Anna banyak merenung setelah Edrick banyak mengatakan tentang Aksel dan lukanya.
"Bukankah kalau keadaannya memburuk akan lebih membuat Bi Asih sedih?"
"Kita doakan saja supaya tidak apa-apa, hal ini sudah sangat sering sekali."
"Kalau boleh tahu, sejak kapan Aksel seperti itu?"
"Setelah Ibunya meninggal, disusul Adiknya lalu Ayahnya."
Beruntun sekali kehilangan sebuah keluarga Aksel, wajar jika ia juga memiliki temperamental yang seperti itu. Ia hidup pada lingkaran luka yang begitu banyak namun sangat pandai sekali menyembunyikannya.
"Kalau saya jadi Aksel mungkin enggak akan bisa sekuat dia kayaknya," Anna menggumam sendiri.
"Saya juga Anna, tetapi Aksel berusaha kuat untuk dirinya sendiri. Saya harap kamu jangan meninggalkannya dulu, bantu dia sebentar saja sampai semuanya benar-benar membaik."
Kening Anna mulai mengernyit, ia bingung apa yang dikatakan oleh Edrick. Ia masih mencerna kalimat-kalimat yang diucapkan oleh Edrick.
"Maksudnya Pak Edrick bagaimana?"