"Saya tahu kamu menaham senyum. Kalau mau senyum ya senyum saja jangan ditahan, Anna."
Bola mata Anna memandangi Aksel, benar-benar menyebalkan sekali ketika Aksel mengetahui jika Anna menahan senyumnya sedari tadi. Aksel memang cukup pandai juga memperhatikan gerak gerik seseorang, wajar saja jika ia memang banyak memiliki perusahaan dengan klien yang banyak.
"Dari mana tahu kalau saya nahan senyum?"
"Dari wajahmu."
"Maaf ya, Aksel," mulailah diri Anna menunjukkan yang seebnarnya. Ia akan terus meminta maaf pada Aksel karena banyak ia repotkan seperti sekarang ini.
"Untuk apa?"
"Kamu direpotkan seperti ini, sampai kamu tidak bekerja."
"Kalau begitu ada bayarannya."
"Apa bayarannya? Pakai uang atau?"
"Atau? Mau kamu atau apa?"
Kening Anna sangat mengernyit, ia tidak tahu juga apa yang Aksel pikirkan. Akan tetapi, Anna cukup memikirkan untuk dibayar dengan tubuhnya sebab Aksel memang tidak meminta haknya juga.