Chereads / Rainbow Dragon For My Pain / Chapter 4 - Manjanya Ael

Chapter 4 - Manjanya Ael

(Ragfael's PoV)

Tubuh kak eli berlumuran darah...

ia terkapar diatas tanah kering dan sangat keras ini...

"Kak..? KAKAKKKK!!"

Aku tidak bisa bergerak..

aku melihat kebawah dan mendapati kaki ku terperangkap sampai ke atas mata kaki ke dalam tanah coklat keras ini. Aku tidak bisa melangkah ke depan..

Aku melihat ke sekitar ku. Mencari benda yang bisa ku gunakan untuk menjadi jalan ku keluar dari tanah ini.

Ku tatap kakak ku yaang terkapar diatas tanah itu..

Mata ku menatap bayangan aneh disekitar tubuh kak eli.. Aku menengadah..

ITU??!!!

Ratusan anak panah tengah meluncur ke arah atas tubuh  kakak ku...

Aku mulai panik..

Dan baru ingat kalau aku memiliki saber di punggung ku-

Ku keluarkan saber nya dan ku tancapkan ke tanah dan berusaha mengeluarkan kaki ku dari tanah ini..

Dapat ku dengar beberapa anak panah mendarat ke tanah kering ini..

Otomatis pikiran ku menuju ke kak eli..

Saat aku menoleh untuk memastikan kalau ia.....

2 anak panah tertancap di paha nya dan sepertinya dalam-...

Aku semakin panik.

Aku harus cepat!

Aku memaksakan kaki ku yang seperti tersihir kedalam tanah ini.

Beberapa kali gagal... Namun aku tak menyerah. Aku harus menyelamatkan kak eli!

Mata ku memanas dan terasa berair..

Memaksa kaki ku keluar dan, BERHASIL!!

Aku berlari ke posisi kak eli.

Tapi setelah beberapa langkah, kaki ku terasa sangat keram dan aku terjatuh.

*CLING

*CLING

*CLING

*CLING

Ya Dewa.. Suara apa lagi itu?

Kembali ku lihat langit yang gelap itu,

Dan mendapati 4 pedang mengkilat, melayang di atas tubuh kakak ku. Semua mata pisau nya menghadap kebawah.. Dalam artian akan menusuk kakak ku kalau jatuh.

Aku mendecih lalu berlari secepat yang ku bisa tak peduli dengan rasa sakit yang dirasakan kulit kaki ku..

Saat ku sampai pada kakak, aku mendapati kalau mata nya sudah hampir kosong, mulut yang terus mengeluarkan darah, dan suhu tubuh nya yang sudah hampir dingin..

Aku menengadah, pedang-pedang itu sudah ada satu meter diatas kepala ku.

Aku menyadari kalau tangan kakak ku bergerak-gerak. Aku menyempatkan diri mengikuti kemana pergerakan tangan kakak ku..

Aku mulai merasakan sesuatu menusuk ke punggung ku dan benda itu bergerak semakin dalam..

Tak lagi ku pedulikan, gerakan tangan kakak ku, aku menarik nya dalam posisi terduduk, lalu memeluk nya erat.

Aku mati bersamanya disini pun aku tidak peduli.

Tiba-tiba aku merasa terpukul mundur oleh sesuatu kekuatan yang cukup kuat namun tenaga nya lemah.

Aku membuka mata ku dan kakak yang terlihat sudah sangat lemah, terduduk dengan menatap ku dengan tatapan bersalah..

"Tidak... Tidak..... TIDAK!!!"

Kakak ternyata memukul ku mundur 2 meter dari nya..

Aku bergerak maju lagi pada nya...

*JLEBB JLEBB

Aku..terlambat...

*JLEBB JLEB

________

"HAHHHHHH!!!!" aku bangun dari tidur ku dengan terduduk..

Tubuh dan pakaian atas ku basah karena keringat dingin.

Nafas ku berantakan dan aku dapat merasakan detak jantung ku sendiri ada di tenggorokan ku..

Ku tatap sekitar ku dan mendapati ruangan kamar ku yang sepi dan hanya ada hembusan angin malam.

Aku memegang dahi ku sendiri. Mimpi tadi benar-benar membuat ku tertekan..

*KLINGGG TING TING TING TINGGG

Aku menengadah ke langit-langit kamar ku yang ada di lantai satu.

Kakak!!

Aku melompat dari tempat tidur ku, berlari ke luar kamar dengan membuka pintu dengan kasar.

________

(Barca's PoV)

Ahh sialan!

Aku menjatuhkan sendok pemanas stempel lilin ke lantai kamar ku..

Ku taruh pena bulu yang ku pegang ke tempat nya lalu bangun dari kursi kerja kamar ku dan mengambil nya. Ku taruh kembali di tempat nya. Menulis surat permohonan yang cukup panjang dan formal ternyata melelahkan...

Aku berjalan ke arah jendela paling besar dan paling rendah, tak berkaca, dalam kamar ku ini lalu duduk disana sambil menikmati angin malam yang berhembus juga cahaya rembulan.

*DUAAAAGGGGG

Aku terkejut bukan main ketika mendengar pintu kamar ku di dobrak dari luar.

Aku menoleh untuk melihat apa yan-..

Oh. Itu hanya ael.

Ia berkeringat seperti habis berlari keliling Satbury 5kali dan menatap ku seperti aku habis merebut istri nya-

Dia kenapa?-

Aku berdiri dari jendela dan mendekati nya, "Hey.. Ada ap-!!"

Ia berlari duluan dan memeluk ku erat sekali.

Aku terdiam sebentar karena sikap nya, "Kenapa dengan mu ini?" tanya ku sembari merangkul nya.

Ia tidak menjawab tapi semakin memeluk ku erat.

Ku coba baca sedikit isi otak nya..

....

Ahh... Baru ku paham..

Aku mengelus kepala nya perlahan, "Begitu rupanya hm?"

Ael menyembunyikan wajah nya di bahu ku.

Ku elus pelan punggung nya, "Sudah sudah. Jangan dipikirkan. Aku tidak akan pernah meninggalkan mu sendirian okay? Tidak akan. Aku akan ada disini bersama mu dan terus selalu seperti itu."

..

Aku menempelkan kepala samping ku pada nya, "Sudah lah dik. Aku baik-baik saja disini."

Kami dalam posisi ini cukup lama karena ael tak juga melepaskan ku.

"Kau pikir aku ini mudah dikalahkan oleh makhluk lain apa?"

Ia mengedikkan bahu.

"Aihhh kau ini bagaimana?? Aku tidak akan mudah kalah oleh orang atau makhluk lain di Dunia Raya ini. Sudah sudah jangan sedih."

Tiba-tiba ia mendorong ku menjauh dengan wajah sedikit memerah dan matanya berkaca-kaca. Menahan tangis seperti nya dia, "Humph! Tidak tahu." ucap nya sambil menatap ku seolah tak butuh pada ku.

Aku menatap nya aneh, "Kau ini kenapa lagi sekarang? Tidak butuh lagi pada ku? Hoo tidak apa~ Pergi saja sana. Jangan minta makan pada ku saja."

"Kakakkkk!"

"Heheheehhee~"

Ael merajuk dan melempar tubuh nya keatas tempat tidur ku.

Tempat tidur yang kurasa sangat empuk dan nyaman. Dengan alas berwarna hitam-kebiruan, banyak bantal diatas nya dan satu lipatan selimut kain yang sedikit tebal.

Warna bantal dan selimut nya beraturan dan menyamai warna kain tempat tidur nya.

Aku mengambil sepotong roti yang belum ku habiskan semua dan kembali duduk di jendela ku sambil memakan roti sisa itu.

Ael menutup tubuh atasnya dengan selimut ku, "Kak.. Apa rencana mu selanjutnya?"

"untwuk?" tanya ku ditengah mengunyah roti.

"Sanddhart."

"Hoo itu." aku menelan roti, "Tidak tahu."

Ael menatap ku sambil ia terlentang diatas tempat tidur ku itu, "Apa maksud mu dengan jawaban itu? Kau benar-benar tidak tahu?"

Ku habiskan roti gigitan terakhir, "Aku tidak tahu ael. Tapi yeah, tentu saja aku memiliki rencana untuk Sanddhart. Tapi juga bingung mau bagaimana."

"Mhm? Ceritakan saja."

"Aku terjebak diantara beberapa pilihan ael.." aku menatap nya serius. "Aku bisa saja datang ke tempat tuan Axy dan meminta penambahan warga."

"Jadi salah satu pilihan nya adalah memindahkan warga Sanddhart kemari?"

"Yep. Tapi masalah nya adalah, darimana bisa dapat bahan bangunan rumah dengan cepat? Dan juga, kalau warga Sanddhart sudah sampai di Satbury sebelum rumah-rumah mereka yang baru sudah selesai, mereka mau kita kemana kan? Meski Sanddhart itu kecil, tetap saja warga mereka bisa jadi diatas 20warga. Mau kita apakan?"

"Hmm... Benar juga kau kak.. Lalu yang terkahir? Atau masih banyak lagi yang lain?"

"Yang terakhir, aku takut, kalau pindah wilayah bukanlah apa yang mereka mau sebenarnya.. Siapa yang mau meninggalkan tempata mereka lahir kan?"

Aku dan ael membicarkan hal itu beberapa lama tentang akan kami apakan Sanddhart.

Setelah lama aku berbincang dan tidak menemukan jalan keluar, aku berbaring di tempat tidur bersama ael, "Sudahlahhhh. Aku lelah memikirkan Sanddhart. Kau pergi tidur saja sana. Akan ku pikirkan lagi besok saja."

Ael mendekati kepala ku, "Aku..tidur disini ya..."

Aku menatap nya aneh, "Ragfael adik ku tersayannngggg! Aku tidak akan mati dalam tidur ku."

"Aku yang memasak makan mu besok..."

Senyum ku yang paling indah di tengah malam langsung muncul, "Silahkan pakai tempat tidur ku sesuka mu adik ku tersayang~"

Ia menatap ku datar dulu baru kemudian berbaring dengan posisi yang benar. Tapi ia membelakangi ku-

Aku  ingin tertawa sebenar nya namun pasti nanti tubuh ku jadi korban nya-

Aku mengambil selimut ku dan menyelimuti ael, menjentikkan jari dan lilin yang masih menyala dalam kamar ku langsung mati semua.

Membaringkan diri ku di sebelah ael. Ku tepuk-tepuk pelan bahu nya, "Sudah. Tidur  ya. Jangan dipikirkan."

Ia tidak menjawab dan menarik selimut semakin tinggi hingga menutupi leher nya.

Aku sedikit mundur dan langsung membuat diri ku sendiri nyaman.

Mencoba mengabaikan banyak nya kalimat yang membuat otak ku sakit, pakaian yang sudah sangat lama tidak ku pakai, atau ide-ide untuk... Apa saja yang dapat ku lakukan.

Daripada semua itu ku pikirkan lagi, lebih baik ku memaksakan tidur bersama ael.

.

..

...

....

Baru beberapa saat aku memejamkan mata bukan?

Kenapa aku merasa kalau ada sesuatu  yang memperhatikan ku dari jarak dekat dengan sangat seksama sepertinya?

Ku buka mata kiri ku secara perlahan.

Dan mendapati ael yang tengah memperhatikan ku tidur sambil memastikan kalau aku masih bernafas...

Anak ini benar-benar.....

Diam-diam aku mengambil bantal  extra yang ada dibawah kepala belakang ku,

Lalu ku tekan itu ke wajah ael.

"KAKAKKKKK!!!"

Aku tertawa lepas sebentar.

Ael kembali membelakangi ku. Seperti anak kecil yang marah.

Aku mendekati nya dari balakang, "Hey.. Baiklahhh aku minta maaf."

Ia tak menjawab.

"Hey~.."

Masih tak ada jawaban juga..

"Hiss kau ini.." aku mengelus kepala perlahan-lahan untuk menenangkan nya.

Ia sangat trauma sepertinya dengan mimpi nya itu. Entah mimpi sampai bagaimana sebenarnya dia.

Dalam diam nya ael, ia memundurkan kepala nya dengan sengaja.

Dengan kata lain, ia membiarkan ku bermain-main dengan rambut nya sebentar.

Rambut brunete nya yang panjang sampai ke pertengahan punggung.

Berbeda dengan rambut hitam kebiruan ku yang hanya panjang sedikit dibagian belakang nya saja.

Sejak kecil, ia memang suka kalau aku melakukan sesuatu yang merelaksasi kepala nya.

________

Aku membuka pintu kamar mandi dan langsung mencium aroma sarapan yang sangat wangi.

Aku yang belum memakai pakaian atasan, langsung 'terbang' ke area dapur dan area makan.

Mendapati ael yang tengah memasak makanan dengan posisi membelakangi ku.

Aku mengendap-endap ke meja makan. Mau mencuri sepotong roti bakar~

Muehehehe~

Tiba-tiba, ada bola perisai bening kebiruan yang menghalangi tangan ku dan roti-roti bakar mentega yang menggoda itu.

"Jangan sentuh dulu sebelum kau pakai pakaian dengan benar." ucap ael sok tegas sekali pada ku.

"Kau ini."

Ada peri kecil di dapur itu bersama ael. Ia adalah salah satu pembantu rumah kami, menutup mulut mungil nya dan tertawa pelan.

Awali hari dengan ditertawakan-

________

Aku dan ael sedang duduk di meja makan. Menikmati roti bakar mentega, jus buah dan buah segar untuk sarapan. Dengan 2 pembantu rumah rumah kami yang tengah membersihkan dapur.

"Setelah ini, aku akan ke tempat tuan Axy."

Ael menatap ku sambil melanjutkan makan nya, "Untuk?"

Aku mengambil gelas jus bagian ku, "Membahas Sanddhart. Akan ku urus semua nya hari ini."

"Baiklah kalau itu kata mu."

Aku mengangguk saja.

Sepatu kulit ku yang tengah dibersihkan oleh pembantu rumah yang satu nya. Sambil menunggu, aku membaca sebuah buku biru tua yang sudah lama. Kertas nya pun suddah sedikit menguning.

Ael mendekati ku sambil mengelap tangan nya dengan serbet dapur, "Kak.."

"Ael?" jawab ku tanpa menoleh ke arah nya.

"Kau ingin makan siang dengan apa? Kau akan pulang siang ini kan kak?"

"Masak saja salah satu menu favorite ku yang kau bisa ael. Dan aku akan pulang sebelum makan siang."

"Baiklah kalau begitu. Itu saja?"

"Minum nya aku ingin Martini~"

Ael melemparkan serbet yang ada ditangan nya ke wajah ku, "Kau gila akan minum anggur di siang bolong?"

Aku menarik serbet itu dari wajah ku lalu menatap ael sedikit sebal, "Apa salah nya minum anggur siang hari? Lagi pula kau kan tahu kalau aku ini tidak mudah mabuk."

"Bukan masalah mabuk atau tidak nya kak. Tapi kau kalau sudah minum anggur mau mabuk atau tidak, pasti tidakakan berhenti sampai malam. Dan keesokan hari nya akan sakit. Aku tidak mau."

Aku menaruh buku yang sedang ku baca di meja setelah meninggalkan penanda tempat terakhir ku baca, "Tidak mau aku sakit atau tidak mau mengurus aku sakit."

Ael menatap ku polos, "Kalau aku bilang kedua nya aku bohong kak. Tapi aku juga tidak bisa memilih."

Aku tersenyyum sebal, "Awas kau nanti."

________

Aku membuka kantor tuan Axy setelah dipersilahkan masuk.

"Apa yang membawa mu kemari Barca?" ucap nya sambil tersenyum dan langsung menaruh perhatian pada ku walau aku tahu beliau tadi sedang menulis dengan serius.

"Aku kemari untuk melapor tuan. Oh~ Dan aku memiliki sebuah permintaan~"

"Katakan saja Barca. Kau sudah seperti putra bagi ku."

Aku tersenyum.

________

(Author's PoV)

Di gurun pasir yang hanya ada pasir, angin, kaktus dan pohon palem.

Di satu titik gurun itu, tepat nya di sebuah tenda-tenda yang berdiri kokoh di tengah angin gurun yang sedikit lebih kencang dari biasa nya.

Markas salah satu bandit terkenal dan mungkin yang ditakuti banyak makhluk diberbagai daerah di permukaan dunia.

Ada makhluk berambut pirang berjalan dengan terburu-buru menuju tenda yang paling besar dari tenda yang lain.

Tenda itu juga berwarna hitam dengan bercak-bercak merah di keseluruhan nya.

Ia masuk ke dalam tenda itu lalu membungkuk hormat, "Boss Leemil memanggil ku?.."

Makhluk bernama Leemil itu menatap bawahan nya dengan gelisah, "Sudah kau temukan tempat persembunyian klan kita yang baru?"

Bawahan nya itu menelan ludah, "Maaf tuan... Tapi..yang tuan tugaskan untuk mencari tempat persembunyian itu belum kembali semua.. Yang sudah ada pun terpecah menjadi 2 kubu.."

"Kenapa bisa sampai begitu?"

"Tuan..." ia terlihat sangat ragu dengan jawabannya, "Sebagian besar memilih menyerah pada ancaman Lohengrin.. Sisa nya tidak menemukan apa-apa.."

Mata Leemil membesar tidak percaya, "Monster Sapphire itu benar-benar kuat... membantai satu batalyon yang bersenjata lengkap pun ia sanggup habisi sendirian.. Apa kabar kita?.."

Bawahan nya hanya tertunduk..

"Kita benar-benar tidak beruntung karena sudah bertemu dengan nya.."

Tenda itu hening sesaat.

"Tuan.. Hamba memiliki ide."

"Apa itu?"

"Bagaimana kalau kita mengecoh nya?"

Leemil menghapiri bawahan nya itu dengan emosi lalu menarik kerah pakaian nya, "Kau sudah kehilangan otak mu?! Justru dedngan mempermainkan nya, maka ia akan semakin gila dalam membantai kita." ia menjatuhkan bawahan begitu saja ke dasar tenda itu. "Lael saja sudah menjadi korban nya. Sampai sekarang dia tidak mau melihat ku karena takut pada ancaman monster itu.."

Bawahan nya tidak mampu menjawab.

"Kalau makhluk yang monster itu minta apa kau sudah dapat?"

"Su..sudah tuan... Namun ia sudah pergi sejak saya kembali semalam.."

"Kemana pula dia?"

"Dia bilang ia keluar dari klan ini dan pergi untuk meminta maaf pada Lohengrin secara langsung lalu akan meminta maaf pada nona yang sudah ia permainkan.."

"Dia berani juga.. Sayang aku tidak tahu yang mana pria itu.."

Leemil berjalan ke arah jendela tenda. Ia menarik nafas dalam untuk kesekian kali nya hari itu, "Aku dulu pernah bertemu dengan nya.." ia memulai sebuah cerita..

"Lalu tuan..?"

"Awal nya aku tidak mengira ia akan memiliki wajah bak boneka porselin pengantin pria yang sering dimainkan anak-anak kecil.. Karena ia terkenal dengan sebutan 'monster', aku mengira wajah dan tubuh nya itu akan penuh dengan luka duel dan sebagai nya. Namun begitu melihat wajah porselin nya itu, aku ragu.."

Bawahan nya hanya mendengarkan dengan seksama cerita boss nya itu.

Leemil berbalik badan, "Sampai saat aku membuat nya marah, aku mengerti mengapa ia disebut 'Monster Sapphire'..."