Chereads / Ku lepas kau dengan bismillah / Chapter 6 - Chapter 6

Chapter 6 - Chapter 6

Matahari sudah terbit disebelah timur, Kinanti bangun dengan penuh semangat pagi ini. Dia sudah sibuk didapur menyiapkan sarapan dan bekal untuk makan siang dikantor. Bukan hal baru untuknya menyiapkan sarapan sendiri. Kegiatan itu ia lakukan ketika masih tinggal di apartemen.

.

"pagi mas...." sapa Kinanti tersenyum sembari menata piring nasi goreng dan sandwich buatannya. Disebelah Damar ada istri yang berambut basah. Rambut panjang sebahu itu dibiarkan tergerai.

Kinanti menelan Salivanya, hatinya menjadi getir. Sementara Miranda tersenyum puas, dia yakin madunya itu bisa menebak kebahagiaan mereka tadi malam.

"aduuhh.. maaf ya Kinanti mba ngga bantuin kamu siapin sarapan..." Miranda berbasa-basi.

"ngga apa-apa mba lagian semua udah beres.." ujarnya berpura-pura sibuk, lalu meminta Damar untuk duduk ditempatnya.

Kinanti menyodorkan sepiring nasi goreng kearah Damar, namun hal itu dihalau oleh Miranda.

"Kinanti, maaf ya mba kasih tahu kalau mas Damar ngga sarapan nasi goreng.. " cegatnya kemudian, Kinanti tercengang "mas cuma minum kopi hitam sama roti.." lanjutnya lagi menyodorkan secangkir kopi hitam pada Damar.

Miranda ingin tunjukkan bahwa tidak ada orang lain yang lebih memahami suaminya lebih dari siapapun kecuali dirinya. Ia tampak pongah ketika kinanti tampak menciut.

Selama ini bisa dikatakan mungkin Damar lebih mengenal Kinanti ketimbang dia mengenal Damar, nyaris segala urusan suaminya itu yang mempersiapkan.

Sepasang mata coklat mengamati ekspresi kecewa yang ditampilkan dari mimik wajah istri mudanya.

"ngga apa-apa mir.. mas mau coba kok nasi gorengnya..." Damar menarik piring yang sempat dijauhkan Kinanti.

"tapi mas.... mas kan ngga suka makan nasi goreng pagi-pagi.." sergah Miranda tak terima Damar mau mencoba sesuatu yang tidak pernah ia lakukan selama menikah dengannya.

"ngga suka bukan berarti ngga mau coba kan..." pungkas Damar segera memasukkan nasi goreng kedalam mulutnya.

"makasih ya mas,, besok-besok aku ngga bikin nasi goreng lagi ..."

"ngga apa-apa kok, enak juga makan nasi goreng pagi-pagi..." hiburnya agar kinanti tidak terlalu merasa tak enak hati.

Tidak ada sanggahan lagi dari Miranda, dia paham suaminya paling tidak tega kalau ada orang lain yang kecewa. Walaupun dia jadi geregetan dengan kelakuan Kinanti yang sok manis.

.

"mas.. nanti jadwal kita pagi ini apa??" Kinanti bertanya sembari memulai sarapannya.

"oh ya Bu...."

upsss... Damar keceplosan! dia terbiasa memanggil Kinanti dengan sapaan 'bu'.

"ah.. maaf aku belum terbiasa..." ujarnya merasa bersalah.

"ngga apa-apa kok mas...."

Damar mengeluarkan tabletnya, melihat jadwal kegiatan hari ini.

Sementara Miranda hanya diam, dia seperti lelucon diantara dua orang didekatnya. Damar sangat piawai mengurus nona muda.

"pagi ini kita ada rapat... lalu nanti setelah makan siang meeting dengan bapak Keanu..."

"baiklah, untuk meeting pagi ini aku mau semua divisi ikut ya, kumpulkan semua kepala tiap-tiap divisi,,." titah Kinanti disambut kata iya dari Damar. Ia segera melaksanakan tugas yang diminta boss.

Dirumah dia adalah suami, tapi dikantor dia akan tetap menghargai kinanti sebagai atasannya. Semua tugas harus diselesaikan dengan baik.

Netra Miranda memandangi keduanya yang memang terlihat cocok bekerja sama, Damar yang cekatan dan Kinanti yang pintar, sementara dirinya hanya bisa jadi ibu rumah tangga,,, baru mau mulai bisnis malah terjebak investasi bodong .

Arrggghhh!! menyebalkan!! sial sekali hidupku,, gerutu Miranda dalam hati.

.

Tak lama terdengar suara tangisan Amanda.

"mas... aku mau liat Manda dulu ya .." akhirnya Miranda punya alasan untuk enyah dan tidak melihat pertunjukan dihadapannya.

"ya.. nanti aku sama Kinanti juga mau langsung kekantor..."

"hati-hati ya mas..." Miranda mencium punggung tangan suaminya yang sudah rapi berbalut jas hitam. Ia melirik pada gadis yang harus dia akui kecantikannya.

.

Dari kejauhan, Miranda terus mengekori langkah kinanti dan Damar yang menghilang dari balik pintu.

ah.. bukankah dulu ia merasa biasa saja ketika melihat Damar mendampingi Kinanti,, tapi kali ini rasanya amat berbeda.

Ya Allah.... seandainya dia bisa memutar waktu dengan cepat, dia mau dua tahun seperti dua jam saja, atau mungkin jika sekarang sedang bermimpi dia mau bangun saat ini juga!!!

Dia sadar, tidak seharusnya berlarut-larut dalam penyesalan, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah menghadapinya.

Miranda segera mendatangi putri kecil dikamarnya. Ada suster Ana yang sudah memberikan satu botol susu pada balita yang baru genap dua tahun itu.

"assalamualaikum anak mama,,, kamu udah bangun ya ..," sapanya pada putri kecil, lalu mendekapnya dalam gendongan. Terdengar tawa riang yang menyejukkan hati.

Miranda melihat suster Ana yang sibuk mempersiapkan keperluan Amanda, "sus,, semalam Adek rewel ngga?"

"kayaknya ngga Bu..."

"oh ya??" Miranda berdelik

"semalem adek tidur dikamar ibu Kinanti.. saya cuma diminta siapin susunya aja, subuh tadi Bu Kinan baru minta saya ngasuh Adek,,"

Sejenak ia tertegun, Miranda nyaris lupa kalau Kinanti semalam meminta Amanda untuk menemani dirinya.

"kalau gitu... tolong mandiin adek ya sus..." titah Miranda segera beranjak, dia harus melihat isi dapur sejak kemarin belum belanja apapun.

" baik Bu .." sahut suster Ana patuh.

----

Hari pertama melangkah kan kaki ke kantor bersama sebagai sepasang suami istri. Mereka tetap sama seperti sebelumnya. Damar akan berjalan sedikit dibelakang Kinanti. Beberapa karyawan yang sudah datang menyapa mereka berdua.

Ruang rapat pun telah dipersiapkan oleh Nania sekretaris Kinanti, Damar memeriksa kembali, memastikan bahwa ruangan itu siap digunakan.

Semua direktur tiap divisi sudah hadir sesuai instruksi. Mereka menunggu kehadiran sang founder skincare. Tak lama Kinanti masuk kedalam ruang rapat. Wajahnya lebih cantik dan cerah dari biasanya.

"assalamualaikum semuanya..." sapa Kinanti ramah.

"wa'alikumsallam..." sahut yang lain

"terimakasih untuk kehadirannya dalam rapat yang cukup mendadak, mengingat ini belum akhir bulan dan saya meminta kita semua berkumpul di sini.." ujarnya seraya mengeluarkan tablet.

Semua direktur memang bertanya-tanya mungkin ada hal penting yang akan disampaikan atasan mereka. Biasanya rapat bersama seperti ini akan dilakukan setiap akhir bulan.

"saya sengaja mengumpulkan semuanya disini, ada hal penting yang akan saya sampaikan..."

Yang lain saling memandangi, kemudian terdengar kembali suara founder mereka yang meminta sang asisten untuk berdiri sejenak "untuk pak Damar, izin berdiri..." titahnya segera dilaksanakan " kita semua tahu bakat dan kemampuan pak Damar, oleh karena itu sesuai hasil rapat saya dengan para pemegang saham, kami memutuskan bahwa sejak hari ini bapak Danu Umar akan menjadi CEO di perusahaan kita...

Damar? seorang asisten pribadi menjelma menjadi CEO??!! apa ini cerita Cinderella versi laki-laki??!

kabar mengejutkan yang sama sekali tidak disangka oleh siapapun, termasuk direktur keuangan yang bernama Zidan yang tak lain dan tak bukan masih punya hubungan darah dari sebelah almarhum ibu kinanti. Mereka masih saudara sepupu, ibu Zidan dan ibu kinanti adalah kakak beradik.

Kenapa bisa Damar?! padahal Zidan merasa dia lebih baik dari pada si asisten!!

huh... menyebalkan.

Mata Zidan menyala, dia tidak bisa terima hal ini. Tiba-tiba telinganya seakan menjadi pekak, dunianya menjadi hening, hingga suara riuh tepuk tangan membahana.

"tidak bisa dipercaya...." gumamnya mengepal tinju. Meskipun sepupu Zidan sama sekali tidak punya hak bicara, dia sama seperti yang lain, hanya pegawai! padahal dia selalu berusaha jadi yang terbaik untuk perusahaan yang dijalankan Kinanti.

Terlebih ketika Damar harus berdiri didepan semua direktur dan direksi yang hadir.

"terimakasih kepada ibu Kinanti serta para pemegang saham yang telah memberikan kepercayaan dan tanggung jawab besar ini kepada saya... saya akan berusaha semaksimal mungkin untuk kemajuan perusahaan.. kepada semua direktur semoga kita bisa bekerja sama" ujar Damar menyalami Kinanti dan memberikan penghormatan kepada semua peserta rapat.

"sama-sama pak Damar semoga perusahaan kita lebih maju dibawah kepemimpinan bapak..."

Suara riuh tepuk tangan kembali terdengar.

Zidan berdecih tak terima keputusan.

"satu hal lagi yang akan saya sampaikan disini, bahwa... saya.. dan pak Damar...."

Mata Damar membelalak, sebuah kejutan dari sang founder...