Lagi-lagi hujan menyapa tanpa lelahnya. Padahal, siang itu cahaya mentari begitu terik. Alhasil, Sofia terjebak di gedung kantor Nazam. Membuatnya terkurung bersama lelaki yang ia cinta.
Senang? Tentu saja, tetapi dia juga gelisah sebab tak tahan ingin pulang dan meringkuk di atas ranjangnya sekarang. Sofia merasa lelah setelah menangis dari tadi karena ingat ayahnya.
"Sayang, kamu enggak pegal berdiri terus di sana?" tanya Nazam.
Sofia menoleh ke sumber suara. Lelaki itu tersenyum sehangat kopi susu. Manis dan membuat candu. Ia pun menyambutnya dengan senyum tulus dan gelengan kepala pelan.
"Enggak." Sesingkat itu saja dirinya menjawab. Terlalu terpesona, sih oleh ketampanan Nazam.
"Kalau kamu mau tidur, di sofa saja, Yank. Meski tak senyaman kasur, tapi setidaknya itu lebih baik, kan, daripada berdiri seperti itu? Kamu tahu, hujan tak akan reda dalam waktu cepat," ramal Nazam meyakinkan istrinya.