Di tengah kegelisahan hatinya, tiba-tiba saja terdengar suara ketukan pintu dari luar. Membuat Bella dengan terpaksa membuka pintu kamar tanpa lupa untuk menghapus air matanya.
"Masuk saja, Fiona," ucap Bella kepada adik bungsunya.
"Kak, tadi aku sempat mendengar kalau ternyata Kak Bella akan segera menikah ya? Bukankah harusnya senang karena bisa menikah dengan pria kaya raya seperti Tuan Saga itu?" Fiona seakan tidak memiliki hati, ketika dirinya hanya bisa melihat dari sisi luar tanpa ingin tahu bahwa orang lain menderita.
Semakin membuat Bella sadar, jika di dalam rumahnya itu tidak ada yang bisa paham dengan apa yang sedang ia rasakan.
"Aku rasa tidak ada yang perlu aku jawab," batinnya Bella.
Dengan sengaja mengabaikan Fiona sembari mengambil tas ransel miliknya, lalu Bella berpamitan dengan pelan. "Aku ke luar sebentar."
"Yah ... Kok malah pergi sih? Kakak enggak seru!" gerutu Fiona sembari menghentakkan kakinya dengan penuh kekesalan. Ia bahkan ingin tahu semua hal, namun dirinya tidak pernah menyadari bahwa ucapannya itu telah menyakiti hati kakaknya sendiri.
Seperti kehilangan arah, dan merasa bimbang dengan tempat yang akan Bella tuju. Kini ia memilih untuk tetap berada di jalan agar dapat menenangkan pikirannya. Bahkan menaikkan kecepatan motornya sembari mengingat impian yang seharusnya ia kejar berakhir dengan sia-sia.
Tanpa Bella sadari bahwa tindakannya itu membuat orang lain bahaya, dan hampir saja ia terjatuh di saat sebuah mobil mewah ingin berhenti, tapi Bella lupa untuk mengerem motornya. Alhasil, ia pun menabrak mobil tersebut dari belakang.
"Astaga." Bella merasa panik sampai membuat tangannya bergetar.
Merasa bersalah atas tindakan yang sudah ia lakukan, Bella pun berjalan mendekat kearah pintu mobil tersebut. Namun, belum sempat ia mengucapkan kata maaf tiba-tiba saja seorang pria bertubuh tinggi dan memakai topeng ke luar dari mobilnya.
Memberikan tatapan tajam kearah dirinya sembari pria itu berkata. "Jadi, kamu yang sudah menabrak mobilku."
"A-aku benar-benar tidak sengaja, Tuan," ucap Bella dengan memohon ampun sembari membuat dia segera berlutut di hadapan pria bertopeng itu, agar dapat dilepaskan. Paham akan kesalahannya hingga Bella menelan ludahnya sendiri sembari batinnya berkata. "Mati aku, kalau harus ganti rugi dapat uang darimana?"
"Oh ... Jadi, kamu tidak sengaja melakukannya ya?" Dengan perlahan pria bertopeng itu berjalan mendekat, namun tiba-tiba dengan kuat mencengkram erat tangannya Bella sembari memberikan ancaman. "Hey, gadis bodoh, kamu tidak semudah itu lepas hanya karena persoalan tidak sengaja."
Sontak membuat Bella semakin merasa takut, tapi ia masih tetap berusaha untuk bisa melepaskan diri.
"Tuan, tolong kasihanilah aku, dan aku yakin Tuan masih memiliki banyak uang kalau sekedar mengganti kerusakan itu," pinta Bella sembari dengan menyatukan kedua tangannya agar bisa diberikan maaf.
"Untung saja aku tampan dan baik hati. Jadi, aku akan melepaskan kamu, gadis bodoh. Tapi nanti, kamu akan menjadi milikku," tegas pria bertopeng dengan mengklaim miliknya.
Sontak membuat Bella semakin kebingungan dengan sikap dari pria bertopeng itu. Namun, ia tidak sempat bertanya karena pria tersebut segera meninggalkan dirinya.
"Dia salah makan kali ya? Kenal juga enggak," gumam Bella, dan kembali melanjutkan perjalanannya itu.
Belum begitu jauh ia kembali berjalan, namun sebuah mobil mewah berwarna putih menodong motornya. Lagi-lagi membuat Bella kesal dengan selalu banyak kejadian aneh yang hari ini ia lalui.
"Tadi mobil hitam sekarang putih. Aduh ... Kenapa sih enggak bisa bikin aku tenang sedikitpun? Kalau pulang juga disuruh nikah. Ah ada-ada aja," batinnya Bella.
Dalam kekesalannya membuat Bella berjalan dengan penuh keberanian, dan berupaya untuk memarahi mobil putih tersebut yang sudah menghalangi jalannya. Tapi justru, ia begitu terkejut ketika melihat pria yang akan menikahinya berada di dalam mobil itu.
Tak ingin mencari masalah, dan bergegas untuk bisa segera pergi. Tapi, niatnya terhenti ketika dua orang pria menahan kepergiannya itu. Dengan paksaan yang keras Bella akhirnya dimasukkan ke dalam mobil tersebut, dan motornya di kemudikan oleh orang lain.
Berharap dapat dilepaskan, namun sialnya mobil tersebut pun berjalan. Bella semakin tidak paham dengan tujuan mereka membawanya pergi.
"Apa tujuan kalian sebenarnya? Cepat turunkan aku!" Bella berteriak keras dan mencoba melawan, namun sialnya pintu mobil tidak bisa ia buka.
Sontak saja membuat seorang pria yang sedang duduk di sampingnya melirik dengan tatapan yang tajam sembari berkata. "Jangan banyak membantah."
"Apa urusannya denganmu? Turunkan aku, cepat!" paksa Bella hingga ia merasa takut, dan pikirannya mulai berpikir hal yang tidak-tidak.
Kecemasan hatinya terus bertambah. "Siapa mereka? Bagaimana jika aku diculik?"
Begitupun dengan Saga yang mulai merasa kasihan ketika Bella mulai berlinang air mata, dengan perlahan ia bertanya. "Bella, apa kamu tidak mengenaliku?"
"Tidak, siapa kamu sebenarnya? Dan apa tujuanmu ini?" Bella tidak berbohong karena memang ia belum pernah melihat Saga langsung, namun hanya sesekali mendengar cerita dari teman-teman tempat ia latihan dansa.
Namun justru jawaban Bella membuat Saga merasa tersinggung, ia pun tersenyum tipis sembari berkata. "Oh, aku sampai lupa satu hal. Mana mungkin kamu bisa mengenali pria cacat sepertiku. Apalagi kamu juga sudah menolak pernikahan kita kan?"
"Bagaimana kamu tahu kalau aku menolak? Lagipula pernikahan ini tidak masuk akal," tanya Bella dengan ketus.
"Ya, bagimu memang semua ini tidak masuk akal, tapi bagiku tidak. Cepat atau lambat kamu akan mengetahui segalanya. Sam, naikkan kecepatan mobilnya, dan kita akan pergi ke sebuah tempat pembelanjaan terlebih dahulu," perintah Saga kepada salah satu asisten pribadinya.
"Baik, Tuan Saga."
Sesuai dengan perintah kecepatan mobil naik lebih tinggi, dan membuat hatinya Bella merasa semakin cemas. Diam-diam Bella juga menoleh ke belakang hingga ia melihat sebuah kursi roda, dan ia tahu jika itu pasti milik dari Saga.
"Kenapa kamu melihat kursi rodaku seperti itu, Bella? Apa kamu merasa malu karena memiliki calon suami yang tidak sempurna seperti diriku?" tanya Saga ketika ia menyadari akan gerak-gerik dari wanita itu.
"Bukan seperti itu, hanya saja aku masih belum mengerti kenapa pernikahan kita harus terjadi?" tanya Bella dengan merasa tidak enak hati, dan ia berpikir telah menyinggung perasaan pria tersebut.
"Tenanglah, Bella. Kamu hanya perlu menjadi istriku, dan rawat aku dengan baik. Jadi, ini terakhir kalinya kamu bertanya seperti itu. Sebab, kehidupanmu sekarang ada di tanganku begitupun dengan keluargamu. Jika memang kalian semua ingin selamat maka turuti saja," ucap Saga dengan memperlihatkan kekuasaan yang besar yang ia punya.
"Apa maksudnya ini? Apa mungkin Ayah memiliki kesalahan besar kepada Tuan Saga, tapi apa?" batinnya Bella.