Perjalanan ke mall membutuhkan waktu 1 jam lamanya. Mereka bertiga menggunakan angkutan umum, jadi wajar jika sedikit lama padahal jarak mall tidak begitu jauh. Mereka menggunakan angkutan umum agar biaya untuk transportasi tidak terlalu mahal. Bisa, anak kontrakan memang sering begitu.
Kini, angkutan umum tersebut sudah berhenti tepat di depan mall yang kan mereka masuki. "Kita makan dulu, yuk! Saya sudah sangat lapar," ucap Faraya yang sedari tadi sudah merasakan kelaparan.
"Bagaimana, Aleena? Kau mau makan dulu atau bagaimana?" tanya Hanum.
Aleena langsung menatap ke arah jam yang ada di tangannya. Jam memang sudah menunjukkan jam makan siang, jadi wajar saja jika Hanum sudah sedikit lapar.
"Boleh. Kita makan saja dulu, habis itu baru jalan-jalan sambil nonton bioskop, setahu saya ada film yang lagi booming," jawab Aleena yang juga merasakan sedikit lapar.
"Tapi, mau makan apa?" tanya Hanum lagi.
"Bagaimana kalau steak," ucap ide Faraya.
"Hei, itu sangat mahal. Besok kita bisa-bisa gak makan kalau hari ini sudah dihabiskan uangnya," jawab Hanum.
"Hanum, kita kan sudah sangat lama tidak jalan-jalan, lagipula tidak ada salahnya kita hari ini sedikit foya-foya sebelum besok kembali bekerja. Dan juga, cuman makan steak sesekali tidak akan membuat kamu miskin, kok. Kapan lagi kita menyenangkan diri kita sendiri, gais."
Hanum dan Aleena saling bertatapan, seolah membenarkan ucapan yang dikatakan oleh Faraya.
"Faraya ada benarnya juga Hanum. Kapan lagi kita menyenangkan diri kita sendiri jika bukan kita yang menyenangkannya?"
Hanum tampak terdiam, seolah memikirkan semuanya dengan sangat baik. Ya, Aleena menyadari jika Hanum sangat keberatan dengan ajakan Faraya. Biaya yang dikeluarkan untuk makan steak bukanlah harga yang murah.
"Begitu saja, bagaimana kalau saya yang traktir," ujar Aleena,
Hanum dan Faraya langsung membulatkan matanya seolah tidak percaya dengan ucapan yang Aleena ucapkan.
"Hah? Saya tidak salah dengar, kan?" tanya Hanum.
"Coba-coba kau ulangi apa yang sudah kamu katakan tadi, saya tidak mendengar dengan jelas," timpal Faraya.
"Saya traktir," ucap Aleena sedikit bagas.
"Aleena, harga steak bukan seperti harga nasi uduk di depan gang kontrakan," ucap Hanum mengingatkan.
"Saya tahu itu, kok. Saya belum lupa ingatan Hanum. Saya masih tahu harga-harga steak disini."
"Gajimu akan habis kalau traktir kami berdua."
"Ah, sudahlah. Tidak masalah."
"Tapi, tunggu. Kau dapat uang dari mana, Aleena?" tanya Hanum dengan penuh selidik sambil memicingkan matanya seolah mencari sesuatu dari wajah yang Aleena tampakkan,
"Hei, kau kira saya ini apa? Jangan berpikir aneh-aneh. Ini gaji saya di restoran."
"Kau itu kan sering beli barang-barang yang sedikit mahal, terus sekarang kamu traktir kami, wajar dong kalau kami curiga. Kami juga tidak mau makan uang yang tidak halal."
Aleena menghela nafasnya perlahan, pertanyaan yang sama sekali sulit untuk dijawab oleh Aleena karena dia tidak mungkin akan mengatakan kepada sahabatnya tentang uang yang dia dapatkan.
"Kalian mau atau tidak?" tegas Aleena.
"Kami tidak mau kalau uangnya tidak jelas, Aleena," jawab Hanum.
"Ya sudah kalau tidak mau tidak masalah, saya tidak akan memaksa. Dan satu hal yang kalian tahu, uang ini halal. Buang pikiran kalian yang kotor itu, jangan sampai membahayakan diri sendiri."
Aleena langsung beranjak pergi menuju ke arah mall. Faraya yang melihat Aleena beranjak pergi, dengan segera mengejar Aleena sambil berteriak.
"Aleena, tunggu! Saya percaya kepadamu dan ingin makan bersama kamu," teriak Faraya.
Hanum pun menghela nafasnya melihat kedua sahabatnya sudah pergi meninggalkan dirinya sendiri yang masih berada di tempat yang sama.
Tepat di meja makan steak, Aleena yang sudah membuka buku menu bersama dengan Faraya, tiba-tiba Hanum datang dan langsung duduk tepat di depan Aleena.
"Kau berubah pikiran, Hanum?" tanya Aleena tanpa melihat ke arah wajah Hanum. Aleena tengah asyik menatap ke lembaran-lembaran daftar menu bermacam-macam steak.
"Halal kan?" tanya Hanum lagi.
Aleena pun menghela nafasnya perlahan. Pertanyaan itu kembali muncul untuk Aleena.
"Hanum, pikiran kamu terlalu jauh. Tentu saja uang saya halal. Saya memiliki pekerjaan lain selain menjaga restoran, oleh karena itu saya memiliki uang yang lebih banyak dari biasanya," jelas Aleena.
"Pekerjaan apa?"
Aleena langsung menghentikan aktivitas tangannya yang membuka daftar menu. Dengan perlahan dia mengangkat kepalanya dan melihat ke arah Hanum dan Faraya yang tengah menatap Aleena.
"Saya tidak bisa mengatakan kepada kalian, pekerjaan apa yang saya lakukan. Tapi, kalian bisa percaya jika pekerjaan saya bukanlah pekerjaan yang menerima uang tidak halal. Jadi, kalian bisa tenang untuk makan steaknya dan kalau perlu pilihlah yang harganya sedikit mahal. Jarang-jarang saya mentraktir kalian. Jadi kalau saya sudah traktir kalian, itu artinya kalian dipersilahkan untuk makan sepuasnya," jelas Aleena lagi.
Hanum dan Faraya langsung saling bertatapan. "Kok kami tidak pernah tahu jika kamu memiliki pekerjaan lain, Aleena?"
"Ya, mungkin kalian kurang peka terhadap saya. Jadi, kalian tidak tahu jika saya memiliki pekerjaan yang lain," jelas Aleena ngasal.
"Padahal hidup satu rumah, tapi masih aja ada yang tidak kami ketahui. Dan kau pun tidak pernah bercerita kepada kami tentang kamu."
"Saya memilih untuk tidak mengatakan apapun agar saya sedikit lebih tenang dan memberikannya sendirian."
"Sejatinya sahabat, harus saling menceritakan, kan?"
"Hanum, Faraya, tidak semua kehidupan saya harus diketahui semua orang. Lagipula ini bukan sesuatu yang wow, kok. Jadi, tidak perlu diceritakan sedemikian rupa kepada kalian. Yang penting, kalian doakan saja agar saya selalu diberikan kesehatan agar bisa bekerja dengan baik."
"Kalau masalah itu kau tenang saja, Aleena. Saya selalu mendoakan kamu dan Faraya agar mendapatkan rezeki yang banyak dan kesehatan."
"Terima kasih, Hanum," ucap serentak Aleena dan Faraya.
"Ayo pilih steaknya, nanti kita lama makannya."
Kini mereka kembali membuka buku menu dan memesannya. 15 menit berlalu dari mereka memesan, kini steak sudah tersaji di hadapan mereka.
Dengan sangat antusias, mereka langsung menyantapnya. Keceriaan seolah tergambar jelas oleh ketiga orang yang tengah makan steak.
"Ya Tuhan, ini enak sekali. Terakhir kita makan steak itu kan di emperan dengan harga yang sangat murah sekali. Ternyata rasanya sangat beda dari yang kita makan saat ini," ujar Faraya.
"Kata orang, harga itu menentukan kualitas. Kalau yang murah, rasanya memang standar, mungkin ada yang enak tapi sangat jarang ditemukan. Kalau yang murah, soal rasa memang tidak bisa dilawan. Rasanya emang nendang di mulut," jelas Hanum.
Aleena pun hanya tersenyum melihat dan mendengar Hanum dan Faraya yang sedari tadi tidak pernah berhenti berbicara walaupun mulut mereka penuh dengan steak.
Sementara itu, dari kejauhan tampak 3 orang pria yang lengkap dengan pakaian jas yang sangat rapi, kini mengobrol dengan serius.
"Jadi, bagaimana perkembangan di mall in, apa ada yang harus kami tambah, Tuan?" tanya seseorang.