Tubuh Shana gemetar hebat kala melihat melalui alat pengintai yang terpasang di mata William, menyaksikan secara langsung bagaimana pria tua gila yang berada di ruangan kaca lain menguras darah Marion hingga nyaris tak bersisa.
Teriakan William yang terus-menerus, suara dinding kaca yang digedor dan William coba untuk hancurkan, tak membuat pria berambut kelabu itu berhenti.
Dinding itu pun tak bergeser sedikit pun.
"Jesse, kumohon lakukan sesuatu! Jika tidak, Marion bisa mati!" pekik Shana yang tak mampu lagi menahan dadanya yang seakan diremas-remas melihat sahabatnya menggelinjang bertaruh melawan maut.
Jesse pun makin panik. Ia tahu bahwa dirinya memang harus berbuat sesuatu demi menyelamatkan kawannya yang tengah diperas layaknya sapi perah. Masalahnya di sini bukan air susunya yang diperah, melainkan darahnya. Sesuatu yang menyokong kehidupannya.
