William merasakan sedikit nyeri di sisi batang lehernya. Ia tak tahu apa yang terjadi padanya atau apa yang ada di sana hingga terasa begitu menyakitkan. Terlebih bagian perutnya yang berdenyut dan seperti diremas-remas.
Matanya kemudian menerawang pada malam tadi, malam indah yang ia habiskan berdua dengan Marion. Pertama kalinya mereka menggila dan mencoba gaya percintaan lain yang belum pernah mereka lakukan sebelumnya. Ia ingat kala itu Marion menancapkan kukunya di sana, tepat di tempat yang kini terasa sedikit perih.
"Apakah kau juga mau menandaiku, Marion?" tawanya, sembari bergumam sendiri. Ia kemudian mengambil sebuah cermin kecil dari dalam laci meja kerjanya, menilik luka yang ada di bagian tubuhnya.
Keningnya berkerut. Tanda itu sama persis seperti yang ia berikan pada Marion. Juga di pergelangan tangan bagian dalam.
Ia kemudian tergelak sendiri.
