harus mencari tahu kebenarannya? Bukankah kau dibayar untuk itu hm? Terima kasih karena kalian sudah mau menungguku di sini, tapi maaf aku harus segera pergi."

Shina bergegas meninggalkan tempat itu dengan ditemani salah-satu bodyguard kepercayaannya. Shina segera masuk kedalam mobil yang menjemput kepulangannya, di dalam mobil itu sudah ada Nana selaku asisten pribadinya.

"Aku tidak menyangkah skandal pertamamu akan seheboh ini," Nana sibuk membaca skandal Shina yang ramai dibicarakan di internet melalui notebooknya.

"Aku tidak perduli dengan skandal itu. Nana, beritahu sopir bahwa kita akan pergi lokasi Soundwave. Aku ingin mengikuti fansign bersama yang lain," ucap Shina tanpa menoleh kearah Nana yang berada tepat disampingnya.

"Apa? Kau yakin untuk menghadiri fangsign bersama yang lain? Kibum-Oppa memintamu untuk istirahat dulu, kau baru saja melakukan perjalanan jauh, Shina-Ya."

"Aku tidak lelah, fangsign tidak akan membuatku pingsan. Aku akan bertanggung jawab jika Kibum-Oppa memarahimu, aku harus segera sampai kesana sebelum acara dimulai." Shina memalingkan wajahnya kearah Nana saat melihat majalah yang Nana sodorkan padanya. "Apa ini?"

"Itu majalah pemotretanmu kemarin? Lihatlah dulu." Nana memberikan Majalah tersebut pada Shina, kedua mata Shina membesar sempurna saat melihat fotonya bersama Genji didalam kolam renang. "Bagaimana? Hasilnya tidak mengecewakan, bukan? Fotografernya benar-benar pintar dalam mengambil angel foto yang menarik."

"Nana, tidakkah menurutmu ini sudah berlebihan? Bagaimana bisa mereka mengedit fotoku seseksi ini? Aku bahkan tidak mengunakan bikini terbuka seperti ini selama pemotretan!" Shina berteriak frustasi melihat fotonya dan genji dimajalah itu, Shina yakin saat ini kemarahan Sean naik dua kali lipat setelah melihat majalah ini. "Argh! Nana, aku mohon selamatkan aku."

"Apa?" Nana manatap heran kearah Shina. "Selamatkan dari apa?Hah, soal berita ini? Jangan khawatir, agensi akan mengurusnya. Kau tenang saja."

"Bagaimana aku bisa tenang jika nyawaku jadi taruhannya," lirih Shina

*****

Sementara itu, tepatnya diruang tunggu, seorang pria menatap marah kelayar televisi. Sebuah skandal mengenai hubungan Shina dan genji terus bermunculan ditelevisi tanpa henti, amarah Sean semakin memuncak ketika melihat sebuah majalah yang menampilkan kemesaraan Shina dan genji dikolam renang. Kedua mata Sean tidak lepas dari layar televisi, sedangkan kedua tangannya nampak sibuk meremas majalah tersebut. Owen yang saat itu berada didekat Sean hanya bisa menatap heran kearah Sean. Owen langsung merebut majalah yang ada ditangan Sean, sebelum majalah itu hancur berkeping-keping menjadi korban dari keganasan Sean.

"Apa ini?" kedua bola mata Owen seakan-akan ingin melompat keluar begitu melihat foto Shina dengan balutan bikini bersama Genji. "Sean, ini tidak benar, bukan? Shina, tidak mungkin mau mengunakan bikini seperti ini."

Suno yang kesal mendengar berita mengenai Shina langsung mematikan televisi itu. "Apa mereka tidak ada berita lain selain berita sampah seperti itu?"

"Hei, Kak Shina adalah selebritis bersih tanpa skandal sama sekali. Ini adalah skandal pertamanya hal yang wajar jika semua media memberitakannya tanpa henti," ucap Jiho yang sibuk memainkan ponselnya.

"Kak Owen, apa yang ada ditanganmu?" Yohan yang penasaran dengan majalah yang ada ditangan Owen langsung merampas majalah itu begitu saja dari tangan Owen. "Apa-apaan ini? Adakah diantara kalian yang bisa menjelaskannya?"

Mendengar perkataan Yohan para member yang lainnya langsung mendekati Yohan untuk melihat majalah itu. Tiba-tiba saja mereka semua membisu, otak mereka mencoba mencerna apa yang mereka lihat. Mereka tidak percaya jika Shina yang mereka kenal tertutup, berani memakai pakaian seksi seperti itu. Ketika semua orang sibuk dengan pikiran mereka masing-masing, tiba-tiba seseorang membuka pintu ruangan dan orang itu tidak lain adalah Shina. Shina menelan salivanya, dia merasa ditelenjangi ketika para member menatapnya menuntut penjelasan. Shina menghela napas berat, kemudian dia menjelaskan situasi yang sebenarnya pada mereka.

"Hah, begitu ceritanya. Sejak awal aku sudah meragukan keaslian majalah ini. Kak Shina tidak mungkin mau berpenampilan seperti itu," ucap Noa.

"Tsk. Bukankah kau bilang tubuh Kak Shina disini terlihat seksi?" cibir Suno yang ada didekat Noa, Noa hanya tersenyum kikuk menahan malu.

Yohan terus memperhatikan Shina kemudian kembali menatap majalah itu. "Kalau dilihat-lihat, tubuh Kak Shina jauh lebih seksi dari yang terlihat dimajalah. Benarkan Jiho?"

Sean yang kesal melihat Yohan terus menatap foto Shina di majalah itu langsung merampas majalah tersebut dan merobeknya. "Jika kalian sudah siap, keluarlah. Fangsign sebentar lagi akan dimulai dan kau Shina Aoi segeralah ganti pakaianmu."

"Kak Sean ada apa denganmu? Kau terlihat mengerikan sekali hari ini," Leon bergegas meninggalkan ruangan diikuti yang lainnya. Shina hendak keluar menyusul mereka, akan tetapi Sean lebih dulu mencengkeram lengannya, menghentikannya langkah Shina.

"Sean, kau harus segera keluar. Aku juga harus menganti pakaianku," Shina menghindari tatapan mata Sean.

"Lihat aku, Shina!" Shina memberanikan diri menatap Sean. "Kau tidak mengabariku selama seminggu ini, sekarang kau kembali dengan skandal murahan seperti itu."

"Ya Tuhan, bukankah aku sudah menjelaskan situasinya padamu. Lokasi pemotretannya berubah. A-ku?" Cup Sean mencium Shina, Shina langsung mendorong tubuh Sean sedikit menjauh darinya. "Apa yang kau lakukan? Kau lupa kita sedang berada dimana saat ini. Bagaimana jika ada staf yang melihat?"

"Aku tidak perduli! Biarkan saja semua orang tahu kalau kau ini milikku," Sean menaikkan kedua bahunya.

"Sean jangan mulai lagi," Shina berkacak pingganag menatap kesal kearah Sean.

"Cepat ganti pakaianmu atau kau bisa menunggu disini."

"Tidak, tidak. Aku datang bukan untuk menunggu kalian. Aku juga ingin menyapa Namesis!" pekik Shina tidak terima.

Mereka berdua tidak sadar bahwa sejak tadi Owen melihat kemesraan mereka. Owen menyandarkan tubuhnya pada dinding, ia memejamkan matanya sejenak. Owen bergegas menarik tungkainya menjauh sebelum Shina ataupun Sean melihat keberadaannya. Owen satu-satunya orang yang mengetahui fakta mengenai hubungan mereka sebagai sepasang kekasih, jauh dalam lubuk hatinya, Owen tidak rela Shina menjalin hubungan dengan Sean.

Ratusan orang baik prempuan maupun pria memenuhi ruangan tempat dimana Ethereal mengadakan fansign bersama fans mereka. Fansign adalah salah satu acara yang sangat ditunggu oleh para fans, dimana dalam acara hari ini mereka bisa berinteraksi langsung dengan idola mereka sekaligus mendapatkan tanda tangan. Lihatlah betapa antusiasnya para fans yang ada disana karena bisa melihat idola mereka dari jarak sedekat ini, siapa yang tidak ingin bisa berada sedekat ini dengan delapan member dari sebuah group idol terkenal seperti Ethereal?

Saat member yang lain sibuk berinteraksi dengan fans yang ada dihadapan mereka, salah-satu member nampak fokus memperhatikan interaksi Shina dengan salah-satu fans prianya. Raut wajah Owen terlihat kesal terlebih lagi saat dia melihat fans pria itu dengan lancangnya menyentuh wajah Shina. Owen mendesis kecil melihat kedekatan Shina dan fans prianya tersebut. Setiap kali melihat kedekatan Shina dengan pria lain ada perasaan tidak suka didalam hati Owen, sekalipun pria itu adalah Sean yang notabane kekasih Shina.

"Kak Owen, perhatikan ekspresimu. Kau membuat namesis takut," bisik Noa yang berada disisi kanan Owen.

"Owen-Oppa bolehkan aku memelukmu?" Owen yang terlalu fokus memperhatikan Shina tidak mendengar permintaan namesis yang ada dihadapannya itu. "Owen-Oppa, apa kau tidak mendengarkan aku eoh?"

"Kak," Owen kembali sadar saat Noa mencubit kuat lengannya. "Apa yang kau pikirkan? Kau tidak dengar namesis ini ingin memelukmu?"

"Hah? Maafkan aku. Tentu saja kau boleh memelukku. Mendekatlah, aku akan memberikan pelukan hangat untukmu." Owen tersenyum sambil memeluk namesis wanita itu. Namun tatapannya masih terfokus pada sosok Shina yang kini sedang tertawa bersama Jiho dan Yohan.

"Kak, jika kau sakit sebaiknya istirahat saja," Noa terlihat khawatir dengan Owen. Meski biasanya Owen tidak terlihat semangat tapi pria bermulut pedas ini tidak pernah kehilangan fokusnya.

"Kau ini cerewet sekali, Noa. Sstt, jangan bersuara lagi. Aku baik-baik saja," Noa berdecak kesal mendengar ucapan Owen yang sedikit keterlaluan menurutnya. Noa hanya mencemaskan keadaan Owen, tapi pria ini malah mengatainya cerewet.

Acara Fansign berjalan dengan baik tanpa hambatan sama sekali, setelah acara selesai mereka kembali ke dorm untuk beristirahat. Jadwal mereka kedepannya begitu padat, agensi yang menaungi mereka memberikan sedikit kelonggaran mereka untuk rehat sejenak sampai konser di Las vegas diadakan. Setibanya di dorm, mereka sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing, Yohan dan Jiho memilih mengistirahatkan tubuh mereka dikamar, Owen yang memilih berkutat dengan tumpukan nada didalam studio musiknya. Hah jangan lupakan tiga pembuat honar, Noa, Suno dan Leon. Ketiga anggora termuda ini sudah berisik memainkan game di ponsel mereka.

*****

Srekk ....

Shina mendorong pintu kamar yang berada tepat dihadapannya tanpa perasaan takut sedikitpun. Tentu saja, Shina tidak merasa takut sama sekali, jika dia terbiasa keluar masuk kamar ini dengan ataupun tanpa izin dari pemiliknya. Shina menarik tungkainya mendekati pria yang berbaring diatas tempat tidurnya, sepertinya pria itu sama sekali tidak menyadari kehadiran Shina didekatnya.

"Owen!" Owen sama sekali tidak terkejut dengan kehadiran Shina didekatnya, Shina menghela napas berat memperhatikan Owen yang sibuk mengontak-antik ponselnya.

"Yak! Kim Owen, aku sedang bicara padamu!" Shina mengerutu kesal melihat sikap acuh Owen, Shina tidak habis pikir kenapa banyak wanita diluar sana yang begitu menginginkan pria dingin seperti ini sebagai suaminya? "Owen, jangan membuatku kesal."

"Hn!!"

Apa hanya itu yang bisa dia katakan? Owh Tuhan, bisakah pria ini tidak bersikap sedingin ini pada Shina, satu-satunya member wanita dalam group mereka? Shina sangat mengenal Owen dan dia tahu kalau Owen tidak suka diusik ataupun menghiraukan orang lain, jika dia sedang fokus dengan sesuatu. Tapi, itu bukan berati dia juga harus bersikap seperti ini pada Shina, bukan? Shina yang kesal langsung merampas ponsel dari tangan Owen.

"Yak, apa yang kau lakukan?" Owen membetulkan posisi duduknya, kemudian menatap tajam kearah Shina. Jujur saja Shina sedikit ketakutan melihat tatapan itu, setiap kali marah ataupun tidak menyukai sesuatu Owen akan memberikan tatapan menakutkan itu padanya. "Kembalikan ponselku. Aku harus membalas pesan Aeri sebelum dia marah."

"Tidak! Aku tidak akan memberikan ponselmu sebelum kau turun dan makan malam bersama kami. Cepat turun para member menunggumu."

"Katakan pada mereka, aku tidak ikut makan malam bersama kalian. Cepat kembalikan ponselku. Pergilah, sebelum Sean kemari dan memukulku karena melihatmu dikamarku."

Owen berusaha merebut ponselnya kembali dari Shina, Shina bukannya memberikan ponsel itu pada Owen, tapi justru menahannya semakin erat sehingga terjadi aksi tarik menarik diantara dua sahabat sekaligus musuh itu.

Brakkk...

Mereka berdua jatuh diatas tempat tidur, kedua mata mereka saling menatap satu sama lain. Shina yang malu tanpa sadar mendorong tubuh Owen menjauh darinya.

"Aku akan mengembalikan ponselmu setelah makan malam," Shina mengatur ekspresi wajahnya agar Owen tidak menyadari perubahan wajahnya yang menahan malu. "Cepat turun, aku tidak akan memaafkanmu kalau mereka sampai sakit karena menunggumu."

"Cih. Sejak kapan kau begitu menyebalkan?"

"Yak! Kim Owen mau sampai kapan kau bicara tidak sopan padaku eoh?Aku lebih tua dari mu."

"Tsk. Berhentilah bersikap seperti ibuku, Shina. Usiamu hanya terpaut delapan bulan dariku."

"Mau delapan bulan, delapan jam atau bahkan delapan menit tetap saja aku lebih tua darimu."

Owen berjalan melewati Shina dan bergegas keluar dari kamarnya. Owen terlihat kesal, dia tidak suka setiap kali Shina membicarkan usia mereka. Usia mereka hanya terpaut delapan bulan. Tapi Shina, selalu memperlakukannya seperti anak kecil, kalau seperti itu apa bedanya dia dengan Leon, member termuda diantara mereka? Owen dan Shina menemui yang lain dimeja makan.

"Kak Owen, kenapa lama sekali? Cacing dalam perutku sudah berontak karena menunggumu terlalu lama!" Suno menpoutkan bibirnya, Owen terlihat tidak perduli dengan keluhan yang keluar dari mulut adiknya itu.

Para member menikmati makan malam tanpa ada keributan sama sekali, selesai makan mereka kembali melanjutkan aktivitas mereka masing-masing. Leon dan Noa kembali bermain game dikomputer kamar mereka, Yohan yang sibuk mengerjakan lagunya distudio musik milik Owen. Suno, Sean dan Jiho memilih memainkan ponsel mereka sambil mendengarkan berita ditelevisi diruang tengah. Jika kalian menanyakan keberadaan Owen, tentu saja beruang kutub itu sedang berhibernasi dikamarnya. Beruang kutub itu lebih memilih tidur dari pada menghabiskan waktunya bermain bersama para member.

"Eh Manager-Nim?" Sean dan Jiho yang mendengar Suno menyebut nama manager mereka langsung menghentikan kesibukan mereka dan menatap nanar kearah sosok pria yang berada tidak jauh dari mereka. "Kak Jack, ada apa malam-malam kemari?"

"Ada pekerjaan yang harus aku bicarakan dengan Shina. Di mana Shina?" Jack memperhatikan keadaan sekelilingnya. Namun, dia tidak menemukan keberadan Shina sama sekali.

"Kak Shina, ada dikamarnya. Tunggu sebentar aku akan panggilkan Kak Shina," kata Jiho

"Tidak perlu, aku akan menemuinya langsung," Jack menarik tungkainya menjauh, kakinya menaiki undakan tangga satu persatu. Sean mengerutkan dahinya memperhatikan kepergian Jack.

"Pekerjaan apa yang mereka bicarakan?" tanya Suno heran.

Di dalam kamar, Shina mendengarkan penjelasan Jack tanpa berniat menyela perkatan pria berusia empat puluh tahun itu. Shina mengusap kasar wajahnya, lagi-lagi dia tidak bisa berangkat bersama yang lain ke Las Vegas. Popularitas Shina sebagai seorang artis serta model membuat aktivitasnya bersama Ethereal berkurang. Shina sudah pernah membicarakan hal ini pada Ceo agensi yang menaungi Ethereal untuk mengurangi jadwal pribadinya. Dia tidak ingin kesibukannya sebagai seorang artis membuat namesis yang membesarkan namanya kecewa dan merasa Shina melupakan mereka.

"Apa kali ini aku tidak bisa menolaknya?"

"Jangan khawatir, kau masih bisa mengikuti konser bersama mereka. Aku akan mengurus semuanya, aku yang akan bicarakan ini pada yang lain." Jack menepuk pelan pundak Shina. "Setelah pekerjaan ini, kami akan memberikanmu libur. Sean sudah memutuskan untuk bermain dalam drama bersama Sally. Aku harap kau bisa membantu dan mendukung karir Sean sebagai aktor."

"Oppa bukan itu maksudku. Dua tahun ini kalian selalu memberikan banyak pekerjaan padaku. Aku ini seorang penyanyi, bagaimana bisa kau lebih mengutamakan acting dan modeling dari pada groupku. Aku harap Oppa tidak lupa bahwa berada diatas panggung besar sebagai penyanyi adalah impianku."

"Aku mengingat impian kalian dengan baik. Aku sudah membicarakan ini pada Im Pd-Nim mengenai ini, setelah shooting iklan ini selesai kau bisa kembali fokus bersama Ethereal. Selesaikan pekerjaanmu dengan baik agar kau bisa menyusul ke Las vegas sebelum konser dimulai."

"Setelah Sean debut sebagai aktor, apa kalian akan memberikan banyak pekerjaan padanya sama sepertiku?" Shina menatap sinis kearah Jack. Shina sangat mengenal seperti apa pimpinan mereka. Pimpinan mereka tidak akan melewatkan keuntungan sedikitpun, jika debut Sean dalam drama sukses dan Sean menerima banyak tawaran maka pihak agensi akan terus memperkerjakan Sean seperti robot. "Aku tidak perduli sebesar apa keuntungan yang Sean berikan pada kalian, tapi aku harap kalian tidak memaksanya menerima pekerjaan yang tidak dia sukai. Kami bukan robot, jadi tolong perlakukan kami sedikit manusiawi! Tolong, berikan kami sedikit kebebasan."