Chereads / Jatah Mantan Ku / Chapter 7 - Kebingungan

Chapter 7 - Kebingungan

"Drew kamu," ucapku dengan menatap wajah Andre.

"Maaf Mel, tapi aku sungguh mencintaimu." Andre kembali hendak memelukku. Tapi, kali ini aku coba menghindar bukan karena aku sudah tidak mencintainya. Tapi, aku sudah menganggap Andre sebagai teman ku tidak lebih.

"Maaf Drew, aku nggak bisa. Aku lebih nyaman kita jadi teman, maafkan aku Drew." Tolak ku secara halus.

"Tapi, Mel!" Sanggah Andre sambil menggenggam tanganku.

"Aku harap kamu mengerti Drew, cinta itu tidak bisa dipaksa. Aku mengerti dengan perasaanmu tapi, aku lebih nyaman kita menjadi teman." Gumamku kembali menenangkan Andre.

"Tapi, Mel. Aku benar-benar mencintaimu, beri aku kesempatan satu kali lagi. Aku janji akan membahagiakanmu?"

"Aku tidak bisa Drew maaf," balasku dengan melepaskan pegangan tangannya.

"Baiklah. Aku akan menunggumu hingga kamu kembali mencintaiku lagi," ucap Andre dengan lirih. Sebenarnya aku tidak tega melihatnya seperti itu. Tapi, aku juga tidak bisa memaksa hatiku untuk kembali menerimanya. "Ya sudah ayo pergi," aku pun pergi bersama Andre ke restoran yang tadi Andre rekomendasikan. Sepanjang jalan kami berdua hanya duduk berdiam diri tanpa ada pembicaraan satu sama lain. Entah kenapa perasaanku mendadak canggung saat ini.

*****

Sore ini aku kembali ke rumah sakit untuk menemani ibuku. Tapi, entah kenapa perasaanku sedikit gelisah. Aku takut jika ayah datang dan memberikan video itu pada ibu, sedangkan aku masih bingung dengan jawaban apa yang aku pilih.

"Nak, kamu baik-baik saja kan?" Tanya ibu padaku.

"Aku baik-baik saja bu, ada apa!" Tanya ku kembali.

"Tidak apa-apa. Hanya saja dari tadi ibu perhatikan kamu terlihat sedang gelisah nak, apa ada sesuatu yang terjadi!" Sebenarnya aku tidak ingin menutupi masalah apapun dari ibu. Tapi, kali ini aku benar-benar bingung apa yang harus aku lakukan.

"Semuanya baik-baik saja bu, mungkin aku hanya sedikit lelah jadi dengan tidak sadar aku malah gelisah," entah apa yang aku katakan. Aku sendiri pun tidak mengerti dengan jawaban yang aku ucapkan itu.

"Jika kamu lelah, lebih baik kamu pulang saja nak. Ibu baik-baik saja lagipula disini banyak suster yang menjaga ibu," titah ibu padaku. Dan langsung mendapatkan penolakan dariku.

"Tidak bu, aku ingin tetap disini bersama ibu. Aku tidak mau ibu kenapa-kenapa saat aku tidak ada," kataku sambul merengkuh tubuh ibuku.

"Kamu ini sudah besar masih saja, seperti anak kecil." Balas ibuku sambil mengusap rambutku.

"Ibu jika aku menikah nanti, apa ibu akan ikut denganku?" Tanyaku tiba-tiba pada ibu.

"Tidak nak, ibu akan tetap tinggal di rumah kita yang dulu. Karena biarpun kamu mendapatkan suami yang mapan, tapi ibu jadi pengganggu rumah tangga kalian." Jawab ibu dengan senyuma.

"Kenapa bu! Bukankah engkau mertua suamiku kelak?" Tanyaku kembali.

"Karena tidak semua orang bahagia tinggal bersama orang tua mereka, jika sudah menikah nanti," aku hanya terdiam beberapa saat, sebelum aku menanyakan hal lainnya.

"Mm bu, jika aku menerima penawaran ayah bagaimana?" Tanyaku dengan hati-hati.

"Tawaran yang mana Mel?" Tanya ibuku dengan kening yang berkerut.

"Saat tadi pagi ayah datang kemari menawarkan aku menikah dengan teman anak ibu," kataku dengan penuh hati-hati.

"Tidak. Ibu tidak akan mengijinkannya," tolak ibuku dengan tegas.

"Kenapa bu! Apa ada sesuatu yang ibu sembunyikan?" Tanyaku dengan penuh rasa penasaran.

"Bu?" Tanyaku kembali saat melihat ibuku terdiam. "Apa benar ibu menyembunyikan sesuatu padaku?" Aku semakin penasaran saat melihat ibuku terdiam dengan memalingkan wajahnya.

"Sudah Melly jika kamu lelah, lebih baik kamu pulang!" Usir ibuku sambil merebahkan tubuhnya diatas bangkar rumah sakit.

"Maaf jika aku sudah bertanya seperti itu bu, aku tidak ada maksud untuk-" sebelum ucapanku selesai. Tapi, ibuku sudah lebih dulu memotong.

"Tinggalkan ibu sendiri Mel, ibu ingin istirahat!" Sosor ibuku tanpa melihat wajahku.

"Tapi, bu?" Tawarku dengan lirih.

"Pergi Mel," usir ibuku sekali lagi.

"Baiklah aku pergi dulu bu, selamat istirahat Bu!" Akhirnya dengan berat hati aku pergi meninggalkan ibuku sendiri. Entah kenapa aku semakin yakin jika ibuku sedang menyembunyikan sesuatu dariku.

"Apa ini ada hubungannya dengan ku?" Batinku bertanya.

"Lalu bagaimana, jika aku menolak keinginan ayah. Aku takut ayah akan menunjukkan video itu pada ibu," gumam ku sambil menggigit jari. "Apa yang harus aku lakukan?" Aku semakin gelisah tatkala melihat waktu semakin terus berjalan. Sedangkan aku masih belum bisa menentukan pilihan atas jawabanku pada ayah.

"Argh, kenapa semuanya jadi seperti ini? Aku pikir dengan aku menjual tubuhku, semua masalah akan selesai dengan cepat. Ternyata aku salah, masalah malah semakin runyam," decak ku sambil menarik rambut sendiri.

Sementara di lain sisi, Bima kembali menghubungi Andre. Dan meminta aku melayaninya kembali.

"Baik, bos. Saya akan segera memboking Melly untuk anda!" Balas Andre di balik sambungan telepon.

"Kurang ajar, kenapa harus Melly? Kenapa tidak orang lain saja," decak Andre sambil memukul tembok.

"Kenapa aku merasa sangat tidak rela, apa aku benar-benar mencintainya lagi?" Gumam Andre sebelum meneleponku.

Tut..

Tut..

Sambungan telepon mulai terhubung, itu pertanda aku sudah pulang.

"Halo?" Jawab ku di balik telepon dengan nada malas.

"Selamat malam Mel, apa aku mengganggu mu?" Tanya Andre padaku.

"Tidak. Ada apa menghubungi ku Drew?" Tanyaku sedikit malas.

"Aku hanya ingin menyampaikan, jika tuan Bima ingin bermain dengan mu lagi!" Papar Andre di balik telepon. Entah kenapa aku sangat malas, padahal aku sedang membutuhkan banyak dana untuk operasi kedua ibuku.

"Maaf Drew, sepertinya untuk saat ini aku tidak bisa. Aku sangat lelah dan lagi, aku harus menjaga ibuku di rumah sakit," tolak ku dengan cepat.

"Tapi, tuan Bima bersedia membayar mu dengan mahal!" Pinta Andre satu kali lagi.

"Maaf Drew, aku memang sangat membutuhkan uang itu. Tapi, saat ini tubuh ku sangat lelah," tolak ku kesekian kalinya.

"Baiklah. Kau istirahat yang cukup ya, aku tidak mau kamu sampai sakit Mel,"

"Iya Drew, sampaikan maafku untuk tuan Bima ya Drew!" Pesanku pada Andre sebelum teleponnya aku tutup.

"Tidak tahu kenapa hari ini tubuhku terasa sangat lelah. Bahkan bukan hanya tubuhku yang lelah, pikiranku pun terasa sangat terkuras. Banyak sekali masalah yang datang hari ini, di tambah lagi ibuku pun sedang marah padaku. Entah apa yang membuatnya semarah itu padaku, padahal aku hanya bertanya tentang pria itu?" Pikirku sambil melihat langit-langit kamar yang banyak di singgahi, sarang laba-laba.

"Andai saja uang kemarin yang aku dapatkan dari hasil jual diri, tidak di pakai biaya ibuku di rumah sakit. Pasti saat ini aku sudah pindah rumah yang sedikit lebih layak dari ini," pikiranku melayang entah kemana, semua pikiran berputar-putar menjadi satu. Tidak lama setelah itu, aku tertidur dan terbawa ke alam mimpi.