Fabian hanya bertopang dagu sepanjang perjalanan, banyak sekali hal yang menjejal di otaknya dan dia sendiri tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk menolong semua pemikiran yang berkecamuk di dalam hati dan otaknya, semua rasa lelah, semua rasa gundah, bahkan menyerah untuk hidupnya pun Fabian rasakan sekarang. Hanya secuil, ya … secuil rasa balas dendam dan benci yang ada di dalam genggamannya dan Fabian tidak tahu apakah yang dia lakukan ini sudah baik dan benar?
Faktanya, dia bukanlah manusia yang sedari lahir tidak punya hati. Lebih dari itu, dia adalah manusia pengasih yang tidak tegaan, karena kepergian kekasihnya lantas membuat Fabian berubah seperti ini, padahal dulu jelas … jelas sekali, rasa sesakit apa pun yang telah dia rasakan, rasa seburuk apa pun yang dia simpan dan perlakuan sekeji apa pun semua orang terhadapnya, Fabian akan selalu memaafkan. Namun ini … ini adalah hal yang paling keterlaluan yang pernah ada, ini adalah hal yang paling tidak masuk akal yang pernah ada. Tak pernah terbayangkan bahkan sampai kapan pun juga, tak pernah terpikirkan sampai kapan pun juga, jika sikap mengalahnya ternyata berdampak sangat buruk untuk dirinya sendiri.
"Tuan, apakah ada sesuatu yang harus aku kerjakan? Sepertinya ada satu hal yang mengganggu pikiranmu dan aku tidak tahu dan tidak bisa menebaknya sama sekali?" tanya Marvin, memandang Fabian yang masih bertopang dagu. Seolah tak mendengar, Fabian mengacuhkan ucapan dari Marvin, membuat Marvin menghela napasnya dengan sempurna.
"Tuan Marvin kan tahu sendiri bagaimana tabiat dari Tuan Fabian, dibanding dengan banyak bicara dan mengatakan apa yang ada di dalam hatinya, kita sebagai pegawainya hanya bisa menebak-nebak saja. Itu adalah hal yang tidak pernah terbayangkan, bagaimanapun dan dengan cara apa pun. Jadi dari pada Tuan Marvin bertanya, lebih baik mencoba mencari tahunya sendiri."
Marvin melirik Sucipto yang sedang menasihatinya, supir dari Fabian ini benar-benar sangat menyebalkan. Bahkan lebih dari itu Marvin paling kesal membuat Marvin dipermainkan. Marvin bukanlah seorang pawang dari Fabian apalagi cenayang, yang mampu menerawang apa yang ada di dalam hati Fabian sekarang.