Kalau begitu, bawa kekasih kamu ke sini, Eve. Papa mau melihat pria seperti apa yang sudah membuat kamu mengambil keputusan sebesar ini.
Eve yang mengingat kalimat sang papa hanya diam. Raut wajahnya masih menunjukkan jika dia sedang berpikir. Tangannya bahkan sudah benar-benar dingin dan tidak merasa nyaman sama sekali. Dia bahkan memilih untuk libur dari perusahaan karena masalah kali ini. Dia butuh menenangkan diri dan menghadapi masalah kali ini dengan kepala dingin.
Bagaimana kalau nantinya Papa tetap menolak? Bagaimana kalau Papa menghina Arkan dan membuat pria itu sakit hati, lalu aku ditinggalkan? Eve yang sudah berpikir terlalu banyak pun memilih hanya diam, sesekali menatap ke arah pintu cafe berada. Berulang kali dia mendesah kasar dan mencoba menengah hatinya.