Rasanya hati Manaf sangat sedih. Anak lelakinya semakin tidak bisa diatur. Setiap hari selalu pergi, pulang pagi, dan ketika ditanya akan pergi ke mana pasti Igho selalu melengos seolah Manaf adalah orang asing yang tidak perlu diajak berbicara, atau sapaannya harus dibalas.
Bohong kalau Alyn tidak tahu apa yang sedang dipikirkan sang Ayah. Tentu saja Manaf, juga Alyn memikirkan perubahan besar terhadap Igho. Suasana menjadi hening dan sepi di rumah ini. Tidak ada suara lagi selain teriakan Igho seperti terakhir kali, atau Alyn yang masih sedih memikirkannya kemudian menangis diam-diam. Dalam pikiran Alyn sekarang, apa tidak bisa Igho menurunkan egonya sedikit saja? Ayah mereka telah meminta maaf secara tulus. Kenapa mereka tidak saling menguatkan, menerima segala takdir yang ditulis oleh Tuhan untuk mereka berdua?