Chereads / Miss Independent VS Mr. Pengangguran / Chapter 5 - 5. Kontrak Pernikahan

Chapter 5 - 5. Kontrak Pernikahan

"Ay, duit dong—Aw!" Sagara tanpa dosa sedikitpun masuk ke dalam kamar mandi tanpa mempedulikan Shayna yang saat ini sedang telanjang bulat.

Baru saja lima detik di dalam kamar mandi, sebuah botol sabun melayang drastic mengenai kepala Sagara. Siapa lagi pelakunya jika bukan Shayna?

Sagara menjerit kesakitan, mengurut kepalanya sendiri yang berdenyut nyeri. "Sakit, Ay!" kesalnya.

Untungnya, Shayna sedang berendam. Jadi, seluruh tubuhnya tertutup oleh busa. "Lagian lo masuk kamar mandi santai banget udah kayak masuk kantor polisi." Kesalnya dengan mata melotot.

Masih dengan tangan yang mengurut kepalanya, Sagara duduk di tepi bathtub. "emang ada orang yang masuk kantor polisi santai?"

"Ada." jawab Shayna tanpa pikir panjang.

"Siapa?" Sagara merasa ingin tau.

Shayna mengangkat jari telunjuknya, menunjuk Sagara. "Lo."

"Lah?! Kok jadi gue?!" kesal Sagara, merasa tersinggung. Tak hanya tersinggung oleh ucapan Shayna, dia juga tersinggung oleh tatapan mata Shayna yang menatapnya seolah-olah Sagara adalah seorang kriminalitas. Padahal, gelar itu sudah Sagara lepas dari lama.

"Amnesia, Mas?! Lupa kalau dulu langganan kantor polisi?" sarkas Shayna.

Sagara sudah menduga Shayna akan membahas masa lalu kelamnya dimana dia langganan kantor polisi karena hal-hal sepele. Sagara bukan mencuri atau memperkosa. Dia hanya sering tertangkap balapan liar, tawuran antar universitas, dan sesekali tertangkap karena dia menyetir dalam keadaan mabuk.

Saking seringnya Sagara masuk kantor polisi, sampai-sampai para polisi di sana mengenalnya baik. Bahkan, saat satu bulan Sagara tidak kembali, polisi di sana menghubungi Shayna selaku wali Sagara untuk menanyakan kabar Sagara. Kocak memang pria ini.

"Ya 'kan itu dulu. Sekarang gue taubat. Cuman pengangguran dan hobi balapan doang. Kalau ketangkep polisinya enggak lagi. Males soalnya." Ujar Sagara.

Shayna mengedikkan bahu, pertanda tidak peduli. "Halah, liat aja nanti. Paling bulan depan gue bakal dapet telfon dari polisi." Katanya meremehkan.

Sagara menghela nafas berat, sedikit kesal karena Shayna tidak mempercayainya. "Ngomong aja lo yang ngebet ketemu sama para polisi. Secara dulu lo sampai dilamar dua polisi di sana."

"Heh sialan ya! Idaman gue bukan polisi. Lagian, kayak yang lo bilang kemarin… jalan gue buntu. Jadi, gue gak ada waktu pendekatan atau cinta-cintaan karena gue tau pada akhirnya gue bakal nikahnya sama lo." ketus Shayna.

Merasa tak ingin membahas hal yang sudah terlalu jelas, Sagara menodongkan tangannya. "Duit! Gue mau keluar!"

Lucu sekali bukan? Suami yang meminta uang pada istri. Agaknya, hanya Sagara yang seperti ini. Sudah begitu, wajahnya tampak tidak bersalah sedikitpun.

"Keluar kemana?" tanya Shayna. Sebenarnya dia tidak peduli. Dia hanya mengantisipasi saja barangkali Kakeknya tiba-tiba datang dan menanyakan keberadaan Sagara.

"Nyewa cewek. Punya gue gatel pengen digaruk. Dan karena istri gue sangat durhaka gak mau garukin, ya udah gue minta ke cewek lain." jawab Sagara terang-terangan.

Sudut bibir Shayna sampai terangkat saking kagetnya. "B-berapa emangnya?"

"Tiga ratus ribu." Jawab Sagara.

Shayna syok seketika. "Dih? Murah banget. Masa lebih mahal karpet rumah kita daripada harga diri cewek yang lo sewa?!" katanya meremehkan.

Sagara menarik nafas panjang, membuangnya kasar. "Bawel banget sih lo. Tinggal ngasih gue duit ribet banget."

"Ck! Emangnya Kakek udah gak ngasih lo duit lagi?" tanya Shayna.

Melihat Sagara mengangguk, hati Shayna tercelos nyaris jatuh. "Seriusan?! Jadi, gue yang menopang semua kebutuhan rumah dan kebutuhan lo dong?!"

Sagara mengangguk lagi dengan wajah polosnya, membuat Shayna sakit kepala dibuatnya.

"Kakek nyuruh gue cari kerja. Katanya dia gak bakal ngasih duit lagi sampai gue mau kerja." Kata Sagara.

Shayna bisa sedikit lega. "Terus niatnya lo mau cari kerja dimana?"

"Lo percaya gue bakal cari kerja?"

Alis Shayna terangkat ke atas. "Maksudnya?!"

"Siapa juga yang mau cari kerja?! Gue bakal tetap di rumah lah. Males kerja, capek. Lagian ada lo juga yang gajinya gede." Ekspresi Sagara saat mengatakan ini sangatlah santai seolah dia sedang memberitahu Shayna bahwa dirinya adalah seorang laki-laki.

"Lo sadar gak sih kalau lo keterlaluan, Sag—"

"—Mas, Ay!"

"Oke, fine! Lo sadar gak sih kalau lo keterlaluan, Mas?!" Shayna menuruti Sagara karena terlalu malas berdebat.

Tidak peduli dengan kemarahan Shayna, Sagara kembali bersikap biasa saja. "Enggak sih. Yang penting gue gak ngelakuin kekerasan ke lo."

"Kekerasan fisik emang enggak, tapi kekerasan batin sampai bikin mental gue ikut kena."

***

***

"Ay!"

"Ay!"

"Ay!"

Sejak Sagara pulang, Shayna yang awalnya nyaman-nyaman saja di rumah langsung terusik mendengar ocehan Sagara yang tidak ada selesainya. Pria itu dengan kurang ajarnya memanggil Shayna terus menerus, meneror sang istri. Padahal, Shayna sedang sibuk mengurus sesuatu.

"Apaan sih Mas Saga?!" Shayna sengaja menekankan kata 'Mas' dengan harapan Sagara mau bungkam. Dan untungnya, pria itu benar-benar bungkam.

Sagara duduk d samping Shayna, menarik-narik kerah baju Shayna. "Laper…" rengeknya.

Sagara ini benar-benar seperti anak sekolah menengah pertama. Urusan makan saja Shayna yang harus mengaturnya. "Beli online atau apa kek. Gue lagi sibuk nih!"

Sagara mengintip laptop Shayna sekilas. "Lo sibuk bikin kontrak pernikahan?" tanya dia.

Karena Sagara sudah mengetahuinya, Shayna tidak lagi menutupi laptopnya. Dia membiarkan Sagara membaca apa yang tadi sempat pria itu baca.

"Wah… lo seriusan bikin kontrak pernikahan buat kita? Gue kira kontrak pernikahan kita bakalan tersirat." Katanya.

"Dimana-mana yang namanya kontrak itu tersurat. Kalau tersirat, mungkin kontrak sama iblis buat pesugihan." Balas Shayna. Jiwa julidnya mendadak keluar saat dengan Sagara.

"Gila ya? Hubungan kita udah kayak di film-film pakai kontrak kayak gini segala." Sagara duduk di samping Shayna, membaca lebih teliti kontrak tersebut.

"Bagian ini revisi aja. Tidak boleh adanya orang ketiga dalam pernikahan kita. Jadi, selama kita masih sah suami istri, gak ada yang boleh buat selingkuh." Sagara mengatakan hal itu dengan penuh percaya diri seolah dirinya lebih suci daripada Shayna. Padahal jelas-jelas dia baru saja berselingkuh secara tidak langsung.

"Lo yakin?" Shayna tidak percaya pada Sagara.

Dengan penuh percaya diri, Sagara mengiyakan. "Yakin lah, seratus persen. Gue gak mau ya kena penyakit kelamin gara-gara lo main sama yang lain."

Ekspresi Shayna datar. Sedikit syok, namun tak terlihat. "Bukannya gue yang harusnya ngomong gitu?"

"Ya enggak… kalau gue 'kan udah pro. Udah sering main. Jadi, gue selalu hati-hati dan pakai kondom. Lagian yang mau main sama gue juga selalu gue suruh tes dokter dulu kok. Dia harus menyertakan bukti bebas dari HIV dan semacamnya." Jelas Sagara.

Pria itu semakin kesini jadi semakin kesana ya? Shayna dibuat syok berkali-kali olehnya.

"Terus maksud lo gue berniat mau selingkuh, main di belakang lo, dan berbuat hal yang gak seharusnya gue perbuat?"

Sagara mengangguk yakin seolah dia bisa meramal masa depan. "Iya 'kan barangkali aja. Secara Abi masih ada di sekitar lo. Dan kalian deket. Jadi, gak menutup kemungkinan kalian bakal khilaf."