Xav menghela nafas panjang.
"Hmm, Silva," panggil Anya.
"Tolong ambilkan air."
Anya sengaja menyuruh Silva pergi, ia tidak ingin gadis itu mendengar percakapannya dengan Xav.
"Apa yang kau takutkan?" tanya Xav.
"Soal Silva, aku takut nenekmu mengusirnya. Aku takut, aku tidak bisa memenuhi janjiku kepada mendiang ayah Silva."
Xav berkedip beberapa kali, ia kemudian tersenyum tipis.
"Serahkan semuanya padaku. Kau tak perlu mengkhawatirkan apapun. Akan ku pastikan Silva diterima di Twinnies Palace."
Cup!
Tanpa basa-basi, Anya langsung mendaratkan ciuman di pipi Xavier.
"Terima kasih."
Xav ternganga sekejap. Ia tak percaya bahwa gadis kaku, gila, dan kasar itu melakukannya. Tanpa paksaan dan tanpa ia minta.
"S—sa, sama-sama...." Xav tergagap membalas ucapan terima kasih dari Anya.