Wina tersenyum dengan begitu licik, saat melihat sang kakak begitu kaget akan kehadiran dirinya. Sedangkan Galang segera membawa sang kekasih masuk ke dalam rumah. Pria itu tidak peduli dengan perasaan Hanin. Galang membawa Wina masuk ke dalam sebuah kamar. Melihat hal itu, membuat Hanin tersadar dan segera menyusul sang suami.
"Mas … mas Galang, kenapa kalian berdua bisa bersama. Kalian mau ngapain di dalam sana?" tanya Hanin. Mendengar hal itu membuat langkah kaki Galang terhenti, pria itu segera berbalik dan menatap tajam ke arah istrinya itu.
"Bukan urusan kamu, ingat posisi kamu di rumah ini."
"Aku tahu, posisi aku Mas. Aku istrinya kamu, tidak pantas seorang suami pergi bersama dengan wanita lain dan bermesraan dengan wanita tersebut di depan istrinya."
Suara tertawa Galang dan Wina sangat keras membuat Hanin bingung dengan apa yang terjadi di depannya. Galang lalu melepaskan genggaman tangannya kepada sang kekasih lalu, berjalan mendekati sang istri. Melihat hal itu, membuat Hanin sedikit berjalan ke arah belakang. "Jangan berlagak, seolah pernikahan ini benar adanya. Kamu hanya seseorang yang datang tanpa diminta dan berhasil menghancurkan semuanya. Lebih baik kamu pergi dari sini, saya muak melihat wajah sok polos kamu itu," bentak Galang.
Setelah mengatakan hal itu, Galang segera mengajak Wina kembali menuju kamar tempat semalam Galang berada, melihat hal itu membuat Hanin ikut mengejar suaminya. Wanita itu tidak menginginkan hal buruk dilakukan oleh keduanya, apalagi Wina dan Galang bukan mahram.
"Kalian berdua mau ngapain di dalam kamar? Mas Galang, kamu harus ingat kalau dia itu adik aku. Kalian berdua tidak pantas berada dalam satu kamar yang sama!" seru Hanin.
"Bukan urusan kamu. Oh ya, satu lagi ini kamar saya, bukan kamar kamu, dan satu hal lagi. Ini adalah rumah saya, jadi saya berhak untuk melakukan apapun di sini," bentak Galang.
Hanin terdiam, mendengar ucapan yang dilontarkan oleh suaminya. Wanita itu, menatap kedua orang yang berbeda jenis kelamin itu masuk ke dalam kamar. Semua hal dilakukan oleh Hanin, bahkan wanita itu memanggil nama suaminya.
Hanin tidak ingin sesuatu hal yang tidak di inginkan terjadi. Wanita itu terus saja, memanggil sang suami, bahkan Hanin juga memukul pintu kamar namun, upaya yang dirinya lakukan belum menampakkan hasil yang baik. Hingga sebuah ide sehingga membuat Hanin segera berlari menuju ke arah dapur.
Sedangkan di dalam kamar, Galang dan juga Wina sedang bermesraan bersama, keduanya berada di atas ranjang yang sama, Galang mendengar suara gaduh, membuat pria itu segera keluar dari dalam kamarnya. Wina yang melihat pergerakan Galang segera menahan lengan kekasihnya itu dan berkata "Kamu mau ke mana?" tanya Wina.
"Sebentar ya Sayang. Aku mau cek dulu, perempuan itu ngapain. Aku gak mau rumahku hancur dibuat olehnya." Setelah mengatakan hal itu, Galang segera turun sedangkan raut wajah Wina terlihat sangat marah. Perempuan itu tidak suka dengan hal seperti ini, Galang meninggalkan dirinya seorang diri di dalam kamar demi melihat Hanin. "Dasar wanita sialan!! Gue nggak bakalan melepaskan lo, jangan harap Lo bisa mendapatkan kebahagian," gumam Wina.
Sedangakn di dapur Galang menoloto dengan tajam saat melihat apa yang ada di depannya. "Apa apaan ini?" bentak Galang dengan suara tingginya, mendengar bentakan tersebut membuat Hanin segera membalik badannya. Terlihat jelas di sana sang suami marah akan apa yang sudah dirinya lakukan.
"Maaf Mas. Aku gak sengaja, soalnya aku lagi beres-beres dapur," jawab Hanin dengan nada rendah, seolah dirinya tidak sengaja melakukan hal itu. Padahal Hanin sengaja melakukan semua ini, demi membuat suaminya keluar dari dalam kamar.
Baru saja Galang akan, membalas perkataan istrinya tiba-tiba Papanya menelpon. Pria itu segera mengangkat telepon tersebut, raut wajah Galang terlihat sangat kesal saat mendengar perkataan yang dilontarkan oleh sang Papa.
"Cepat ganti baju, kita harus pergi!"
"Mau ke mana Mas?" tanya Hanin.
"Gak usah banyak tanya, sekarang kamu ganti baju, jangan gunakan pakaian yang murahan aku tidak mau malu saat pergi bersama kamu," ucapnya dengan nada kesal, lalu setelah itu Galang segera meninggalkan Hanin dan masuk ke dalam kamarnya. Hanin hanya menatap ke arah sang suami, tak lama terlihat jelas raut wajah Wina yang begitu kusut dan masam, dapat Hanin simpulkan bahwa adiknya itu, kesal dengan sikap Galang. Sepanjang jalan menuju pintu keluar, Wina menatap ke arah Hanin dengan tatapan yang tidak suka.
Wanita itu sangat marah, karena Galang lebih memilih untuk bersama dengan Hanin, dibandingkan dirinya. "Gue nggak suka dengan keadaan ini, lo lihat apa yang bakalan gue lakukan," ucap Wina dalam hati.
Selesai mengantar Wina ke taksinya sebelumnya dipesan oleh Galang, pria arogan itu lalu segera masuk ke dalam rumah. Kepalanya saat ini sangat sakit dengan apa yang terjadi, di liriknya Hanin yang masih berdiri di dapur, tanpa memperdulikan perintah dirinya tadi, melihat hal itu membuat Galang begitu kesal.
"Ngapain kamu di sana? Aku kan, udah bilang ganti baju, ya ganti jangan bikin kepala aku makin sakit."
"Sabar Mas. Aku beresin ini dulu, gak mungkin kita pergi dari rumah dalam keadaan kotor, kan," ucap Hanin. Wanita itu sedikit menyesal sudah membuat dapur berantakan untunglah karena ide konyol itu bisa membatalkan apa yang akan dilakukan oleh suaminya dan adik tirinya. Hanin tidak bisa membayangkan jika hal yang tidak baik terjadi bisa-bisa dirinya sebagai istri tidak berguna, karena tidak bisa memperingati sang suami.
"Terserah!!! Pokoknya aku tidak mau terlambat dan membuat papa dan mama marah, kalau mereka sampai marah itu semua karena kamu," balas Galang dengan kesalnya lalu masuk ke dalam kamar. Sedangkan Hanin di sana tersenyum manis, kalimat yang dilontarkan oleh suaminya itu adalah kalimat pertama yang paling panjang dia dengar. "Jangan panggil aku Hanin, kalau kamu gak bisa aku taklukkan Mas."
Hanin lalu berjalan menuju kamarnya, wanita itu bergegas untuk segera berganti pakaian dirinya tidak ingin membuat suaminya kembali marah.
***
Galang sudah siap menunggu istri, dirinya melirik jam yang saat ini menggantung di dinding masih pukul 19.30 mereka berdua harus sampai di tempat acara tepat waktu namun, Hanin belum juga keluar dari dalam kamarnya.
"Wanita itu, ngapain di dalam sana sih. Kok lama banget, kalau gini gue lagi entar yang diceramahi papa atau mama," gumam Galang kesal. Hingga mata Galang tidak sengaja menatap ke arah tangga, dimana saat ini Hanin dengan pakaian yang begitu indah sedang berjalan menuruni anak tangga.
Pandangan mata keduanya saling bertemu dan hal itu membuat getaran-getaran aneh. Sontak saja Galang segera, memutuskan pandangan keduanya.
"Lama sekali, buruan. Mama dan papa sudah menunggu," ucap Galang lalu segera meninggalkan istrinya.
"Dasar manusia pemaksa!!" seru Hanin, lalu segera menyusul suaminya. Hanin tidak ingin, Galang kembali kesal dengannya, dan baru beberapa langkah kakinya melangkah suara pekikan dengan nada tinggi terdengar. Hanin hanya bisa bersabar, menghadapi sikap suaminya. "Sabar Hanin, kita lihat bagaimana suami kamu akan bertelur lutut dihadapan kamu!!" gumam Hanin di dalam hati.
###
Selamat membaca dan terima kasih.