"Sial benar nasib keluargaku. Kacau sekali, kacau sekali!" kesal Edwin dalam hati.
Setelah menunggu beberapa menit, keluarlah Kevin. Mereka mulai mengobrol dengan dinding kaca. Pria itu tampak sekali tidak ada penyesalan di wajahnya. Membuat Edwin emosi saja. Tapi, tidak mungkin baginya untuk memerangi darah dagingnya sendiri.
"Bagaimana hasilnya, Pa?" tanya Kevin.
"Bagaimana, bagaimana. Kami seharusnya menyesali perbuatan kamu itu, Kevin. Memalukan sekali jika sampai keluarga besar tahu, kau berada dalam jeruji besi ini," ketus Edwin.
Kevin menghela napas. "Haih, aku hanya memperjuangkan kisah yang tertunda, Pa. Dimana letak kesalahanku?"
"Masih saja membela diri!" desis Edwin, mengangkat tangannya.
Sayangnya, mau menampar juga tidak bisa karena terhalang oleh kaca. Akhirnya, Edwin pun menurunkan emosinya dan mengatakan bahwa dirinya harus aja menemui Kenzo.
"Untuk apa Papa menemuinya?" tanya Kevin. "Leo, dimana dia? Bukankah itu tugasnya?"
