Beno tertegun usai mendengar semua isi dari rekaman itu. Memang, suara adiknya yang menggila itu sangat membuat telinganya sakit, tetapi dia terpikir sebuah ide yang tak kalah gilanua dari suara keras sang adik.
"Sekarang kita punya buktinya. Ayo, kita laporkan," ucap Beno pada Sofia. Di matanya kini berkobar suatu binar bahagia yang sejak kemarin tak nampak cahayanya.
Spontanitas saja Sofia menatap gahar. Melaporkan? Yang benar aja!
"Bukannya Abang bilang apalah gitu kemarin. Em, kita akan sedih karena keluarga kita direnggut. Jadi, sebaiknya ikhlas dan tak usah melaporkan mereka," cecar Sofia kembali mengingatkan apa yang pernah Beno katakan.
Tak lama. Masih baru. Kemarin. Dan Sofia rasa Beno tidak terlalu tua untuk melupakan ucapannya yang kemarin. Kecuali dia punya penyakit lupa akut yang sudah tak tertolong lagi.