Senyum sumringah terbit di balik wajah Igho. Raut wajahnya terlihat bahagia sekali saat ia mendapat kejutan yang tak pernah ia sangka-sangka sebelumnya itu.
Memang sebelum ia bertemu dengan Kayla siang itu, hal yang paling ia harapkan dari dulu adalah sebuah kejutan di hari ulang tahunnya yang di berikan oleh sang ayah.
Sebelumnya hanya Maminya saja yang selalu memberikan kejutan di setiap ulang tahun Igho.
Tapi setelah Maminya meninggal, Abi merasa hari ulang tahun sangat membosankan tak berkesan.
Ketika ia melihat kejutan yang di suguhkan dari Ayah Manaf dan seisi rumah, tentu Igho bahagia. Pasalnya itu adalah hal yang paling ia harapkan sedari Maminya masih ada.
"Selamat ulang tahun Gho!" ucap Ayah Manaf memberikan sebuah kotak kecil berisikan kalung istimewa yang sengaja di desain dengan lambang bintang Scorpio sebagai lambang ulang tahunnya.
"Terimakasih Yah!" ucap Igho melihat dengan seksama kalung itu.
Tangannya terangkat tinggi untuk mencermati detail dari kalung itu.
Sangat indah dengan inisial IJ.
"IJ? Kenapa harus IJ? tanya Igho masih tertatih di depan kue yang ada di telapk tangan Alyn.
"IJ itu singkatan dari Igho dan Jesslyn. Ayah sengaja sekalu menyisipkan inisial itu karena hari ini adalah hari ulang tahun Alyn juga," jawab Manaf tanpa memikir ulang hal apa yang akan terjadi di balik kalimatnya itu.
Seperti terbangun dari lamunannya, Igho langsung membuang senyumannya dan kembali sadar bahwa dia memang tak suka pada Alyn.
Ia melirik Alyn dengan tatapan yang sangat tajam. Sekilas Igho melihat sebuah kalung yang di pakai oleh Alyn juga adalah kalung yang sama yaitu bentuk dari bintang scorpio.
Igho yang tadinya senang tiba-tiba roman wajahnya sontak berubah berbau dendam yang sangat berapi-api.
Tak ada angin tak ada hujan tiba-tiba Igho melempar kue buatan alyn tepat di wajah wanita lentik itu.
Pyak!
"Hah? Apa yang kamu lakukan Igho?" Alyn membelalak kaget saat ia sadar kalau wajahnya sudah dilumuri dengan cream cheese dari kue itu.
tak hanya alin saja yang kaget dengan pergerakan Abi yang begitu cepat.
Manaf dan Daniah pun ikut terperangah saat melihat IGO dengan tega melempar wajah alin menggunakan kue itu.
"Igho? ada apa dengan kamu? kenapa kuenya kamu lempar di wajah alyn? apa salah alyn sampai kamu setega itu?" cerocos Ayah manaf kepada Igho yang membuat Igho semakin terpacu untuk marah.
"Owh jadi gitu yah? Ayah merayakan ini semua hanya karena Alyn ada di sini dan kebetulan saja ulang tahun kita sama? Ayah merayakan ini bukan karena semata-mata Igho ulang tahun kan Yah? Ayah yang tega! sentak Igho sudah menaikan suaranya beberapa oktaf lagi.
"Igho. Niat Ayah bukan seperti itu, tapi ayah hanya ingin menyatukan kamu dengan Alyn saja!"
"Tidak Yah. Tidak! Ayah tahu selain mereka merebut ayah dari aku, mereka juga sudah merenggut semua kebahagiaanku. Ayah lebih baik kalian jangan adakan saja pesta ini dari pada harus seperti ini! Di sama-samakan dengan si Alyn itu! Igho tidak suka!" sentak Igho yang semakin marah saja.
Igho melihat ke dasar dada Alyn yang benar-benar memakai kalung yang sama.
Flash Back.
Di tengah rumah, sore itu ketika Manaf dan Ibu Daniah menunggu kedatangan Igho, ketika itu pula ia mendorong kotak yang sama warnanya dengan kotak yang ingin di berikan pada Igho.
"Alyn, ini hadiah untuk ulang tahun kamu. Kamu benar-benar anak yang sangat baik. Semoga kamu bisa berbaikan dengan Igho di hari ulang tahun kamu ini."
"Wah, Om Manaf terimakasih banyak. Ini sangat merepotkan sekali. Aku sangat senang sudah berada di antara kalian. Semoga saja Igho mau berbaik hati bersahabat denganku di rumah ini," ucap Alyn ketika ia di berikan hadiah oleh Manaf beberapa saat sebelum hadiah lain itu di berikan pada Igho.
Senyuman yang lebar terus terpampang dari wajah Alyn dan Daniah.
Mereka semua terlihat bahagia bahkan Daniah ikut membantu Alyn memakaikan kalung itu di lehernya.
Alyn meraba lehernya yang dulu kosong tanpa perhiasan apapun juga sekarang menjadi cantik setelah adanya acsesories cantik yang menghiasi lehernya.
"Ini sangat bagus sekali. Bentuk Scorpio ini sangatlah aku sukai."
"Syukurlah kalau kamu suka. Om ikut bahagia," Manaf terlihat sangat lega menatap Alyn yang terus senyum dan meraba kalung itu saat Alyn memastikan masih melilit lehernya.
Lain ceritanya dengan Igho yang ketika di berikan kado itu sontak marah besar.
Flash on.
"Ayah memberikan hadiah itu pada Alyn terlebih dahulu di bandingkan pada Igho. Ayah benar-benar tidak adil sama Igho. Igho kecewa Yah!"
Igho melempar bolanya sembarang dengan kekuatan tinggi di rumah itu hingga bola yang sedari tadi ia pegang menggelinding ke semua arah.
Rumah yang tadi ramai dengan pesta kecil. Sekarang semakin mencekam saat Igho semakin marah menepis kue yang sudah mengotori wajah Alyn hingga semakin jatuh berserakan di atas lantai.
"Igho gak butuh semua itu. Igho gak mau pesta ini! Igho benci kalian! Papa gak adil!" jerit Igho lalu ia lari menapaki anak tangga secepat mungkin dengan air mata yang terus terjun tak tertahankan.
Sedangkan Alyn yang terkaku saat melihat ekspresi Igho yang tidak bisa di sangka-sangka akhirnya ikut menegang.
Baru saja Alyn mau meluluhkan hatinya untuk berkawan dengan Igho. Sekarang ia malah marah berat karena hadiah yang sama.
Ibu Daniah mendekat ke arah Alyn lalu ia mengelus lembut pundak Alyn berulang kali.
"Sabar sayang! Sabar!" ucap Daniah cukup menghibur hati Alyn yang benar-benar syok melihat tingkah Igho saat itu.
Kemarahan Igho sudah tidak bisa di bendung lagi.
Manaf pun menggeleng kepalanya karena melihat tingkah anaknya yang di luar batas. Rasanya ia ingin memukul Igho saja. Tapi dia menahan diri karena melihat Daniah dan Alyn berada di sana.
Sifat Igho dan Alyn yang jauh berbeda seperti langit dan Bumi, membuat Manaf sulit untuk mempersatukan dua anak itu bagai air dan minyak.
Igho mengepalkan tangannya sangat kesal. Hati Manaf berapi-api melihat kenyataannya di luar ekpektasi.
"Alyn. Maafkan anak om ya!" ucap Manaf merendahkan dirinya untuk Igho.
"Tidak Om. Ini bukan om yang salah. Mungkin kedatangan Alyn dan Ibu yang salah," ucap Alyn dengan hati yang bergetar labil.
Memang satu sisi Alyn bisa mengerti Igho terus marak karena kehadiran mereka. Tapi sisi lain Alyn sangat membutuhkan pengobatan dari Manaf untuk Ibunya Daniah.
Alyn merasa berada di antara dua sisi yang salah.
Tatapan Ibu Daniah mulai bersarang di depan wajah Alyn dengan lirih.
"Ini bukan salah kamu nak. Ibu yang salah karena telah mengajak kamu datang ke rumah ini," ucap Daniah langsung menghamburkan pelukannya penuh dengan haru.