Alarm berbunyi hingga membuat Nirmala terkejut. Kemudian dia terkejut melihat di sampingnya ada Anton. Seketika dia berteriak sekencang-kencangnya. Lalu Anton pun menyumpal mulut Nirmala dengan telapak tangannya.
"Astaga! Kenapa pakai teriak?"
"Kamu pasti macam-macam! Awas aja kalau macam-macam!" Tatapan Nirmala penuh dengan ancaman untuk Anton. Lalu dia segera pergi dari hadapan Anton.
Sementara Anton hanyalah tertawa melihat tingkah laku dari Nirmala. Dia merasa sangat aneh sekali dengan sosok istrinya yang merasa asing terhadap suaminya sendiri. "Ada-ada aja! Masa nggak ingat sama suaminya sendiri!" Dia menggumam sambil menatap punggung Nirmala.
*
Di kamar mandi terlihat Nirmala sangat panik sekali. Dia bahkan mengunci pintu kamar mandinya. Dia takut jika Anton masuk nyelonong ke dalam kamar mandi. Dia bahkan mencoba untuk mengingat-ingat kejadian kemarin malam sehingga dia harus tertidur bersama dengan Anton. Dia sangat takut sekali Jika Anton mencoba kurang ajar dengan dia. "Awas aja kalau dia melakukan sesuatu itu hal yang aneh-aneh!"
Sementara Anton masih membaringkan tubuhnya di atas ranjang sambil menguap berulang kali. Dia merasa perutnya mendadak melilit lalu dia segera untuk menuju ke kamar mandi. Dalam sekejap dia bisa menerobos masuk ke dalam kamar mandi. Lalu dia melihat Nirmala tidak mengenakan sehelai baju pun.
Nirmala pun berteriak sekuat tenaga. "Ahhh!"
"Apaan sih. Lagian ini kamar mandi kita berdua. Dan kamu adalah statusnya sebagai istri sahku. Jadi wajar dong aku melihat lekuk tubuh dari ujung kepala hingga ke kaki. Itu hak aku."
"Aku enggak merasa sama sekali menjadi istri kamu ya! Lagian, Siapa yang mau menjadi istri cowok mesum seperti kamu!" Nirmala terlihat sangat kesal sekali ketika Anton tiba-tiba nongol di dalam kamar mandi ketika dia tidak memakai sehelai benang pun. Kemudian Anton mendekat ke arah Nirmala. "Udah lah jauh-jauh dari aku! Lagian aku enggak merasa sebagai istri kamu cowok mesum!"
Kemudian Anton menarik pinggang Nirmala dengan secara posesif hingga jarak mereka saling berdekatan. Bibirnya mulai menyentuh bibir Nirmala seakan memberikan sensasi liar di dalamnya. Lalu dengan sekejap Nirmala mendorong tubuh Anton tapi tenaga Anton lebih kuat.
Nirmala langsung menendang tepat di bagian bawah hingga Anton mengumpat di hadapan Nirmala.
" Syukurin! Lagian aku nggak pernah nafsu dengan cowok seperti kamu yang mesum! Udahlah nggak usah sandiwara di hadapanku! Lagian kita mana mungkin suami istri. " Nirmala tersenyum sedikit kejut ke arah Anton. "Nggak usah ngadi-ngadi deh jadi cowok ngaku-ngaku sebagai suamiku. Lagian aku enggak pernah tertarik tuh dengan cowok model lain seperti kamu! Udahlah akhiri aja sandiwara yang nggak penting sama sekali!"
Nirmala langsung menerobos keluar dari kamar mandi. Dia terlihat sangat kesal sekali dan tidak mood untuk mandi. Lalu dia segera untuk mengambil handuk yang dililitkan ke tubuhnya. Dia merasa jika Anton ada lelaki yang mesum dan kurang ajar.
*
Di sebuah galeri lukisan terlihat seorang pelukis yang cukup hebat sekali. Beberapa penggemarnya pun sangatlah kagum terhadap setiap lukisan yang telah dipajang dalam acara pameran lukisan. Tapi sosok pria pelukis itu tidak pernah hadir setiap kali ada acara pameran. Hingga membuat beberapa penggemarnya sangatlah penasaran.
Antoline seorang lelaki yang terkenal begitu sangat tampan sekali. Namun dia enggan sama sekali keluar dari peredaran. Dia lebih memilih untuk bersembunyi.
Terdengar suara ketukan pintu dari luar ruang lukisan.
"Masuk!"
Antoline mencoba untuk mempersilahkan masuk seseorang di balik pintu ruang lukisnya. Kemudian pintu pun akhirnya terbuka perlahan-lahan. Seketika suara Irama langkah kaki yang mulai terdengar di kedua telinganya. Dia melihat seorang wanita paruh baya yang memiliki wajah hampir mirip dengan Antoline.
"Kamu masih saja seperti dulu. Bahkan kamu tidak pernah sama sekali menampakkan diri kamu di hadapan penggemarmu. Sampai kapan kamu bersembunyi di balik semua ini?"
Kemudian Antoline menghentikan kegiatan melukisnya. Dia menatap seorang wanita paruh baya itu dengan penuh kehangatan.
"Mama masih saja sama selalu saja berkata seperti itu. Bagiku tidak penting kehadiranku saat ini di hadapan para penggemarku. Cukup mereka menghargai dan menikmati karya-karyaku. Lagian aku tidak ingin dikenal sebagai sosok Antoline tapi aku hanya ingin dikenal melewati karya-karyaku saja."
Catherine memang sosok wanita yang benar-benar perfeksionis dan berwibawa. Dia juga memiliki jiwa penyayang terhadap putra semata wayangnya. Dia berharap jika Antoline bisa untuk bersikap lebih sosialisasi bukan sebagai makhluk anti sosial.
Terlihat jelas Kedua manik mata Catherine penuh dengan rasa kasih sayang terhadap sosok putranya. Dia sangat menyayangi putranya lebih dari apapun walaupun harus membesarkan putranya sendiri.
Semenjak kepergian dari suaminya Catherine harus bersusah payah untuk membesarkan putranya dengan kedua tangannya sendiri. Dia juga tahu jika putranya memiliki sebuah garis keturunan yang tidak biasa dari yang lain. Dia berharap jika putranya bisa meneruskan warisan keluarganya. Darah yang mengalir dari tubuh putranya bukanlah dari biasa tapi ada sebuah keistimewaan yang tersembunyi di dalam tubuh putranya.
"Mama tidak ingin jika kamu seperti ini terus. Sampai kapan kamu harus seperti ini?" Catherine menatap wajah putranya yang terlihat serius sekali sambil menatap beberapa karya-karya yang telah dihasilkan. "Kamu sampai kapan harus bersembunyi bahkan hingga sekarang kamu belum menemukan belahan jiwamu. "
Antoline hanya menggelengkan kepalanya seakan dia tidak peduli dengan omongan dari ibunya. Baginya semuanya akan berjalan seperti air dan takdir yang akan menentukan semuanya. Dia akan berusaha untuk berjuang mendapatkan cinta sejatinya tapi baginya cinta sejati akan datang di waktu yang tepat. Bahkan dia tidak ingin terburu-buru untuk mendapatkan sosok perempuan yang akan datang dalam kehidupannya.
Sikap Antoline sangat keras kepala yang mewarisi dari ayahnya. Catherine cukup memaklumi sikap Antolin yang begitu sangat keras kepala dan idealisme. Bahkan dia juga tipikal orang yang anti sosial dan sulit untuk jatuh cinta kepada orang lain. Semua sifatnya begitu sangat mirip dengan almarhum ayah Antoline.
Catherine mulai berjalan untuk melihat beberapa lukisan milik dari putranya. Lalu dia mengambil salah satu lukisan yang terbaik. Dia ingin sekali untuk mengoleksi beberapa lukisan dari putranya. "Aku akan membawa lukisan ini ke rumahku. "
Namun Catherine merasa sangat aneh sekali dengan sebuah kanvas yang tertutup dengan kain berwarna putih. Dia sangat penasaran sekali dengan kanvas lukisan tersebut."Lukisan apa yang kamu sembunyikan dalam kanvas itu?" Tanya dia sambil menuju ke arah lukisan yang tertutup dengan kain putih.
"Itu hanya lukisan yang belum jadi. Bahkan aku belum sempat untuk menyelesaikan lukisan itu yang hanya berupa sketsa saja. "Kata Antoline menatap wajah Catherine.
"Apakah aku boleh untuk melihat lukisan itu?" Tanya Catherine sambil menatap wajah Antoline. Namun sayangnya Antoline hanya menggelengkan kepalanya karena dia tidak ingin lukisan itu dilihat siapapun juga. Lukisan itu begitu sangat misterius sekali bagi Antoline. Bahkan dia tidak akan pernah mungkin untuk mengirim lukisan tersebut ke sebuah pameran.
"Baiklah kalau begitu Aku tidak akan pernah memaksamu. "Kata Catherine sambil menatap wajah Antoline. "Kalau begitu Mama mau pergi dulu untuk meeting dengan klien. Kamu jaga diri baik-baik dan jangan terlalu diforsir untuk melukisnya."