Kebahagian yang tercetak di wajah Hanin membuat hati Galang sangat damai. Pria itu lebih menyukai sikap Hanin seperti saat ini, dibandingkan sebelumnya.
"Cantik!!" gumam Galang dengan nada yang begitu tulus terdengar oleh gema yang tercipta.
Setelah pulang dari taman bermain keduanya langsung membersihkan diri, karena saat pulang tadi Galang dan Hanin kehujanan.
"Mas kamu mandi aja duluan, aku mau masak air jahe sebentar," teriak Hanin. Galang juga membalas teriakan istrinya itu, dan segera menuju ke dalam kamar mandi. Pria itu tidak mau membuat sang istri semakin mengomel ketika tahu, kalau dirinya tidak menurut.
Sedangkan Hanin mulai mengupas kulit jahe, dan membuat minuman untuk mereka. Udara yang dingin, membuat Hanin tiba tiba bersin dan bisa dipastikan bahwa sebentar lagi wanita itu akan flu.
"Hacim ... hacim ... hacim." Berulang kali Hanin bersin terus menerus, membuat dirinya mengeluarkan air mata. Setelah selesai mengupas kulit jahe Hanin lalu mulai membersihkan dan mengambil panci yang bersih untuk mulai merebus jahe tak lupa dirinya juga mengeluarkan gula merah kiriman dari mertuanya.
Kedua orang tua Galang, begitu sangat menyayangi Hanin seperti anaknya mereka sendiri. Bahkan jika Galang dan Hanin berkunjung, Galang lebih diperlakukan seperti orang lain berbeda dengan Hanin yang sudah dianggap anak sendiri.
Hanin sangat bisa mengambil hati semua orang, sikapnya yang lembut dan sopan membuat orang orang yang mengenalnya menjadi betah berada di dekatnya. Begitu juga dengan Galang, yang sudah sangat nyaman dengan kedekatan mereka berdua.
Galang bahkan sempat menyesal, kenapa baru sekarang dirinya seperti ini. Dekat dengan sang istri, sehingga tidak perlu ada drama drama yang sering mereka perankan sebelumnya.
Setelah semua bahan bahannya di masukan ke dalam panci, Hanin lalu masuk ke dalam kamarnya wanita itu akan mandi air hangat. Dirinya langsung mulai menyalahkan shower, tak lupa Hanin menambahkan aroma terapi untuk membuat kesan damai yang semakin luas. Serta untuk mengurangi flu yang sebentar lagi akan menyerang.
Tiga puluh lima menit berlalu, Hanin sudah selesai di dalam kamar mandi, wanita itu juga sudah mengganti pakaiannya dan langsung menuju ke arah dapur. Tepat dengan kedatangan Hanin, air di dalam panci itu mendidih.
"Aww!! pekik Hanin. Sontak saja pekikan yang dilakukan oleh Hanin dapat membuat Galang yang masih berada di lantai dua segera turun ke bawah. Pria itu terlihat jangan panik karena mendengar teriakan yang dilakukan oleh istrinya.
"Kamu kenapa?" tanya Galang panik. Terlihat jelas raut wajah yang tidak bisa dihindari, pria itu langsung mengambil jari tangan sang istri dan meniupnya sontak saja hal sederhana yang dilakukan oleh Galang ini berhasil membuat Hanin seketika melayang. Apa yang dilakukan oleh suaminya ini, kenapa selalu bisa membuat jantungnya berdebar dengan sangat kencang.
"Aku gak kenapa kenapa Mas. Ini tadi gak sengaja terkena panci yang panas, udah ini nanti akan balik lagi kok kamu gak usah khawatir seperti ini," ucap Hanin.
Namun, bukan Galang nama nya jika dirinya menuruti apa yang sudah diucapkan oleh sang istri. Pria itu tetap dengan rasa khawatirnya membawa Hanin untuk duduk di kursi meja makan. Pria itu lalu mengambil kotak p3k dan juga air es yang ada di dalam kulkas. Melihat hal itu membuat Hanin menjadi bingung, karena sikap yang ditunjukkan oleh sang suami kepada dirinya.
"Sekarang kamu diam di sini, gak boleh kemana mana."
"Tapi itu minuman jahe nya belum selesai Mas, masih harus diaduk sama gula merah." Galang langsung menggelengkan kepalanya, pria itu tidak suka dibantah dan Hanin hanya bisa menahan nafasnya. Sudah dapat dipastikan jika saat ini, raut wajah Hanin terlihat sangat jelas bahwa dirinya kesal dengan tingkah laku suaminya itu.
***
Jari Hanin yang terkena pinggiran panci yang pantas tapi Galang memperlakukan istrinya itu seolah sedang sakit parah. Hal itu disebabkan oleh, sikap Galang yang sangat berlebihan seperti saat ini.
Saat Hanin ingin masuk ke dalam kamar mandi namun, ketika beranjak dari kursinya Galang segera mendekat dan langsung menggendongnya, hal ini benar-benar membuat Hanin kesal.
"Mas yang luka itu hanya jari aku loh, tapi kenapa aku harus digendong kayak orang cacat seperti ini," protes Hanin. Bukannya mendengarkan apa yang disampaikan oleh sang istri, dirinya seolah tidak peduli dan tetap melakukan apa yang dirinya inginkan.
Hanin malas berdebat, hanya bisa pasrah dan menerima semua perlakuan yang sekarang sedang dirinya nikmati. Setelah selesai, dengan urusannya Hanin lalu kembali memanggil sang suami dan Galang segera menggendong istrinya.
"Mas kamu nggak usah berlebihan seperti ini, aku itu cuman luka ringan. Kenapa sih kamu harus bertingkah demikian," protes Hanin. Tapi Galang seolah tidak mendengar hal itu, dirinya tetap dengan apa yang menurutnya benar. Sedangkan Hanin hanya bisa pasrah dengan semua kemungkinan yang terjadi, dan malas untuk berdebat dengan suaminya.
***
Keesokan paginya, Hanin bangun lebih pagi di lihatnya sang suami yang masih tertidur di samping tempat tidurnya. Dipandangnya wajah tampan sang suami, senyum di wajah Hanin tercetak dengan sangat jelas.
Tanpa Hanin sadari jika, sejak tadi Galang sudah terbangun. Pria itu bisa merasakan bahwa istrinya menjauh dari pelukannya. Intensitas keduanya, yang selalu berpelukan membuat Galang tidak bisa jauh dari istri. Pria itu akan selalu terbangun, jika merasakan pergerakan dari Hanin.
Perlahan Galang membuka matanya, keduanya saling menatap satu dengan lainnya. Senyum indah tercetak dengan sangat jelas di wajah Galang.
"Good morning, Sayang," ucap Galang. Sontak saja hal itu mampu membuat Hanin, bersemu merah dan hal itu sangat disukai oleh Galang.
Wajah Hanin tertunduk, Galang lalu menarik dagu sang istri supaya bisa melihat wajah merah padam milik istrinya.
"Kenapa menundukkan, aku ingin melihat wajah cantik milik istriku," ujar Galang. Kembali hal itu membuat Hanin bersemu, sungguh apa yang terjadi pada dirinya dan Galang sekarang sangat indah. Hanin selalu berdoa, semoga tidak ada gangguan dari siapapun itu, dan dirinya juga berharap jika Wina tidak lagi mengganggu suaminya.
Berbeda dengan Galang dan Hanin yang sedang saling berpelukan menikmati pagi yang sangat indah, dengan dekapan yang sangat hangat. Wina sekarang sedang kesal, karena semua panggilan dan pesan yang dirinya kirimkan kepada Galang tidak ada satupun yang dijawab.
Wanita itu sudah berang, dan sangat kesal. Wina rasanya ini segera mendatangi Hanin, dan membuat wanita itu tahu sedang berurusan dengan siapa.
"Lihatlah dan nikmati apa yang akan kamu lihat, saudaraku," ucap Wina. Wanita itu lalu mengirimkan sebuah video dan foto kepada Hanin, dengan senyum yang mengembang dengan sangat lebar.
Wina yakin jika Hanin, akan sangat terluka dengan apa yang baru saja dirinya kirimkan.
"Nikmatilah kebahagian semu ini."
###
Selamat membaca dan terima kasih.