Marisa sampai di depan gerbang kosnya, dia pun segera keluar dari dalam mobil taksi dan bergegas lari membuka pintu gerbang. Namun saat dia melihat ke dalam tidak ada satu pun orang, tidak ada pria aneh itu di atas sofa. Membuat Marisa merasa bersalah, karena tidak mempercayai pria aneh itu.
"Kemana dia? Kenapa dia tidak ada disini. Apa karena dia sakit hati denganku yang kemarin tak mempercayainya?" batin Marisa bertanya-tanya sambil melihat sofa yang kosong tak ada orang.
Tiba-tiba saja seseorang datang meraih pundaknya, Marisa tersenyum dipikirnya dia Joy yang kembali. Namun ternyata saat berbalik dia merupakan ibu pemilik kos yang menyapanya.
"Marisa kenapa kamu melamun disini? Nanti kesambet loh sendirian." Pemilik kos yang bernama ibu Maryam.
"Eh ibu sedang apa disini?" tanya balik Marisa sambil tersenyum paksa melihat ibu pemilik kos yang datang untuk menyapa.
"Biasalah untuk apa lagi, kalau bukan untuk melihat keadaan kos. Bukannya ibu sudah biasa datang kemari di jam seperti ini." Pemilik kos dengan nada datar melihat Marisa.
"Oh ya sudah Bu kalau begitu Marisa masuk dulu ya Bu." Marisa sambil tersenyum berpamitan kepada ibu pemilik kos.
"Ya sudah sana istirahat sudah malam," jawab ibu pemilik kos membalas senyum Marisa yang akan meninggalkan dirinya untuk naik ke atas kamar kosnya.
Setibanya di kamar kosnya, dia pun membuka kamarnya yang dikunci. Saat membuka pintu kamarnya, seperti biasa kucingnya yang bernama Bulan itu sudah berada di belakan pintu untuk menyambut kedatangan Marisa babunya.
"Bulan kusayang..." Marisa langsung meraih kucingnya lalu menggendongnya di dalam dekapannya.
"Meong...Meong...Meong...'' Bulan yang seolah menjawab perkataan Marisa. Mereka sangat dekat sekali, walaupun berbeda spesies, tapi tetaplah semua makhluk hidup pasti membutuhkan teman.
Marisa langsung memberikan makan untuk Bulan, setelah itu dia beralih menuju kamarnya untuk berganti pakaian. Setelah selesai dia mengambil minuman di kulkas, lalu dia melangkahkan kakinya lagi menuju kaca jendela kamar kosnya. Dia melihat bulan bersinar terang sekali, sambil berkata dalam benaknya.
"Apa benar ada kehidupan di bulan? Apa merka juga alien atau hantu? Bagaimana bisa mereka bisa hidup disana, sedangkan yang kutahu disana tidak ada gaya gravitasi bumi. Apa mereka semua terbang?" batin Marisa bertanya-tanya mengenai kehidupan di bulan.
Kringggg....Kringggg....Kringgg....
Ponsel milik Marisa berdering, mengejutkannya yang sedang melamun sambil memandangi bulan. Dia pun berbalik lalu melihat tasnya, dan dengan cepat dia mengangkat panggilan masuk dari April.
"Tumben sekali dia meneleponku." Gumam Marisa sambil menekan layar ponselnya untuk mengangkat panggilan dari April.
Di bar malam April sedang mabuk sambil menangis memanggil Marisa, membuat bartander yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepalanya saja melihat keanehan itu.
"Marisaaaa.... Kenapa aku harus gagal terus dalam percintaanku! Apa karena aku menyebalkan," keluh April yang nadanya sudah tak jelas dan bicaranya sudah tidak dapat dimengerti.
"Kau dimana? Beritahu aku, maka aku akan kesana untuk menjemputmu," tanya Marisa kepada April yang terdengar sedang mabuk berat.
"Aku sedang di bar malam, tadinya aku bersama si brengsek itu, tapi dia tega sekali meninggalkan aku setelah dia mencampakkan aku! AAAAAAHHHHH!" April menangis sambil memukul meja yang ada di depannya.
"Kau diam dulu ya disana, jangan kemana-mana. Aku akan datang menjemputmu," pinta Marisa dengan wajah cemas dengan temannya itu.
Dia memakai jaket dan mengambil tasnya, dia berjalan untuk segera keluar dari kamar kosnya hanya dengan memakai celana pendek dan kaos oblong. Marisa bergegas untuk segera pergi menemui April yang ada di bar malam.
***
Di sebuah rumah mewah, tepatnya di dalam laboratorium. Joy yang tidak mengenakan sehelai pakaian pun sedang memejamkan matanya sambil berbaring di ranjang tidur pasien. Banyak alat-alat penelitian di dalam ruangan itu.
***
Setibanya di bar malam, Marisa pun masuk ke dalamnya lalu dia melihat ke sekeliling untuk mencari keberadaan temannya itu, berjalan dengan pelan dan tak lama dia menemukan April yang sedang duduk di depan dekat dengan bartander dan dengan cepat dia menghampirinya.
"April... Kau masih minum di saat kondisimu sudah seperti ini," tegur Marisa dengan mengerutkan dahinya melihat April yang tersenyum dalam keadaan mabuk berat.
"Marisa kau datang juga kemari," April langsung memeluk Marisa sambil duduk.
"Ya sudah ayo kita pulang, aku akan mengantarkanmu ke apartemenmu," ajak Marisa sambil mengangkat tangan April untuk membantunya berdiri.
Marisa membayar tagihan minuman yang habis diminum oleh temannya itu, lalu dia pun membawa April yang berat badannya keluar dari dalam bar. Di luar April mulai mengoceh hal-hal yang tak masuk akal.
a"Kenapa si brengsek itu meninggalkan aku, setelah aku memberikan semua kepadanya! Aku amamenyesal telah tidur dengannya, mending kalau dia bisa memuaskan gairahku!..." Marisa langsung menutup mulutnya agar tak bicara lagi banyak orang yang melihatnya.
"Jangan bicara lagi, kau tidak malu apa banyak orang yang melihatmu. Sudah lebih baik kau tidur sekarang!" pinta Marisa kepada April yang sedari tadi cerewet sekali bicara terus.
Marisa melihat taksi yang akan lewat, dengan cepat dia pun menghentikan taksi. Tak butuh waktu lama taksi berhenti tepat di depan mereka. Marisa segera membuka pintu mobil taksi lalu memasukkan April lebih dulu, baru setelah itu dia yang masuk ke dalam duduk di samping April.
"Pak tolong antar kita ke apartemen Floria," pinta Marisa sambil menutup pintu mobilnya kepada sopir yang duduk di depan.
"Baik Nona," jawab sopir langsung melajukan mobilnya untuk segera berangkat menuju apartemen yang tadi disebutkan oleh Marisa.
Di perjalanan Marisa melihat April yang sudah tenang tertidur sambil memejamkan matanya dan bersandar di bahunya. Dia pun melihat keluar kaca jendela mobilnya, pemandangan malam hari yang begitu indah. Bulan dan bintang berdekatan, dalam benaknya mengingat lagi pria aneh yang mengaku tinggal di bulan.
"Apa sekarang dia sudah kembali ke asalnya. Apa bulan sudah aman dari gas beracun. Kasihan sekali dia harus mengalami nasib buruk, entah itu benar atau tidak yang pasti aku ingin mempercayai sesuatu hal yang mustahil sekali pun." Marisa tersenyum sambil memandangi bulan.
Setibanya di lobi apartemen, Marisa pun langsung membuka pintu mobilnya dan keluar menuju pintu satunya untuk membantu April yang sudah tak berdaya. Selesai April keluar, dia pun menutup pintu mobilnya dan taksi itu pun segera pergi meninggalkan mereka.
Marisa membawa masuk temannya itu masuk ke dalam lobi untuk segera menaiki lift menuju lantai lima belas. Di sana kamar apartemen April berada, di dalam lift Marisa kelelahan sekali menahan beban berat April.