"Iya. Mas yakin. Bukankah akan lebih nyaman kalau kita punya rumah sendiri?"
Aya menggangguk.
"Yaudah sini tasnya... Mas bawain. Ayukk."
"Tutup pintunya, Mas!" pekik Anggun. "Aku takut!"
"Iya, Sayang. Ayo kita masuk!"
Ali meraih tangan Anggun dan mengajaknya ke kamar.
"Sudah... di sini saja. Aman."
"Lagian kok bisa-bisanya ada orang asing ngejar kita, Mas?"
"Sudah gila itu orang!"
"Mas... mau kemana? Aku takut?" Anggun menahan tangan Ali begitu ia mau meninggalkannya.
"Mau ambil minuman sebentar, Sayang."
"Tapi.... jangan lama-lama."
"Seneng liat kamu manja gini."
"Mas."
"Iya-iya. Sebentar ko. Yah? Masih syok ada orang aneh tiba-tiba muncul?"
Anggun menganggukkan kepala.
"Mas... masih ingat, ndak obrolan kita dulu sama sopir taksi?"
"Sopir taksi?"
"Saat kita kesini?"
"Iya."
"Inget dong."
"Apa coba?"
"Emang kenapa?"
"Ya mas coba aja bilang."
"Kalau Mas ini enak. Mau pindah, tinggal pindah. Istri juga bisa ikut. Saya beda lagi, Mas." Ucap Ardi.