Ael masih menatap ku sinis. masih marah dia..
Tapi aku tak mungkin bilang kan ada apa..
Bisa kacau nanti...
"Jadi masih belum mau bilang kau kemana?" tanya ael yang ada dibelakang ku.
"Tidak tahu."
"Aku serius."
"Aku juga serius dik. Kau tahu aku buta wilayah kecuali melihat denah atau peta." aku menatap nya serius.
Ael memutar bola mata nya.
Aku melihat ke meja dekat tempat tidur ku lalu berjalan kearah ya.
Diatas nya terdapat berapa botol yang mana ku tahu isi nya apa atau kegunaan nya. Botol berwarna-warni dan berbagai ukuran. Namun semua lebih kecil dari telapak tangan ku.
"Kak, tangkap ini." ael melempar sesuatu pada ku.
Aku menangkap benda itu dengan cepat, "Apa ini?"
"Pakai mulai malam ini."
Ku buka kepalan tangan ku lalu melihat benda apa yang dilempar ael itu, "Kalung?"
Ael menyilangkan tangan nya di belakang kepala lalu hanya mengangguk.
Aku melihat kalung entah emas atau apa itu, karena berwarna putih atau perak itu, "Untuk apa ini?"
"Pakai saja mulai malam ini." ia menatap ku tanpa berkedip sedaritadi.
Seperti tak mau ku tolak..
"Kau tahu aku tidak suka ema-"
"Itu Titanium."
"Oh! Tidak mau. Lagi pula kenapa kau tumben sekali membelikan ku kalung."
"Kenapa? Tidak mau juga?"
Aku melompat ke atas dada nya lalu menekan leher nya dengan tangan kiri ku, mata ku menghitam dan menatap manik mata nya, "Aku tidak bodoh ya. Yakin kau adik ku hm?~"
Ael menatap ku risih dan tidak suka, mungkin juga takut ketika melihat tatapan mata ku, "Apa sih kau kakkk. Lepaskan aku!"
Senyum sinis ku muncul.
Ael yang seperti nya sudah sangat takut, memalingkan pandangan nya dari mata ku, "Aku ini masih adik mu Ragfael. Apa salah kalau aku membelikan mu kalung? Pria tidak masalahkan memakai kalung?"
Mata ku kembali seperti semula dan aku turun dari atas tubuh ael, lalu duduk disamping nya, "Hehehe. Aku hanya heran."
"Hissss"
"Habis, kau kan jarang membelikan ku barang seperti ini. Jarang sekali. Dan juga, aku tahu kalau ini bukan kalung biasa dik." aku berusaha mengaitkan kalung itu dengan pasangan nya di leher ku namun gagal.
Ael bangun dari tidur nya dan membantu ku, "Hanya sihir keberuntungan.."
"Ada apa dengan nada suara mu? Kau sakit dik?"
Ael memeluk leher ku erat, "Janji pada ku...sumpah kalau perlu...."
Aku memegang satu tangan nya, "Apa hm? Kenapa kau seperti menahan tangis?"
"Jangan...jangan tinggalkan aku sendirian kak..... Jangan..."
"..."
_
Pagi hari datang dengan tiba-tiba.
Aku membuka mata karena sedikit terganggu oleh sinar mentari yang masuk lewat jendela tak berkaca. Begitu aku membuka mata ku, sinar matahari langsung masuk tanpa izin-
Simulasi kebutaan-
Aku ingin meregangkan tubuh ku sedikit..
Ah ya, aku tidur di tempat ael karena dia yang memaksa ku..
Aku tidak bisa mengggerakkan tangan kan-
Astaga.. Ael memeluk erat tangan kanan ku-
Seolah aku akan pergi 7 hari 7 malam tanpa nya..
Semalam ia juga seperti menangis tak mau ku tinggal.. Maksud nya apa? Aku kan tidak ada misi keluar daerah yang jauh dan berhari-hari.
Kenapa dengan dia sebenarnya?
Sudah memberi kalung ajaib dengan tiba-tiba, semalam hampir menangis, dan sekarang tidur sambil memeluk tangan kanan ku.. Haduhh dia ini kenapa?
Ku coba untuk melepaskan tangan ku namun ael malah memeluk nya semakin erat.
Aku menggaruk kepala yang tidak gatal, "Hey.. Ael.." panggilku sambil sedikit menggerakkan bahu ael, "Bangun.. Sudah pagi. Kita harus membantu Sanddhart."
Tidak ada jawaban.
"Hey.. Ayo bangun."
"Mmmhhhh.."
"Bangun."
"iya..."
Aku mengguncang-guncang tubuh nya, "Bangunnnnn!!"
Ael akhirnya membuka mata biru es nya tapi malah menatap ku tidak suka, "Apa kakkk??"
Si bodoh ini.. "Ayo bangun. Kita banyak pekerjaan hari ini."
"Apa?"
Aku menjitak dahi lebar nya.
P.s
Dahi ael tidak selebar yang kalian pikirkan. aku hanya meledek nya terus.
Hehehehehehe kakak yang baik bukan?~
"Bangun dan lepaskan suami mu yang sangat kau cintah ini."
Kaki ael mendarat ke kepala ku dan membuat ku terjatuh dari tempat tidur.
"Sekali lagi kau bicara hal aneh dan menjijikan itu kak, akan ku kirim kau ke bulan!!" ael duduk di tempat tidur sambil menatap ku tajam dan tatapan baru bangun sekali.
"Heleh. Kau ini terlalu sayang pada kakak mu. Mana mungkin mau mengirim ku ke bulan?"
Ael berdiri dengan tangan kanan diangkat lalu terbuka di udara dan mengeluarkan cahaya biru dan putih yang terang, "Yakin?" tantang nya sambil tersenyum, menatap ku.
Mendadak aku meragukan kasih sayang adik semata wayang ku itu, "Ehehheheeeee kau tahu..aku bercanda kan dik... Sayang..."
"HMPHH!!" ia menurunkan tangan nya yang ada di udara lalu berjalan melewati begitu saja menuju kamar mandi.
Aku terkekeh pelan sambil berdiri lalu berjalan mendekati jendela yang paling besar lalu memutuskan untuk duduk disana.
Menatap langit yang masih sedikit orange karena matahari belum terbit terlalu lama sepertinya.
Setidaknya aku tidak bangun kesiangan ya~
Kemudian aku menatap kebawah. Ke Sanddhart yang sudah dibangun seperti semula.
Terlihat beberapa warga sudah keluar dari tempat yang mungkin adalah kediaman mereka dan mulai mempersiapkan depan bangunan mereka itu. Sepertinya benar-benar banyak toko disini ya. Aku bisa sedikit membeli beberapa peralatan untuk dirumah, untuk pekerjaan ku, Souvenir untuk tuan Axy, dan beberapa barang yang akan ku beli hanya untuk membantu ekonomi warga yang baru akan memulai kehidupan mereka lagi disini.
Aku menatap ke jalan setapak tepat dibawah jendela lantai 2 kamar inap ku, dan mendapati peramal Sanddhart yang sepertinya, tadinya sedang menatap ku namun ketika tatapan ku bertemu dengan milik nya, ia langsung memalingkan pandangan dan berjalan pergi dengan tongkat berbentuk naga.
Yang seingat ku terbuat dari tembaga..
_
Musik yang cukup meriah terdengar dari pertengahan Sanddhart. Banyak warga yang sedang merayakan kemerdekaan mereka setelah lama terjajah.
Mereka menari bebas dari berbagai usia. Menikmati hari tanpa bandit dan ketakutan.
Aku menari bersama anak-anak kecil dan bermain-main dengan mereka. Senyum ceria terlukis di wajah mereka.
Penjual makanan dan minuman ramai dikunjungi pelanggan untuk kembali merasakan hidangan mereka yang telah lama tidak ada.
Penjual mainan anak-anak dan perhiasan pun ikut ramai.
Aku tidak mengerti mengapa penjual perhiasan ramai-?..
"Siapa yang mau permen?~" ucap ku pada segerombolan anak kecil sambil menunjukan beberapa batang permen.
"Aku!!"
"Akuuu!!"
"Aku mauu!!"
Balas mereka antusias mendengar kata 'permen'.
Dasar anak-anak.