"Nyonya, sepertinya kau telah salah menilaiku sekali, kau tahu aku bukanlah pelayan yang ada di sini. Namun aku adalah seorang karyawan di perusahaan Pak Fabian yang kebetulan tinggal di sini, aku—"
Bruk!
Tubuh Keyra langsung menabrak beberapa box barang dengan sempurna, membuat Keyra langsung memegangi lengannya yang sakit secara nyata. Bagaimana tidak, bahkan hal ini jauh lebih menyakitkan dari pada apa pun. Mata Keyra tampak nanar, bahkan dalam kehidupannya dia tak pernah diperlakukan seperti ini di keluarganya. Bahkan bisa dibilang di dalam keluarganya dia adalah sosok putri yang selalu disayang dan dimanja, bukan hanya dari orangtuanya saja, melainkan oleh para pelayan rumahnya juga. Namun, bagaimana bisa hidupnya sekarang berubah mengerikan seperti ini?
"Kau lihat, ada banyak cucian, ada banyak sayuran, ada banyak pekerjaan yang bisa kau kerjakan. Bahkan susu-susu sapi yang ada di belakang belum ada yang memerahnya, dan kamu bertingkah seolah dirimu adalah sosok yang paling tidak punya pekerjaan sama sekali? Dan kau bilang kau adalah karyawan dari perusahaan Pak Fabian? Bahkan orang bodoh pun tidak akan pernah percaya,"
"Tapi, Mbak—"
"Lekas kerjakan semua pekerjaanmu atau aku akan memberimu pekerjaan yang lebih dari pada ini!"
Keyra hanya bisa menahan napas, bagaimana tidak. Semua pekerjaan ini, dia tidak pernah melakukannya sama sekali. Keyra terduduk, mencoba untuk memilah beberapa pakaian dan piring kotor, sungguh kenapa nasibnya bisa berubah menjadi pilu seperti ini.
Di sisi lain, Fabian tampak melihat kejadian itu dari balik jendela ruang kerja pribadinya. Dia memandangi semua kejadian yang terjadi bahkan dari awal sampai akhir. Dia hanya diam, tidak mengatakan apa pun, hingga seseorang dari belakang tampak berdehem dengan nyata.
"Pak Fabian, bukankah seharusnya Bu Keyra tinggal di kediaman utama? Dia di sana benar-benar tidak pantas sama sekali. Bukankah Pak Fabian mengatakan jika Ibu Keyra bekerja di perusahaan Bapak? Dengan Ibu Keyra tinggal di pavilion pelayan sama saja dengan menganggap Ibu Keyra seperti pelayan, Pak Fabian, dan hal tersebut pasti akan membuat dia akan kesusahan,"
"Ibu Keyra," Fabian tampak memandang sosok di belakangnya itu dengan mimik wajah yang dingin luar biasa. Sosok itu hanya menundukkan kepalanya dengan dalam, dia bahkan tak berani mengatakan apa pun. "Bahkan pernikahan itu tidak berarti sama sekali bagiku. Lekas siapkan perlengkapanku, aku harus ke kantor segera,"
Laki-laki paruh baya yang memakai kacamata itu pun akhirnya mengangguk, sambil membungkuk perlahan dia keluar juga dengan patuh. Membantah ucapan dari Fabian bukanlah hal yang baik sama sekali. Meski hati kecilnya sangat kasihan melihat semua kejadian yang telah menimpa sosok yang telah dinikahi oleh tuannya kemarin. Sebuah hal yang sangat tidak manusiasi yang seharusnya tidak dialami oleh wanita yang tampak begitu lemah seperti Keyra.
Dan Fabian mengabaikan apa yang terjadi kepada Keyra, dia tampak berjalan menuruni anak-anak tangga rumahnya. Di ujung tangga sudah ada Marvin, berdiri dengan sigap sambil membawa beberapa dokumen di tangannya.
"Ah, Pak Marvin, aku ingin mengatakan kepadamu jika satu jam lagi kita akan rapat dengan salah satu relasi kita, setelah itu kita ada beberapa peninjauan produk terbaru kita, Pak,"
"Apakah, tidak bisa diwakilkan orang lain? Suruh Sabir untuk melakukan beberapa rapat tersebut sebab tidak mungkin sama sekali jika semuanya aku yang melakukannya, bukan?"
Marvin pun mengangguk dengan patuh, kemudian dia berjalan tepat di belakang Fabian yang sudah berjalan keluar dari rumah, masuk ke dalam mobil dan mobil itu pun langsung melesat pergi dengan sempurna.