Wajah Anna seolah mempertanyakan apa sebabnya, tetapi ia tak bersuara sama sekali. Hal itulah yang membuat Aksel juga geram sendiri. Ia ingin menunggu Anna untuk mempertanyakannya kembali.
Aksel sengaja diam saja, namun Anna juga cukup terpancing hingga akhirnya ia bertanya kembali pada Aksel.
"Iya, lalu?"
"Lalu apa?"
"Apa sih, Aksel!"
Senang sekali Aksel membuat Anna marah.
"Iya jawab dulu, saya sudah sering bukan menciumu?"
"Tidak sesering itu, tapi lumayan. Lalu kenapa? Jijik?" padahal kata itu harusnya tak keluar dari bibirnya Anna.
Namun, entah mengapa kalimat tersebut malah keluar dari bibirnya Anna.
Dan sebab itu juga Aksel bisa tertawa, hal itu jarang sebenarnya Anna lihat. Sangat langka sekali bisa melihat Aksel tertawa, paling mentok hanya senyum saja, itu pun sulit.
Sepertinya saat anak-anak dahulu Aksel tidak kiat berlatih tersenyum dan tertawa, yang banyak ia pelajari hanyalah diam dan tatapan membunuhnya.