"Bagaimana? Masih mual?" tanya Kenzo sembari menatap ke arah Gisel lekat. Sejak tadi dia terus memijat tengkuk sang adik, berusaha memudahkan jika masih ada yang ingin Gisel keluarkan.
Gisel yang sudah selesai dan membersihkan mulut hanya menggelengkan kepala dengan tangan memegang ujung wastafel. Mulutnya terasa sulit untuk digunakan berbicara. Jangankan berbicara, berdiri pun dia tidak mampu karena semua yang dia makan sudah dikeluarkan dalam sekali waktu. Hingga Kenzo yang cukup peka langsung mendekat, mengangkat tubuh Gisel.
"Masih mual?" tanya Kenzo kembali.
Namun, Gisel yang ditanya hanya diam, tidak merespon sama sekali. Dia memilih merebahkan kepala di dada bidang sang kakak dan memejamkan mata. Kepalanya tiba-tiba saja pusing dan perutnya semakin mual. Hingga Kenzo menghentikan langkah dan menidurkan Gisel di salah satu sofa panjang.
"Aku buatkan teh hangat dulu," ucap Kenzo dan langsung menegakkan tubuh.
