Chereads / Shadow of love [ MOVED ] / Chapter 3 - Ahhh pantas

Chapter 3 - Ahhh pantas

Erni langsung memasang wajah cemberut. merasa kesal setengah mati. menatap tajam kearah vivi dengan jengkel. merasa tidak puas atas keputusan sepihak vivi. namun tidak berdaya untuk membantah. sesaat kemudian erni kembali memasang senyum cerah, membalikkan badannya kearah pria itu lagi. sambil memegang tepi jendela mobil dengan manja.

"Duhhh maaf bangett yahh kak … teman-teman aku memang pemalu … dan malu maluinn hehehe … terima kasih banyak atas tawaran baiknya, tapi kami akan naik taxi saja … " kata erni dengan suara penuh penyesalan. seraya memasang ekspresi wajah sok imut.

"It's okay … aku mengerti kokk .… baiklah, kalau begitu aku jalan duluan yah … kalian hati-hati dijalan … nanti pulangnya cepettan yah. soalnya udah malam …" pesan pria itu penuh perhatian.

Mendengar kata-kata lembut dari pria itu. auto membuat perasaan erni langsung melted. … tidak tega untuk menyia nyiakan kesempatan emas didepan matanya sekarang ini.

"Ehh. tunggu sebentar kak …" cegah erni. sambil satu tangannya tetap memegang jendela mobil itu. seakan ingin menahan mobil itu disana dengan tangan kosong.

Pria itu menatap kearah erni antusias. tersenyum samar. seolah ia memang mengharapkan agar erni menahan kepergiannya.

Erni kemudian kembali kebelakang untuk berbicara personally dengan vivi dan anita.

"Ihhh kalian berdua jangan pada norak bisa gak sihh .…apa salahnya kita jalan bareng dia ke hotel. … lagian juga kita kebetulan sejalan bukan ?!… satu tujuan !! … jadi kita gak perlu nungguin taxi lebih lama lagi. please deh! kalian berdua gak usah pada aneh napa !!… santai dikit gitu jadi orang huh … merepotkan saja !!" kata erni. memaksa vivi dan anita untuk pergi ke hotel bersama pria itu se-mobil. erni terus merajuk vivi dengan nada kesal.

"Tapi nikk… "

"Gak ada tapi … tapi !! … buruan kamu ajak nita masuk kedalam mobil sekarang …" perintah erni galak. sambil menggiring vivi dan anita mendekat kearah mobil milik pria itu.

Pria itu tampak keluar dari mobilnya. lalu berlari kecil kearah samping, berinisiative membukakan pintu mobil untuk vivi dan anita. sambil menebar senyum ramah dan sopan.

"Ahhh maaf yahh kak. jadi merepotkan kakak …" ucap vivi salah tingkah sendiri. seraya tidak melepaskan gengaman tangannya pada anita menggiring anita untuk masuk kedalam mobil duluan.

Dengan bimbang anita masuk kedalam mobil. ia terus menundukkan wajahnya kebawah. tidak berbicara sepatah katapun. juga tidak melihat kearah pria itu sedikitpun.

"Tenang saja. tidak repot sama sekali kokk !"

Sesaat kemudian. vivi ikut masuk kedalam mobil. sementara erni langsung mengambil duduk dikursi depan. duduk tepat dikursi samping kemudi.

Tiba-tiba. mobil taxi berwarna biru muda terlihat menepi kepinggir jalan. tepat dibelakang mobil mewah pria tersebut.

Pria itu tahu. bahwa taxi itu adalah taxi yang di order erni dan kawan kawan. yang seharusnya mengantar mereka pergi ke hotel.

tanpa berpikir panjang. pria itu langsung datang menghampiri sopir taxi. lalu mengambil dua lembar uang berwarna merah dari dalam dompet miliknya. dan langsung menyerahkan pada sopir taxi itu. sebagai order cancelation.

tampak jelas bahwa pria itu seperti ketakuttan dengan kehadiran mobil taxi itu disana. matanya terus menatap kearah mobilnya sendiri was-was. memastikan bahwa erni dan kawan kawan tetap berada didalam mobilnya saat ini.

Tanpa banyak kata. pria itu lalu mengkode sopir taxi untuk secepatnya meninggalkan tempat sekarang juga.

dengan senyum sumringah the taxi driver tampak mengerti magsud pria itu. ia langsung cabut dari tempat itu as quick as possible.

Vivi menengok kearah belakang. melihat dari kaca belakang mobil. ternyata ada taxi berhenti dibelakang mobil mereka. matanya langsung memeriksa nomor taxi yang tercatat didepan kaca mobil. namun terlambat baginya. untuk menahan taxi itu. karena saat ia menyadari dan ingin keluar dari dalam mobil. taxi itu tampak pergi dari tempat itu dengan cepat.

Vivi hanya dapat memandangi kepergian taxi orderannya dari dalam mobil dengan galau.

Pria muda itu bergegas kembali kedalam mobil. langsung mengenakan kembali sabuk pengaman nya dan melajukan mobilnya perlahan.

"Tadi itu adalah taxi orderan kalian. jangan khawatir. aku sudah memberi uang cancel pada sopir taxi tadi. … jadi kalian tidak sedang dalam masalah hehehe …"

"Ahhh terima kasih banyak kak…. Oiyaa berapa uang cancel taxinya. saya akan menggantinya" ujar vivi merasa tidak enak hati.

" Ganti apaan sihh. cuma sedikit doank … don't worry okay …"

Vivi auto menelan ludahnya sendiri. tidak tahu harus mengganti dengan nominal uang berapa …

"Ehhh kita bahkan belum berkenalan yah… aku hans. dari fakultas komunikasi , semester akhir."

"Ahhh anak komunikasi. pantasss aku sering lihat kakak disekitar kampus komunikasi. hahaha selama ini aku cuma kenal wajah kakak. tapi gak kenal nama kakak. hehehe …" balas erni hangat. berusaha menciptakan obrolan akrab bersama hans.

"Hahaha benar… benar bangett… aku juga " jawab hans sepakat.

"Ohh kenalin… aku erni kak… kami bertiga dari fakultas kedokteran semester lima. em~mm aku single. belum punya pacar … "

"Uhuk !" vivi sengaja batuk dengan keras. sambil menatap erni dengan tajam. mengkode erni untuk menahan diri. dan menjaga attitudenya.

Erni tampak mengerti kode vivi. tapi sengaja tidak memperdulikannya.

Hans tampak tersenyum kecil melihat tingkah erni dan vivi. berpura-pura tidak tahu dengan kode dan pertengkaran mereka. sambil tetap fokus menyetir mobilnya. sesekali pandangan matanya menatap kearah pantulan cermin. melihat anita yang tampak duduk terdiam dikursi belakangnya.

"Ohhh iyaa, kenalin juga sahabat-sahabat ku kak…. itu vivi... dan itu nita … meskipun mereka berdua terlihat sangat pemalu. tapi jangan salah ...masing-masing sudah sold out. alias punya pacar hehehe " ujar erni cuek. sengaja ngerjain vivi dan anita.

"Oiyaa ?!… jadi udah pada punya pacar … sayang sekali... " balas hans sengaja menggoda. matanya terus mengamati bagaimana reaksi anita atas ucapannya.

"Aku belum kak… aku masih single . …" jawab erni menegaskan diri.

Hans kembali fokus menatap kearah jalan didepannya. wajahnya tampak kecewa karena anita bahkan tidak bereaksi sama sekali dengan segala obrolan hangat yang coba ia bangun dengannya. ia terpaksa menebar senyum ramah. membalas ucapan erni.

"Hahaha iya iya aku mengerti… kamu masih single khan … btw kalau boleh tahu. ada keperluan apa kalian malam-malam begini ke hotel metro …"

Erni yang sedari awal mendominasi perbincangan langsung menjelaskan dengan detail tujuan mereka ke hotel metro pada hans. ia seolah beralih menjadi juru bicara bagi anita dan vivi. yang sama-sama hanya duduk terdiam dikursi belakang.

Anita yang semula tampak tegang. perlahan terlihat rileks , mulai berani melepas pegangan tangannya di bahu vivi. ia seperti terbawa kehangatan pembicaraan antara erni dan hans.…

Meskipun ia tidak tertarik bergabung dalam obrolan hangat antara erni dan hans. Anita tetap dengan diamnya. memilih sibuk melihat kearah layar smartphone ditangannya. sesekali membuang pandangannya menatap kearah jalan raya dari jendela disampingnya. begitupun dengan vivi. ia juga melakukan hal yang sama dengan anita.

"Oiyaa vi … nita lapar tuhh... sejak siang belum makan. ntar kamu minta mbak vina buat traktir kita makan malam di restaurant yahh! " ucap erni to the point. cenderung memaksa agar vivi menyampaikan pada kakaknya untuk mentraktir mereka makan malam di restaurant.

"Hmm iyaa ! " jawab vivi singkat.

Beep …Beep …Beep

Suara getar ponsel anita menderu. dengan sigap anita langsung menjawab panggilan telfon itu. selagi berada ditangannya.

mereka otomatis terdiam sejenak. memberi kesempatan pada anita untuk menjawab telfon.

"Hallo pras …" sapa anita dengan suara lembutnya.

...

"Aku sedang menemani vivi ngambil paket " jawab anita dengan nada setengah berbisik. meskipun mau tidak mau. suara nya tetap terdengar oleh seluruh penghuni mobil tanpa kecuali.

...

"Bagaimana motornya. apakah sudah selesai diperbaiki …"

...

"Ohhh I see … okay … okay …"

...

"Bye, see you tomorrow morning … love you too"

Hans tampak tersenyum sinis. melihat kearah pantulan wajah anita dari kaca dashboard didepannya dengan tatapan kesal. ekspresi wajahnya tampak berubah. penuh amarah.

Hans tampak tidak nyaman dengan obrolan telfon yang barusan didengarnya.…