Chereads / Rahim Sewaan : Istri Bayaran Sang Bos / Chapter 10 - Menyelesaikan Dengan Uang

Chapter 10 - Menyelesaikan Dengan Uang

"Jadi, kau mendapat uang ini dari mana, Keyra?" Dokter yang menangani Lisa—Ibu dari Keyra. Keyra hanya bisa tersenyum hambar. Bagaimana tidak, Keyra sama sekali tidak bisa untuk mengatakan jika semua uang ini dia dapatkan dengan cara menjual dirinya sendiri, ya … Keyra tidak sebodoh itu.

"Masalah dari mana uang ini, kau tak perlu tahu, Dokter, yang jelas aku mendapatkan bukan dari mencuri, merampok, atau apa pun itu. Hari ini mungkin aku hanya bisa membayar sedikit dulu, setidaknya operasi ibuku akan terus berjalan sampai ibuku benar-benar sembuh, ibuku bisa sembuh kan?" tanya Keyra yang seolah membutuhkan sebuah keyakinan untuk dirinya sendiri. Bagaimana tidak, dia bahkan sudah berusaha sampai di titik ini, dia berusaha keras sampai sejauh ini, jadi bagaimana bisa dia harus menggantungkan keyakinannya pada sesuatu yang tidak pasti. Dia telah banyak berkorban demi kesembuhan ibunya, jadi … ibunya pasti akan sembuh kan? Ibunya akan terselamatkan kan? Itulah yang dipikirkan oleh Keyra sekarang ini.

Sementara Sang Dokter yang mendengar pertanyaan dari Keyra tampak diam, apa yang bisa dia katakana, memang? Masalah pendarahan otak yang dialami oleh Lisa bukanlah hal yang ringan, bahkan sangat serius, Lisa pun sampai detik ini belum keluar dari masa kritis, sebuah hal yang cukup membuat Sang Dokter merasa cemas juga, bahkan harapan yang dimiliki Lisa benar-benar sangat kecil. Namun, melihat tatapan Keyra yang penuh harap, melihat wajah Keyra yang tampak sangat putus asa dan ingin menangis, apa yang harus dilakukan oleh Sang Dokter? Sebab biar bagaimanapun juga Sang Dokter cukup akrab dengan keluara Alfaro tidak dipungkiri itu.

"Kau tak perlu cemas tentang ibumu di sini, Keyra. Kami janji akan melakukan yang terbaik untuk ibumu. Berdoalah, karena doa adalah hal terpenting sekarang, doa yang memberikan keajaiban dan juga kekuatan. Terlebih jika doa itu datang dari orang terdekatnya seperti halnya kamu, Keyra,"

Keyra tampak menangis, dia mengusap air matanya dengan kasar, isakan itu kembali lolos di sela-sela bibirnya yang mungil, untuk kiemudian dia menganggukkan kepalanya juga.

"Baiklah, Dokter. Aku akan menemui Ayah dulu, aku harus memberikan uang jaminan kepada Ayah atau uang apa pun itu, agar Ayah bisa diberikan keringanan hukuman atas apa yang telah menimpanya sekarang, aku tidak punya banyak waktu, dan mungkin setelah ini aku akan jarang datang. Namun aku akan terus meminta kabar darimu, Dokter, apakah kau sudi untuk membalas pertanyaanku seputar perkembangan ibuku?"

"Ya, tentu saja, aku akan selalu menjawabnya, Keyra. Dan kamu jangan cemas, di sini banyak perawat dan Dokter yang akan selalu menjaga ibumu. Ibumu akan benar-benar aman di sini, kau uruslah urusanmu dan selesaikan dengan baik, oke?"

Keyra kembali mengangguk lagi. Dia melirik di ujung koridor, jika Marvin sudah ada di sana, berdiri sambil menyenderkan punggungnya di salah satu tiang yang ada di sana, Keyra menghela napas panjang, dia segera berjalan mendekati Marvin sambil memgusap kedua tangannya, asap mengepul dari mulutnya dengan sempurna.

"Apakah urusanmu sudah selesai?" tanya Marvin kemudian, berjalan di samping Keyra, tapi Marvin mengambil jarak cukup jauh, seolah keduanya tidak saling mengenal satu sama yang lainnya.

"Aku akan ke penjara, jika kau ingin kembali maka kembalilah, aku hanya meminta uang itu. Dan apakah benar jika setelah pernikahan, dan aku berada di rumah keluarga Wijaya aku akan benar-benar mendapatkan sisanya?" tanya Keyra kemudian, Marvin menyeringai kemudian dia menghentikan langkah tepat ketika keduanya sudah berada di halaman luar rumah sakit.

"Apakah kau semata duitan itu? Bahkan kau sangat tidak sabaran untuk meminta sisa uang yang bahkan jumlahnya tidak sedikit ini? Ternyata apa kata Pak Fabian adalah benar, jika keluarga Alfaro tidak ada yang baik, hanya ada satu yang baik dan itu tidak mungkin dirimu,"

"Dan aku bahkan tidak peduli, tentang cara pandang kalian kepadaku. Aku hanya butuh uang itu segera, Pak Marvin!"

Marvin langsung mengangkat tangannya, kemudian dia membukakan pintu untuk Keyra tepat di belakang kursi kemudi, tapi Keyra memilih untuk membuka pintu lainnya, dia duduk tepat di samping kursi kemudi berada.

"Aku akan memberinya, dan Pak Fabian tidak pernah ingkar janji, kau tahu itu,"

Keyra tak menjawab, dia hanya berdecak, bahkan rasanya dia benar-benar sangat muak dengan Marvin dan juga Fabian. Entah kenapa dua lelaki yang dia kenal itu benar-benar lelaki yang begitu dia benci sekarang ini.

Tak berapa lama mobil yang dikendarai oleh Marvin melakukan perjalanan, mereka pun sampai juga di salah satu kantor kepolisian. Keyra tampak menunggu seseorang, sampai orang yang ditunggu itu datang, sosok lelaki berkacamata dengan kumis tipis di bawah hidungnya, memandang Keyra dengan tatapan ramah tersebut. Keduanya langsung masuk ke dalam kantor kepolisian, kemudian duduk dengan manis sampai Dony Alfaro itu dibawa oleh salah seorang polisi untuk menemui mereka.

"Ayah," Keyra tampak memandang ayahnya dari atas sampai bawah, tak pernah terpikirkan sebelumnya jika ayahnya harus mengenakan pakaian tahanan seperti ini, wajahnya tampak benar-benar muram, penampilannya benar-benar tampak kumuh dan lusuh, lebih dari itu adalah tubuh Dony tampak benar-benar kurus, bahkan sekarang Ayah Keyra tampak begitu tua dari biasanya, ubannya mulai terlihat begitu nyata dan hal tersebut berhasil membuat napas Keyra tersengal, bagaimana tidak, dia sama sekali tak menyangka jika nasib kedua orangtuanya akan seperti ini. Setelah ibunya koma dan tak kunjung sadar, kini ayahnya tampak sangat memilukan di dalam tahanan.

"Keyra, kau datang? Ya Tuhan, putriku datang, Ayah benar-benar merindukanmu, Keyra," Dony tampak menggenggam tangan putrinya, keduanya terhalang oleh pembatas yang terbuat dari kaca yang cukup tebal. Hanya bisa saling menggenggam tangan, itu pun beberapa kali dilihat oleh para polisi penjaga yang ada di sana.

"Ayah, aku sama sekali tak menyangka jika Ayah akan berada di tempat seperti ini. Bagaimana kabar Ayah? Apakah Ayah tidur dengan baik? Apakah Ayah makan dengan baik? Ayah benar-benar tampak begitu kurus dan aku tidak pernah tega melihat Ayah seperti ini,"

Keyra kembali menangis, air matanya tumpah ruah dengan sangat nyata. Dony tampak memandang putrinya kemudian dia seolah mengusap air mata putrinya meski terhalang cermin, dan hal itu malah semakin membuat Keyra menangis bukan main.

"Aku rindu Ayah," lirihnya. Suara itu sudah tampak sangat parau, bahkan nyaris hilang ditelan tenggorokan, begitu memilukan bahkan sampai membuat pengacara keluarganya itu terdiam karena tak bisa berbuat apa-apa.

"Ayah juga merindukanmu, Keyra. Bagaimana kabar ibumu? Dia sudah baik-baik saja, kan? Dia sudah sembuh kan? Jatuhnya tidak parah kan?" tanya Dony, ya … selain dia begitu khawatir tentang putrinya, dia juga khawatir tentang istrinya.

"Ibu …" kata Keyra terhenti, apa yang harus Keyra katakan sekarang ini? Sangat tidak mungkin dia jujur kepada ayahnya sekarang. "Ibu baru saja melakukan operasi, Ayah, dan sebentar lagi Ibu pasti akan baik-baik saja, Ayah tidak perlu cemas dengan semuanya,"

"Namun, uang dari mana yang didapatkan ibumu untuk melakukan operasi, Keyra? Bahkan kita tidak memiliki uang sepeser pun bukan? Tentunya kau juga tahu tentang hal itu, bahkan—"

"Aku punya, Ayah, kau tidak perlu cemas tentang hal itu," jawab Keyra yang berhasil membuat ayahnya terdiam.