"Apa? Kau membeliku?" Suara itu yang pertama kali keluar dari mulut Alice setelah sekian menit berlalu dengan keheningan. Dua manusia itu saling mendekatkan tubuh, meski Alice melakukannya dengan paksaan.
"Ya, dengan harga yang sepadan untuk keperawananmu."
"Bukankah kau sudah merampasnya semalam? Saat reaksi obat tidur itu masih mempengaruhiku?"
"Aku tidak sepicik itu, Nona," lirihnya sembari mengelus helaian lembut berwarna coklat tersebut. Jemarinya menyisir rambut Alice, bermain-main di sana cukup lama. Sedangkan tangan yang lain ia gunakan untuk mencengkeram pinggang Alice agar tetap pada tempatnya.
Gadis itu tak berani mengangkat kepalanya. Tangan dingin sang pria- tanpa alasan jelas, membuatnya nyaman. Terlebih detakan jantung berirama serupa musik yang memberikan efek relaksasi.