Ini sudah keterlaluan, sepanjang hidup remaja laki-laki ini tidak pernah tenang. Kemanapun ia pergi, dua pria misterius mengejarnya secara berutal tanpa henti dan mengenal waktu. Bahkan saat malam hujan deras datang, mereka masih mengejar.
Qabil dan Habil, nama kedua pria itu. Entah kenapa orang tua mereka memberikan nama itu, mungkin suka atau hanya kebetulan saja. Saat semua orang sudah terlelap tidur abadi di dalam dunia mimpi, mereka harus menjalankan panggilan pekerjaan, yaitu mengejar seorang remaja laki-laki yang sepertinya menyalahgunakan pemberian Tuhan.
Dengan sigap remaja laki-laki itu meraih tangga darurat yang tersedia di apartemen tua. Suara tangga yang sudah berkarat berdecit karena gesekan dari porosnya. Qabil dengan berpakaian serba hitam mencoba meraih kaki remaja tersebut, namun gagal.
Itu membuatnya kesal. "Sial!" hardiknya.
Habil dengan berpakaian putih terdiam memandang Qabil tanpa ekspresi sedikitpun, menghentakkan kaki pada permukaan aspal jalan yang sudah dipenuhi dengan genangan air hujan, membuat genangan air sedikit bergelombang itu membuat dirinya melambung tinggi dengan mudah ia mendarat tepat di lantai atas apartemen. Membuat remaja laki-laki yang baru sampai di sana terkejut ketakutan.
"Tidak!! Gua kagak mau ikut kalian!!" teriaknya, menunjukkan sebuah belatih pada Habil.
"Hidup mu akan terjamin jika ikut dengan kami." Habil mencoba menyingkirkan belatih tersebut dari pandangannya.
Tap!
Remaja laki-laki itu terkejut dengan cepat mengarahkan belatih yang ia genggam sedari tadi di arahkan ke depan pria berpakaian serba hitam yang baru sampai mendaratkan kaki.
"Jika kau tidak mau aku akan memaksa mu." ucap Qabil.
"Kakak, hentikan itu. Aku mohon." balas Habil. Memberikan tangan kanannya untuk diraih remaja laki-laki itu.
Ia menatap telapak tangan Habil dengan ragu-ragu untuk menerima jabatan tangan tersebut, senyuman manis Habil terlukis saat tangan mereka saling bertemu. Lambat laun mereka sudah berpindah tempat, itu membuat remaja laki-laki terheran, bahkan sempat mengamuk saat mengetahui ia ada di mana.
"Gua kagak mau ke sini!! Kenapa lu bawa gua ke sini!!" teriaknya panik.
BUK!
Sebuah pukulan keras menghantam wajahnya, membuat ia terjatuh tersungkur hingga pingsan.
"Kakak." panggil Habil memperingati.
Namun Qabil tidak mempedulikan peringatan itu, dengan gagah ia melangkah meninggalkan Habil bersama remaja laki-laki yang masih tidak sadarkan diri atau mungkin saja ia sedang tertidur.
~*~
Dengan perlahan Qabil menutup pintu ruangan saat ia ingin beranjak pergi dari sana. Tanpa Qabil sadari dari kejauhan dibalik tembok pilar seorang remaja perempuan mengintip kepergiannya, sekuat apapun mereka menyembunyikan sesuatu dari remaja perempuan ini, itu sia-sia saja, karena Tuhan memberikan kekuatan pada dirinya yang bisa melihat apapun yang mereka sembunyikan. Bibir tipisnya terangkat membentuk senyuman, ia mencoba berbalik untuk kembali ke kamarnya, namun kali ini Dewi Fortuna tidak berpihak pada dirinya, di depannya sudah berdiri seorang Wanita dewasa dengan gaun apron dan celemek putih, dia seperti tokoh mama di anime Neverland, begitu menakutkan, Priscilla Denbright.
"Nona Lisa Hecate Thomas, sedang apa anda di sini?" tanyanya memberikan senyuman lebar pada Lisa. Ia benar-benar mirip dengan sosok tokoh itu, sedikit membuat remaja pemilik nama lengkap Lisa Hecate Thomas berdelik ngeri.
Remaja bernama Lisa Hecate Thomas putri dari Mr dan Mrs Thomas yang memiliki kekuatan yang sama dengan putri mereka atau Lisa yang memiliki kekuatan dari kedua orang tuanya, yang pasti mereka sudah senior dalam hal itu. Penduduk Bumi memanggil mereka keluarga dengan berambut ikal hitam dengan kulit sedikit sawo matang dan iris mata coklat, namun itu sangat cocok untuk mereka, mereka terlihat eksotis.
"Ibu Priscilla. Selamat malam." Sapa Lusi memberikan senyuman pada wanita itu.
"Kau jauh dari asrama putri sayang." ucapnya, lagi-lagi memberikan senyuman menakutkan itu.
"Ya, saya tau. Kalau begitu, saya permisi untuk kembali ke kamar. Selamat malam." Lisa membelai belakang lehernya, berjalan mencoba menjauh dari wanita menakutkan itu.
Priscilla Denbright adalah pengasuh para murid di Sekolah Sihir. Dengan rambut hitam yang di cepol, kulit putih pucat, bayangkan saja jika ia tidak memakai lipstik pada bibirnya, mungkin saja ia seperti hantu karena kulitnya yang seperti mayat hidup, mungkin saja jika cepol pada rambutnya lepas, ia akan seperti sosok hantu wanita yang kalian takuti selama ini.
Pengasuh murid di Sekolah Sihir? Ya, kalian berada di sekolah khusus. Mereka yang memiliki kekuatan pemberian Tuhan, namun tidak diharapkan oleh mereka yang dibilang manusia normal. Tapi bagi Lisa ini bukan masalah, karena orang tuanya pun memiliki hal yang sama dengan dirinya, namun bagaimana dengan murid lain?
"Dari mana saja kau?" tanya seorang murid perempuan dengan penampilan serba hijau, dari rambut bahkan penampilan yang ia pakai, jika kalian mendekat padanya maka kalian akan melihat iris matanya yang berwarna hijau muda, Lady Green. Asal usulnya masih menjadi rahasia, yang jelas Lady Green memiliki kekuatan alam.
Lisa terkejut. "Aku rasa ada murid baru yang akan bergabung di sekolah ini." ucap Lisa senang memberitahu kabar tersebut.
Lady Green melipat kedua tangannya. "Apa kau mengintip lagi?" tanyanya, tidak suka dengan perilaku teman kamarnya itu.
Lisa hanya bisa cengar-cengir, bersamaan dengan pintu kamar terbuka, Lisa melihat ke arah pintu dan Green menoleh, sepertinya salah satu teman kamar lainnya terbangun karena ulah mereka.
"Sedang apa kalian malam-malam begini?" tanya perempuan dengan rambut warna senja menyala seperti api. Ya, diantara mereka, dialah yang menduduki kekuatan yang memiliki emosi yang paling tinggi. Green lebih memilih masuk ke dalam kamar tanpa mempedulikan pertanyaan dari perempuan berambut senja itu. Membuat dirinya dan Lisa melihat kepergian Green.
"Apa dia sedang PMS?" tunjuk-nya.
"Mungkin." jawab Lisa menyusul Green.
Remaja berambut panjang berwarna merah itu hanya mengangkat kedua alisnya tanda heran dengan sikap teman kamarnya. Mata Emas yang membara melihat Green yang sudah berbaring membelakangi dirinya, dilihatnya Lisa yang sudah bersiap untuk tidur kembali.
"Apa yang kau lihat?" tanyanya. Membuat Lisa menghentikan gerakannya dari selimut.
"Tidak Lisa! Tidurlah!" Suruh Green.
Membuat remaja berambut ikal itu mengatup bibirnya, itu membuat remaja berambut merah tidak senang dengan ucapan Green, kedua remaja itu memang tidak pernah akur, mungkin karena kekuatan mereka yang berbeda.
Ini yang Lisa takutkan, ia beranjak turun dari ranjang bersiap untuk keluar dari kamar untuk berteriak memanggil pemadam kebakaran.
Ya, kekuatan remaja perempuan berambut merah itu adalah api, jika Lisa tidak melakukan hal itu, maka asrama wanita akan habis terbakar. Dengan cepat Lisa menekan tombol darurat, suara nyaring dari alarm peringatan berbunyi membuat seluruh murid perempuan beranjak keluar dari kamar.
Namun sepertinya dugaan Lisa kali ini salah, ia bisa melihat kedua teman kamarnya keluar, melipat kedua tangan dan menggeleng-gelengkan kepala.
"Lisa!!" teriak Ibu kepala sekolah.