Siang ini, Keyra tampak sudah duduk berdua dengan Fabian. Namun keduanya bukan duduk berdampingan dengan suasana yang nyaman dan menyenangkan, melainkan duduk dengan begitu resah dan juga tegang, berhadap-hadapan dan dipisah oleh sebuah meja, di atas meja itu ada dua buah dokumen di sana yang terbungkus manis dengan amplop berwarna cokelat. Keduanya diam, tapi dengan cara mereka masing-masing, cara kontras yang cukup mencengangkan yang bahkan siapa pun agaknya cukup tahu jika suasana di dalam ruangan yang bahkan hanya ada mereka berdua itu cukup tegang.
Keyra kembali memilin ujung pakaiannya, kedua tangannya tampak dia remas dengan sangat kuat. Matanya memandang dokumen itu, kemudian dia mulai membukanya sambil menahan napas. Bahkan kini, jantungnya seolah berhenti berdetak dengan sempurna, dia sama sekali tak menyangka jika dia berada di posisi seperti ini. Berhadapan dengan bos paling tinggi di perusahaan ini, tapi dengan cara yang amat berbeda. Bukan tentang sebuah penghargaan atas pekerjaan yang dia lakukan dengan sepenuh hati, melainkan tentang sebuah perjanjian gila yang bahkan berada di luar nalar Keyra sama sekali.
"Peraturan pertama, jika setelah aku menandatangani kontrak ini, aku harus pindah ke rumahmu sebagai seorang yang bekerja dengan kontrak yang berlaku, sampai aku memberikan apa yang kau mau, yaitu keturunan, dan yang kedua selama kontrak berlangsung tidak boleh ada satu pun yang tahu kalau kita melakukan perjanjian kontrak, andaikan ada beberapa hal yang mungkin membuat orang luar curiga, kita sebut sebagai sebuah hubungan antar kekasih dan tidak lebih," Keyra menghentikan ucapannya, bahkan suaranya tampak bergetar membaca semua peraturan yang ada di sana, Keyra mulai berpikir, jika laki-laki di depannya ini benar-benar tak menganggao dirinya manusia, melainkan sosok yang tak lebih sebagai alat pemuas nafsu, dan alat untuk mencapai tujuannya. "Pak, bisakah aku bertanya kepada beberapa hal sebelum aku menandatangani kontrak aneh ini?" tanya Keyra pada akhirnya. Matanya kini memandang Fabian, meski sudah tampak begitu nanar. Ya, dia hanya butuh kejelasan. Setelah semua yang dikatakan Fabian kalau lelaki itu membenci ayahnya, setidaknya Keyra harus mengetahui alasan lainnya, kenapa bisa lelaki itu sampai ingin melakukan hal sekejam ini kepada dirinya.
"Katakan,"
"Pertama, kenapa kau sampai seperti ini kepadaku. Dendam apa yang kau miliki kepada ayahku, dan yang kedua … maaf, aku tidak bisa melakukan perjanjian ini, Pak. Sebelum kau memasukkan satu hal di atas perjanjian ini. Semua isi dari perjanjian ini semuanya terlalu merugikanku, setidaknya biarkan aku memberikan beberapa hakku di atasnya, beberapa poin untuk melindungi hakku sendiri,"
"Apa?" tanya Fabian lagi, rahangnya mengeras, dia benar-benar sangat terganggu dengan wajah dari Keyra. Bahkan rasanya, kepalanya terlalu pusing setiap kali melihat wajah dan tatapan yang tampak terluka itu, Fabian begitu sangat membencinya.
"Aku tidak mau jika aku memberikanmu anak tanpa ikatan, baik kau setuju atau tidak, selama perjanjian ini berlangsung setidaknya aku ingin ada ikatan pernikahan. Aku tidak mau menjadi wanita yang bodoh, Pak. Aku tahu jika memiliki anak sebelum menikah bukanlah masalah yang besar, tapi aku dan keluargaku memiliki prinsip dan menjunjung tinggi masalah moralitas ini, aku adalah anak perempuan dari keluarga Alfaro, pantang bagiku untuk disentuh oleh lelaki mana pun yang bahkan bukan siapa-siapaku. Terlebih kita bukan memiliki hubungan atas dasar cinta, setidaknya aku ingin melindungi hakku dan anakku kelak,"
"Pernikahan?" Fabian tampak menyeringai, kemudian dia menulis beberapa pojnt tambahan dengan bullpen di sana. "Baiklah, terserah. Kau menginginkan maka aku akan memberikan, sebab bagiku pernikahan adalah sesuatu yang tidak penting. Sebuah ikatan yang bahkan tidak penting, tidak cukup berharga hanya sekadar sampah yang tidak berguna," ucap Fabian.
Keyra tersenyum getir, ya … untuk apa dia membahas masalah pernikahan dengan lelaki yang bahkan nyaris tak punya hati. Mereka tentunya memiliki sudut pandang yang berbeda, memiliki pemikiran tentang pernikahan tentu bukanlah gaya seorang Fabian Wijaya sama sekali. Ya, apa yang dipikirkan Keyra nyatanya benar. Laki-laki kaya yang memiliki banyak harta dan kedudukan tinggi akan selalu seperti itu, suka mempermainkan wanita dan menganggap wanita tidak ada gunanya, uang seolah harga yang pantas untuk menilai semua wanita yang mereka anggap dengan sebutan … sampah.
"Baiklah, sepertinya beberapa poin lainnya akan aku tulis sendiri, aku perlu menandatangani ini, kan, Pak?" kata Keyra. Suaranya sudah tak seserak tadi, bahkan sekarang Keyra sudah bisa lebih berani dari pada sebelumnya. Dia pun langsung menandatangani surat pernjanjian tersebut kemudian dia mengambil surat perjanjian tersebut, setelah semuanya selesai, Fabian pun menaruh sebuah koper di atas meja kemudian dia menarik sebelah alisnya, tatapannya yang tajam dan dingin itu bahkan bisa membuat Keyra membeku seketika,
"Aku berikan kau setengahnya dulu, yang lainnya akan dibawakan oleh Marvin, aku yakin saat ini kau sedang membutuhkan uang itu untuk memberikan jaminan kepada ayahmu, serta membayar biaya rumah sakit ibumu, kan? Dan pada akhirnya, orangtuamu yang angkuh itu membutuhkan pertolonganku, dengan cara menjual putri kesayangannya kepadaku. Aku sangat senang dengan semua itu, Mbak Keyra, dan aku menunggu kedatanganmu ke rumahku, jangan sampai telat satu detik pun, sebab aku paling tidak bisa menolelir siapa pun yang tidak becus dalam menghargai waktu!"
"Baik, Pak. Percayalah, aku cukup konsisten dalam menghargai waktu, sekonsisten itu aku menghargai pekerjaanku,"
Keyra pun langsung keluar, Marvin yang sedari tadi sudah berdiri di depan pintu tampak memandang Keyra dengan tatapan anehnya.
"Masalah pekerjaanmu, aku sudah membersihkan nama baikmu, Mbak Keyra, jadi mulai besok kau bisa bekerja seperti biasanya dan kamu tidak perlu cemas tentang masalah semuanya lagi, Mbak Keyra,"
Keyra tampak tersenyum kecut, kemudian dia memandang Marvin dengan tatapan terlukanya. Tidak pernah sama sekali dalam seumur hidupnya akan seperti ini, semuanya menjadi sangat menyakitkan sekarang.
"Pak, apakah seperti ini caramu bekerja?" tanya Keyra. Marvin tampak menarik sebelah alisnya, dia agaknya bingung dengan pertanyaan dari Keyra itu.
"Apa yang ingin kau ucapkan, Mbak Keyra?"
"Apakah begini caramu bekerja? Hanya karena kau menganggap aku sebagai karyawan yang lemah dan tak punya kuasa, lantas kau mempermainkan takdirku dengan cara sesuka hatimu? Memfitnahku atas semua hal yang sama sekali tidak aku lakukan, menekankau atas semua keadaan yang aku alami, agar akum au menyetujui apa pun yang ingin kalian inginkan. Apakah sekarang kalian telah merasa puas? Apakah musibah yang terjadi kepada keluargaku adalah sesuatu yang menyenangkan untuk kalian? Apakah kesulitanku adalah suatu yang terasa sangat menghibur kalian? Jika benar seperti itu maka, selamat … selamat atas kebahagiaan kalian, dengan cara mengorbankan kebahagiaan dan masa depan orang lain. Aku sama sekali tidak menyangka jika begitu sangat kotor permainan yang dilakukan oleh seorang bos besar, bahkan pemilik dari perusahaan sebesar ini,"