Pada masa dan dimensi waktu yang berbeda.
Musim semi tahun 205 Masehi, masa pemerintahan Dinasti Han Timur, di kota Houguan, daerah Komanderi Kuaiji di provinsi Yang.
Esok hari telah tiba, melahirkan harapan dan angan-angan baru. Cahaya fajar tampak menyembul di kejauhan bagaikan mutiara di kaki langit. Perlahan-lahan matahari terbit mulai memancarkan rona kemerahan dan jari-jari emas sinarnya menerangi pemandangan sekitarnya. Paduan suara fajar dari kicau burung yang merdu pun mulai terdengar.
Di tengah embusan angin laut dan deru ombak yang cukup menggelora di pagi itu, tampak seorang pria muda mengenakan pakaian serba putih yang berkibar-kibar tertiup angin. Pria itu menawan dengan rambut yang diikat tinggi dan hiasan rambut dari batu giok. Mukanya tertutup topeng hitam, memperlihatkan mata cekung setajam elang dan bibir merahnya. Dia berdiri di sana mengamati sekelilingnya. Pria muda itu bernama Zhu Longwei.
Seorang pria bertubuh tegap dan perkasa yang juga mengenakan topeng hitam, berdiri di belakangnya dengan tangan tidak pernah lepas dari pedang di pinggangnya. Dia adalah Meng Jie, pengawal setianya. Mereka sedang dalam misi pengintaian sejumlah aktivitas rahasia di daerah itu.
Mereka sedang berdiri di sisi tebing tinggi yang curam pada ceruk tersembunyi dengan permukaan datar yang sempit. Di bawah tebing, gelombang laut tinggi yang ganas menggelora bagaikan mulut-mulut monster raksasa yang menganga lapar. Hanya orang yang menguasai Kung Fu tingkat tinggi yang mampu berjejak di atas tebing terjal itu.
"Tuan, sebaiknya kita kembali. Tidak mungkin orang itu akan datang hari ini. Kita sudah menunggu begitu lama, tetapi dia sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya."
"Diamlah! Tunggu sebentar," sahut Zhu Longwei seraya mengangkat tangannya, memberi isyarat agar pengawalnya terdiam.
Baru saja dia selesai berbicara, terdengar kegaduhan pertarungan di kejauhan. Dari posisi mereka berdiri, keduanya bisa mengamati pertarungan sengit di bawah. Tampak seorang gadis muda berpakaian hijau zamrud sedang bertarung melawan sekelompok pria.
Siapa gadis itu? Pertarungan ini tidak imbang. Cepat atau lambat, gadis itu akan terdesak dan kalah atau bahkan tewas, pikir Zhu Longwei seraya mengernyit. Namun, dia tidak berbuat apa-apa, hanya mengawasi mereka dari tempatnya berdiri.
Perlahan-lahan, riuh rendah teriakan yang saling bersahutan, dentang pedang-pedang yang beradu, dan kepulan debu yang pekat lama-lama makin mendekat.
Benar dugaannya. Pertarungan yang tidak imbang menyebabkan gadis muda itu makin terdesak ke bibir tebing. Tanpa tempat pelarian yang bisa dituju, serangan gadis itu makin tak menentu karena fokusnya mulai teralihkan antara menghindari serangan musuh atau dihadapkan pada kemungkinan tergelincir dari tebing. Risiko yang terakhir itu akan menyebabkan dia akan terlempar ke lautan menggelora yang dipenuhi batu-batu karang tajam bagaikan perangkap pisau yang siap mengoyak tubuhnya.
"Tuan ... " ujar Meng Jie dengan mengernyit. Dia juga menyaksikan pertarungan yang tidak imbang ini dan merasa iba dengan keadaan gadis itu.
Zhu Longwei tidak menghiraukan desakan sang pengawal. Pertarungan ini menarik baginya, tetapi dia tidak tertarik untuk ikut campur. Kung Fu gadis itu lumayan hebat. Seandainya dia tidak terdesak ke pinggir tebing, dia pasti mampu bertahan menghadapi banyak lawannya.
Zhu Longwei berkata dalam hati, mari kita lihat bagaimana kamu mengatasi lawan dalam kondisi terjepit.
Tak lama kemudian, dia tersenyum saat melihat gadis itu berhasil menghindari serangan lawan setelah beberapa jurus mematikan dengan pedangnya. Matanya menatap tajam saat mengamati setiap langkah demi langkah gadis itu dan lompatan indahnya di udara.
"Jurus pedang Kekuatan Pemecah Angin. Salah satu jurus andalan Keluarga Bangsawan Tan," bisik Meng Jie saat berhasil mengenali jurus pedang yang digunakan gadis itu.
Memang benar, gadis muda yang sedang bertarung dengan orang-orang itu berasal dari Keluarga Bangsawan Tan, Marquis Jiujiang. Tepatnya, dia adalah Tan Xiuying, salah seorang putri dari Marquis Jiujiang.
"Benar. Kamu hebat! Dia pintar memilih jurus itu di tengah situasi terjepit dengan memanfaatkan kekuatan angin laut," sahut Zhu Longwei. Dia sedang mengamati jurus yang terkenal hebat di kalangan dunia persilatan. Konon, jurus pedang Kekuatan Pemecah Angin pada tingkat akhir bahkan mampu merobohkan banyak musuh dalam sekali kibasan.
"Namun, pertarungan ini tidak imbang, Tuan. Saya kasihan dengan gadis itu. Mungkinkah kita perlu turun tangan?"
"Tidak perlu. Tunggu dan lihat saja nanti."
Mereka kembali menyaksikan pertarungan sengit itu dengan antusias, memperhatikan setiap jurus, langkah, lompatan, dan kibasan pedang gadis itu dengan cermat. Namun, sehebat apa pun keahlian pedang dan ilmu bela dirinya, siapa yang sanggup bertahan menghadapi lawan sebanyak itu?
Beberapa saat kemudian, keadaan berubah ketika mendadak muncul seorang wanita berbaju merah yang menunggang kuda dari kejauhan. Wanita itu mengacungkan pedangnya dengan tatapan garang. Di belakangnya, lebih banyak lagi pasukan mengikutinya dengan berbagai macam senjata.
"Hentikan semuanya!"
Mendengar perintahnya, pertarungan pun terhenti. Banyak pasang mata mengarahkan perhatian mereka pada wanita berbaju merah yang tampak seperti orang terhormat dan sangat berkuasa.
"Hei, Nona, menyerahlah. Hukumanmu pasti akan lebih ringan. Jangan lari! Kamu berani bertindak, harus berani bertanggung jawab!" pekik wanita berbaju merah itu dengan berang.
"Maaf, Yang Mulia. Saya tidak mengerti maksud Anda," sahut Tan Xiuying tenang, sama sekali tidak menunjukkan rasa takut atau gentar. Saat ini dia berdiri tegak dan menatap wanita berbaju merah itu dengan ekspresi datar.
"Masih mau mengelak?"
"Saya benar-benar tidak mengerti maksud Anda, Yang Mulia."
"Biar kuperjelas lagi. Kamu sudah menghancurkan keluargaku dengan akal licikmu dan mengambil barang berharga yang bukan milikmu. Tindakanmu bisa dianggap melawan Kaisar. Apa yang sudah kuperbuat padamu hingga aku layak menerima semua ini?"
"Yang Mulia, aku tidak berbuat seperti yang kamu dakwakan," sahut gadis muda itu dengan tenang, meskipun dalam hatinya kini mulai merasa gentar. Baru kali ini dia menghadapi pertarungan dengan banyak orang yang mengepungnya sekaligus menerima dakwaan kejam wanita itu.
"Semua bukti ada di tanganku. Masih mau mengelak? Atau kamu memilih persoalan ini dilaporkan kepada Kaisar?"
Tan Xiuying tertegun sejenak, tetapi langsung menyahut, "Silakan, Yang Mulia. Lakukan apa saja yang menurut Anda benar."
Wanita berbaju merah itu makin berang dan kembali mengacungkan pedangnya. "Pengawal, tangkap dia! Aku butuh dia hidup-hidup!"
Sedetik kemudian, belasan prajurit menyerbu serentak dan mengepung Tan Xiuying dari segala arah.
Tan Xiuying tertegun dan mundur selangkah. Tanpa disadari, kakinya berjejak hanya tinggal sejengkal dari bibir tebing, sementara orang-orang di depannya bergerak maju selangkah demi selangkah.
Melihat keadaan yang tak menguntungkan, Tan Xiuying makin terdesak ke bibir jurang dengan lautan menggelora di bawahnya. Tidak ada pilihan lain yang lebih aman baginya. Dengan sisa harapan terakhirnya, dia mengambil keputusan cepat dan tanpa pikir panjang segera melompat ke dalam air. Dengan kemampuan berenangnya yang hebat, dia yakin bisa selamat dan naik ke daratan setelah keadaan aman nanti.
Namun siapa sangka, Tan Xiuying menghadapi bahaya lain yang tidak pernah bisa diduga. Begitu dia meluncur ke air yang dalam, tiba-tiba dia merasa tubuhnya tenggelam di kedalaman air dengan pusaran air hampa yang mengelilinginya dari segala arah. Tidak ada apa-apa di sana dan sangat sunyi. Satu-satunya suara yang bisa didengar adalah deru arus yang memerangkap dirinya dan siap menelannya bulat-bulat. Seperti terjebak di dunia lain tanpa bisa bernapas atau melarikan diri.
Dengan kedua tangan menggapai dan kaki menendang lemah, Tan Xiuying mencoba mendorong dirinya keluar dari air. Namun dia tak berdaya, tubuhnya bahkan terseret arus lebih jauh ke bawah. Saat inilah terjadi pertarungan dalam tubuhnya untuk setiap sisa udara terakhir. Udara tersedot keluar dari tubuhnya. Air dingin memenuhi paru-parunya dan darah berdenyut di belakang matanya.
Tan Xiuying bisa merasakan paru-parunya berteriak mencari udara, menangis saat kaki dan tangannya meronta-ronta dengan panik. Pasokan udaranya habis dan mulutnya secara naluriah membuka untuk menghirup udara. Air menyembur ke paru-parunya, menyebabkan gelombang rasa sakit yang hebat memantul dari tulang rusuknya dan di sekujur tubuhnya. Karena menelan air sambil mencoba bernapas, akhirnya dia tersedak dan batuk.
Setelah menghirup air, dia mulai berhalusinasi. Dia tenggelam dalam keheningan di laut dalam lagi, negeri dongeng yang luas dan istimewa. Di sanalah dia tidak bisa lagi merasakan penderitaan. Suara di sekitarnya menjadi lebih samar-samar. Namun, dia tidak sanggup membuka matanya, dia tidak sanggup melihat dunia luar.
Dia ingin berteriak dan menendang, tetapi mendapati dirinya sangat lelah. Lengan dan kakinya mati rasa karena gerakan tanpa henti. Dia bisa melihat permukaan di atasnya, tampaknya dekat, tetapi begitu jauh. Melihat kilauan sinar matahari yang beriak di atas air, seakan-akan mengolok-olok betapa rapuhnya dia.
Semua yang dia pelajari tentang upaya bertahan hidup sudah menguap dari otaknya. Makin dia berjuang, makin dia kehilangan arah dan menjadi tak berdaya. Seberapa pun kerasnya dia mencoba untuk melawan, dia terseret arus lebih jauh ke bawah.
Saat kepanikan memudar menjadi mati rasa, detak jantungnya makin melambat. Air matanya membaur dengan air. Pikirannya menjadi kosong, hatinya mulai menyerah dan tubuhnya sama sekali berhenti meronta. Dia menyerah pada kegelapan dan membiarkan air menyeretnya jauh.
Di tengah situasi kalut dan putus asa, tiba-tiba Tan Xiuying merasakan sebuah tangan yang kuat mencoba menangkapnya tetapi sudah terlambat; dia sudah berada jauh di dasar air sekarang dan kegelapan mulai menyelimutinya.
Penolongnya adalah Zhu Longwei.
Meskipun awalnya tidak berniat ikut campur, Zhu Longwei telah menyaksikan seluruh pertarungan itu hingga detik terakhir. Dia mulai waswas saat memperhatikan air laut yang tiba-tiba lebih mengganas dan membentuk pusaran air yang mahadahsyat.
Semua orang bisa melihat Tan Xiuying kemudian tersedot ke dalam pusaran air. Setelah menunggu beberapa saat lamanya, kerumunan orang banyak itu pun pergi dari tempat itu ketika berpikir gadis itu pasti sudah tewas tertelan oleh air laut.
Saat keadaan mulai lengang, Zhu Longwei segera bertindak. Dengan ilmu meringankan tubuh tingkat tinggi, dia melayang turun ke air, meluncur cepat ke dalam pusaran air dan berusaha menggapai Tan Xiuying.
"Tuan!" seru Meng Jie tak berdaya saat menyaksikan tuan mudanya terjun ke dalam air tanpa berpikir panjang dan dalam sekejap tubuhnya ikut tertelan dalam pusaran air.