Chereads / Revenge in Marriage / Chapter 16 - Hari-Hari Tenang

Chapter 16 - Hari-Hari Tenang

Hari demi hari berlalu begitu saja, tak sadar begitu cepat berlalu hingga sudah satu bulan berlalu semenjak kejadian Haris mengganggu Aleena. Semenjak saat itu pula, Aleena tidak melihat Haris sama sekali. Entah tidak keluar rumah atau memang Haris telah pergi dari rumahnya. Tapi, Aleena tidak terlalu memperdulikannya. Toh, hidup bukan hanya soal perasaan. Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan oleh Aleena untuk menyambung hidup sebagai seorang yatim piatu.

Hari ini adalah hari libur bekerja. Baik Aleena, Hanum dan Faraya masing-masing berdiam diri di kamar mereka. Padahal, hari sudah menunjukkan pukul 9 pagi, namun semuanya asik di kamar. Entah apa yang dilakukan oleh mereka.

Aleena yang dikamar seorang diri, menghabiskan waktunya untuk merebahkan tubuhnya. Bekerja seharian membuat tubuhnya begitu cepat lelah, seperti tubuh seorang wanita tua, padahal mereka adalah anak muda yang seharusnya memiliki semangat dan tenaga yang banyak.

Aleena masih berada di posisi baring diatas kasur, dengan beberapa kali merenggangkan tubuhnya sambil memainkan ponselnya untuk melihat berita-berita di sosial media. Sesekali Aleena tertawa terbahak-bahak melihat lelucon yang ada di media sosial.

"Sudah satu bulan berlalu, tapi, Tuan Evano tidak pernah menghubungi saya. Ada apa, yah? Apa dia menghentikan balas dendamnya? Ah, mana mungkin," gumam Aleena yang tiba-tiba teringat sesuatu.

"Memang sih, terakhir bertemu Tuan Evano mengatakan jika semuanya diserahkan kepada saya, tapi dia tidak memberitahu jika Tuan Aslan ada dimana. Kan, saya tidak tahu jadwal mereka. Kota ini bukan kota yang kecil, kalau sekarang saya ke supermarket, belum tentu Tuan Aslan kesana, kan?" pikir Aleena.

"Tapi, saya sama sekali belum ada ide untuk rencana selanjutnya. Apa ikut dengan rencana Tuan Evano saja? Ah, tidak. Rencana dia selalu mengancam nyawa. Nanti, bukan uang yang saya dapatkan, melainkan batu nisan. Hih, ngeri," pikir Aleena lagi sambil membayangkan dia yang sudah tidak bernyawa.

Tok! Tok! Tok!

Pintu kamar Aleena terketuk perlahan. Aleena pun berdecak kesal kepada sang pengetuk. Pintu kamarnya yang dikunci membuat Aleena harus bangkit dari tidurnya dan beranjak menuju ke pintu untuk membuka kunci.

Krek!

Pintu terbuka dengan sempurna disaat Aleena membukakan kuncinya.

"Kau baru bangun?" tanya seorang wanita pengetuk pintu yang ternyata dia adalah Faraya.

"Hm tidak, sudah dari tadi, cuman memang belum beranjak dari kasur, bahkan belum mandi," jawab Aleena seadanya.

"Kau jorok sekali, Aleena."

"Tidak jorok, kok. Kan hari ini libur, tidak kemana-mana. Untuk apa mandi? Menghabiskan air saja, bukan?"

"Tidak begitu konsepnya, Nona. Kau harus terlihat rapi, bersih dan wangi walaupun hanya di dalam kamar saja."

"Hei, saya tanya, rapi, bersih dan wangi, untuk apa? Toh, di kamar juga seorang diri, kan? Mau memperlihatkan dengan cicak di dinding kalau kita sudah mandi?"

Faraya menghela nafasnya perlahan, seperti tidak ada ujungnya jika berdebat dengan Aleena. Ya, sahabatnya sudah tahu Aleena yang tidak bisa dibantah. Jika dia berucap, maka ucapannya adalah sebuah kebenaran.

"Terserah kau saja, untuk saat ini kau pantas dikatakan sebagai wanita yang paling jorok disini. Entah punya dosa apa calon suamimu sampai mendapatkan istri jorok sepertimu."

"Hei, jangan membawa calon suami, dong!" kesal Aleena.

"Sudahlah, saya lelah. Oh iya, saya kesini hanya ingin mengajak kamu jalan-jalan. Nanti sebelumnya kita cari makan siang dulu."

"Jalan-jalan?"

"Iya. Kita sudah sangat lama tidak berjalan-jalan bersama, kan? Rasanya sangat butuh healing."

"Jalan-jalan kemana emangnya?"

"Seperti biasa saja, Aleena. Ke mall, nonton bioskop, keliling mall, habis itu makan, dan pulang. Seperti biasanya yang kita lakukan, Aleena. Hanum sudah oke, kok. Tinggal kamu saja."

"Ayolah, kita sudah lama tidak jalan-jalan. Suntuk juga kalau di pikir-pikir, kan? Apa kamu tidak bosan jika rutinitas kita hanya bekerja pulang, bekerja pulang. Kita butuh penyegaran," ujar Faraya lagi yang berusaha untuk menggoda Aleena untuk ikut bersama mereka.

Aleena pun terdiam seketika, memikirkan ajakan yang disampaikan oleh Faraya. Sebenarnya, Aleena sangat malas keluar rumah. Baginya, healing terbaik adalah dengan rebahan sepanjang hari di kasur kesayangan tanpa ada gangguan. Tapi, ucapan Faraya memang benar jika hidup terlalu membosankan dengan rutinitas yang itu-itu saja. Mereka membutuhkan sesuatu yang berbeda. Healing dengan cara yang sedikit berbeda dari hari-hari biasanya.

"Baiklah kalau kau memaksa. Saya ikut dengan kalian."

"Yeay, akhirnya. Baiklah, satu jam lagi kita berangkat. Kau punya waktu untuk bersiap-siap," ucap Faraya.

"Iya, baiklah."

Faraya langsung beranjak pergi, sedangkan Aleena menutup pintunya rapat-rapat dan mulai bergegas membersihkan kamarnya, mandi setelah itu siap-siap untuk pergi.

Tepat 1 jam berlalu, semua sudah dilakukan oleh Aleena, termasuk make up yang sudah berhasil menempel dengan sempurna di wajah Aleena. Tentu saja, Aleena hanya memakai make up tipis karena dia bukan orang yang suka memakai make up tebal.

Tapi, walaupun hanya make up tipis yang dia kenakan, kecantikan Aleena tidak main-main. Kulit putih, lengkap dengan hidung mancung, serta senyuman yang amat sangat manis. Lelaki mana yang tidak jatuh cinta kepada Aleena yang sempurna ini. Bahkan, Faraya dan Hanum sering memuji kecantikan Aleena. Namun sayang, Aleena yang jomblo sering kali menjadi tempat ejekan Hanum dan Faraya.

"Cantik-cantik tidak punya pacar, haha." Kata itu yang selalu menjadi bahan ejekan mereka.

Tapi, Aleena tidak menggubrisnya. Karena tidak punya pacar bukan karena tidak laku, tapi atas keinginan Aleena yang tidak mau memiliki hubungan dengan siapapun itu.

"Aleena, kau sudah siap belum?" teriak Faraya dari luar kamar Aleena.

Teriakan Faraya memang sangat nyaring dan sangat khas. Aleena yang tidak tahan mendengar teriakan tersebut, langsung membukakan pintu kamarnya dan melihat ke arah Faraya dan Hanum yang ternyata sudah berdiri tepat di depan pintu kamar Aleena.

"Teriakanmu benar-benar nyaring, Faraya. Apa tidak bisa kau mengecilkan volume suaramu? Punya dosa apa calon suamimu mendapatkan istri yang sangat berisik seperti kamu, Faraya?" Seolah membalikkan kata-kata Faraya kepada Aleena, dengan sangat percaya dirinya, Aleena mengejek Faraya dengan menggunakan kata-kata seperti ejekan Faraya kepada Aleena.

Faraya menghela nafasnya perlahan disaat memahami ucapan Aleena yang mengejeknya. "Kau menyebalkan sekali, Aleena!"

"Satu sama, kan?" ucap Aleena sambil tertawa mengejek.

"Hei, kalau bercanda terus, kapan kita berangkatnya? Keburu siang, saya sudah lapar nih."

"Iya, iya, kamu bawel sekali. Ini juga baru jam 11 siang, nanti sampai sana pas jam 12 kita langsung makan saja," ucap Faraya.

Kini, ketiga sahabat itu pergi meninggalkan rumah kontrakan. Aleena pun pergi tanpa ada rasa beban sama sekali, seolah tidak memiliki pekerjaan yang harus dituntaskan olehnya.

'Kata orang-orang, healing itu penting untuk kesehatan jiwa dan raga, bener kan?' batin Aleena.