Shayna memilih untuk mengabaikan semuanya. Ya, semuanya. Kata-kata menyakitkan yang ditujukan padanya, bahkan sampai tatapan sinis dari setiap pegawainya yang menganggap berita itu benar.
Shayna tidak peduli. Lebih tepatnya dia mencoba untuk tidak peduli. Dia memilih untuk fokus pada urusannya. Selain pada pekerjaan, dia juga fokus pada rencana keduanya. Yaitu, lengser dari jabatan dan mengangkat Sagara menjadi seorang CEO.
Shayna yakin seratus persen Sagara sudah siap di bidang ini. Sagara tidak bodoh. Sagara hanya malas. Dan dia bertekad untuk mengembalikan Sagara yang dulu. Sagara yang penuh akan ambisi.
Sampai di kantor, Shayna baru sadar dia sendirian. Tidak ada Abi di sini. Pria itu masih berduka atas kematian Kakek Dome.
Orang-orang berduka, Shayna justru sudah sibuk bekerja.
Lucu? Sangat.