"Terus lari Lisa." ucap Rival dalam batin.
"Apa? Kenapa dia selalu mengejarku." tanya Lisa yang tidak bisa membalas batin Rival karena ia tidak mengerti bagaimana caranya, bahkan ia belum mempelajari itu walaupun guru selalu menjelaskan di kelas.
"Akkk!" Lisa terus berlari berteriak yang ia bisa.
"Tidak! Jangan ke area sekolah!" Pintah Rival.
Lisa pun berbelok kembali. "Terus aku harus ke mana?" tanya Lisa mulai panik.
"Ke hutan!" ucap Rival.
Lisa pun menurut, namun kakinya sudah lelah sekali, mungkin karena kakinya yang lelah, Lisa terjatuh dengan cepat Rival turun dari atas pohon untuk mendekati Lisa dan memotongnya, melompat bersama dengannya. Tanpa disuruh remaja perempuan itu mencoba memeluk leher Rival dengan erat.
Mereka mencoba beristirahat dan bersembunyi dari makhluk tersebut.
"Apa kau bisa jelaskan makhluk apa itu?" tanya Lisa.
"Aku juga baru melihatnya." jawab Rival.
"Lalu sampai kapan kita di sini?" tanya Lisa tidak tahan dengan semua ini.
"Diamlah, aku sudah mengirim pesan pada Green." ucap Rival.
"Untuk apa! Kau ingin anak orang jadi korban! Selesaikan sendiri masalahnya, jangan libatkan orang lain!" ucap Lisa mulai kesal.
Ucapan Lisa membuat Rival terdiam berpikir yang diucapkan Lisa memang ada benarnya, Ia mulai mencoba mencari cara lain, arwah itu terus mencari mereka yang bersembunyi di atas pohon dengan dahan yang rindang sehingga itu dapat menyembunyikan mereka dari mahkluk tersebut.
"Baiklah, apa di sekolah sihir ada yang memiliki kekuatan Transformasi?" tanya Rival.
"Maksud mu Teleportasi?" tanya Lisa membenarkan ucapan Rival.
"Ya terserah, apapun itu." jawab Rival.
Lisa cemberut tidak suka dengan reaksi Rival yang kurang bersahabat dengannya. "Ada namanya Truly, kakak kelas kami, orangnya sangat cantik dengan rambut perang yang megah-"
"Aku tidak menyuruh mu untuk menjelaskan orangnya!"
"Terus?"
"Katakan saja nama dan umurnya."
"Truly, 20 tahun, dia mahasiswa di sini."
"Aku baru tau kalau di sini juga ada Universitas."
"Kau kan anak baru."
"Baiklah, aku akan mencobanya." Rival mencoba menggunakan kekuatan batinnya untuk orang yang ia tidak lihat, mencoba hanya menggunakan nama dan umur saja, Ia berharap ia bisa menggunakannya, jika ini berhasil berarti kekuatan batinnya mulai berkembang pesat.
"Kau menemukannya?" tanya Lisa penasaran.
"Diamlah aku sedang konsentrasi!"
"Baiklah." Lisa mulai diam dan menunggu.
Rival mencoba dan sepertinya ia berhasil memasuki sebuah kelas, entah di mana itu Ia melihat beberapa
["Truly." Panggil Rival.]
Salah satu wanita berhenti tertawa dan menoleh ke belakang, tepat melihat Rival melihatnya.
"Truly? Ada apa?" tanya salah satu temannya.
"Entahlah, aku mendengar seperti ada yang memanggil ku." Jawab Truly.
"Mungkin itu hanya perasaanmu saja."
"Mungkin." Truly lanjut berbincang dengan teman-temannya.
["Truly, apakah kau bisa membantuku?" tanya Rival.]
"Aak!" Truly terkejut begitu juga dengan teman-temannya.
"Truly ada apa?" tanya salah satu temannya kembali.
["Ayolah, jangan buat teman-temanmu panik,"]
"Kau mau apa?!" tanya Truly takut, membuat teman-temannya kebingungan dengan tingkah laku Truly yang tiba-tiba aneh, mereka perlahan menjauh dari Truly.
["Bantu aku, kami terjebak di hutan, kau bisa membuka portal untuk kami?" tanya Rival.]
"Posisi kalian tepat di mananya?" tanya Truly.
Salah satu temannya mencoba memanggil seseorang untuk memeriksa Truly, mereka takut jika Truly mengalami sesuatu penyakit.
"Truly?" Panggil seorang wanita yang ternyata guru di sekolah
Tapi Truly tidak mempedulikan wanita tersebut, ia berusaha membuka portal pintu dengan kekuatannya, menggerakkan tangannya dengan lingkaran. Seluruh murid dan teman-temannya menjadi takut dengan apa yang dilakukan Truly.
Ketakutan itu bertambah menjadi menegangkan saat sebuah tangan keluar dari lingkaran tersebut, begitu juga Truly, hampir saja ia berteriak membuat suasana lebih parah.
Sedangkan dilihat Rival. Lisa berusaha untuk membuka pintu portal tersebut dengan bantuan Rival.
"AAAKK!!" Mahkluk asap hitam itu berteriak. Lagi-lagi membuat mereka yang ada di sekolah terkejut mendengarnya, dengan cepat Truly mencoba membuka pintu portal lebih lebar untuk Lisa dan Rival masuk.
"Cepat masuklah!" Perintah Truly berhasil membuka setengah jalan untuk mereka berdua.
Saat mereka yang di belakang hanya melihat perjuangan Truly, akhirnya mereka tahu apa yang dilakukan Truly, dengan cepat mereka mencoba menarik Lisa untuk masuk ke tempat yang aman.
"Tunggu. Rival! Cepatlah masuk!!" teriak Lisa.
Entah apa tujuan Truly, Ia mengubah tempat portalnya menjauh dari Rival, yang awalnya di atas dekat mereka, namun saat Rival ingin masuk, Truly memindahkannya ke bawah.
"Apa yang kau lakukan!! Temanku belum masuk!!" ucap Lisa mengguncang-genangan lengan Truly, khawatir dengan keadaan Rival.
"Diamlah, Truly sedang berusaha mencari tempat aman, agar mahkluk itu tidak ikut masuk ke sini." ucap salah satu murid senior.
Lisa mulai mengerti. "Maafkan aku, aku tidak mengerti dengan kekuatan kalian."
["Di mana portalnya!!"] tanya Rival terus berlari.
Dengan cepat Truly membuka portalnya kembali. "Di sini!!" teriak Truly satu meter di bawah Rival.
Rival pun melompat ke bawah pohon dan terus berlari menuju portal tersebut, mengambil ancang-ancang untuk masuk. Namun.
JLEB!
Darah segar mengenai wajah mereka yang di dekat portal. Membuat semua yang ada di sana berteriak histeris suasana menjadi lebih parah dari sebelumnya. Lisa dan Truly yang lebih dekat di sana terdiam dengan jelas melihat adegan yang mungkin membuat mereka trauma. Bagaimana tidak, kedua wanita itu baru saja melihat seseorang di rusak dari belakang dengan sesuatu yang tajam, bahkan mereka melihat tubuh Rival diangkat dengan tinggi oleh mahkluk tersebut.
"Tutup portalnya!!" teriak seseorang.
Dengan cepat portal tersebut diambil alihkan.
"Rival, tidak mungkin." Tubuh Lisa bergetar.
Truly melihat Lisa dengan penyesalan. "Maafkan aku, aku tidak tau kalau bakal seperti ini jadinya." ucap Truly menyesal yang sama sedihnya seperti Lisa.
Mata Lisa berkedip dengan cepat sebanyak dua kali kedipan, membuat beberapa tetes air mata terjatuh dari sana.
"Siapa murid laki-laki itu?" tanya salah satu guru.
"Dia temanku." ucap Lisa menahan sedihnya.
"Siapa yang bertanggung jawab atas dirinya?" tanya guru itu kembali.
~*~
Habil mencoba tenang saat pelayan kesehatan membalut luka yang dengan perban. Ia masih ingat sekali saat Rival berteriak dan menghancurkan seluruh kaca yang ada di sana.
"Aku tidak mengerti lagi apa kekuatan aslinya." ucap Qabil menyadarkan Habil dari lamunannya.
"Itu sebabnya tuan Eric, menyuruh kita untuk selalu menjaganya luar dan dalam." Habil berkomentar.
Ucapan Habil membuat Qabil menarik napas panjang. "Semoga tidak ada masalah lagi setelah ini." ucap Qabil berharap, entah kenapa matanya melihat kedatangan seorang wanita berambut pirang masuk ke dalam ruang kesehatan khusus karyawan mencuri perhatiannya. "Siapa dia?" tanya Qabil, memperhatikan wanita berambut perang itu yang sibuk berbicara dengan perawat di sana.
"Apa dia membicarakan kita?" tebak Habil, dan ternyata terbakar Habil benar, perawat itu menujuk mereka yang kebetulan melihat ke sana.
Dengan cepat Habil dan Qabil membuang muka berpura-pura tidak melihat apa-apa. Qabil mencoba mengintip sedikit, melihat wanita perang itu tersenyum dan akhirnya berjalan ke ayahnya, itu membuatnya semakin salah tingkah.
"Apakah kalian Habil dan Qabil?" tanyanya.
"Ya benar, apa ada yang bisa kami bantu?" tanya Qabil berlagak formal.
"Saya Truly, murid senior sekolah sihir. Saya ke sini ingin memberitahu kalau murid laki-laki yang bernama Rival sudah tiada dan itu karena saya." Truly menunduk menangis menyesal.
Mendengar itu membuat senyuman Habil dan Qabil berangsur menghilang menjadi masam.