tapi dengan satu syarat....."
deg!
deg!
"a... apa itu??"
Kinanti menyunggingkan senyum tipis.
"cukup berikan aku suami mu.. Damar!!"
Miranda tercekat, kerongkongannya mengering seketika. Syarat yang begitu amat berat untuk ia setujui, dia harus memberikan satu-satunya pria yang ia cintai.
Kinanti dan Damar memang sudah dekat sejak masa kuliah, mereka satu fakultas dan satu jurusan yang sama dan ia sendiri mengenal Damar saat pria itu menginjak semester akhir sementara dirinya mahasiswi baru.
Apa mungkin Kinanti sebenarnya sudah menyukai Damar sejak dulu???
Bumi ini seakan jatuh tepat di kepalanya, bagaimana bisa dia menyerahkan suaminya?!
"kalian tidak harus berpisah, aku akan menjadi yang kedua tapi sah secara hukum dan agama .. bagaimana Mir??"
"apa kau sudah gila???" Miranda berusaha menekan amarahnya pada gadis yang tidak ia sangka menginginkan suaminya. "apa selama ini kalian punya hubungan dibelakang ku???"
Kinanti mendengus, senyumnya tampak sinis dan penuh kepuasan.
"kamu tahu kan Mir, seperti apa setianya Damar?? kami selalu bersama sejak kuliah sampai saat ini,, tapi dia malah memilih mu dan aku tetap sahabat nya... " Kinanti meletakkan cangkir dengan pelan, tatapannya seakan melambung "aku hanya ingin dia saja..."
Tak terasa manik bening luruh disudut mata wanita yang sudah tiga tahun menjadi istri Damar dan melahirkan seorang putri mereka.
"kamu,, ngga akan cuma dapat lima ratus juta, kamu bisa miliki apa yang aku miliki...." lanjut Kinanti tanpa merasa bersalah sekalipun.
Miranda tertegun.
"saham perusahaan, klinik kecantikan,, uang, rumah, mobil, apartemen.. semuanya...."
Astaghfirullah.
Semua ketenaran, uang, rumah yang bagus hidup bergelimang harta, itu semua alasan Miranda mati-matian ikut investasi segala macam,,dia ingin sukses seperti Kinanti, meskipun akhirnya bukan sukses malah hutang yang ia dapat.
"hanya dua tahun .. beri aku waktu dua tahun menjadi istri Damar, kami akan berpisah jika Damar tidak menginginkan aku lagi setelah dua tahun... dan .. apa yang aku beri tidak akan pernah aku minta kembali...."
Deg!
Lagi-lagi Kinanti mengucapkan dengan tegas dan penuh percaya diri.
Miranda sedikit limbung. Otaknya menjadi tidak bisa berfungsi dengan baik. Kalau biasanya suami akan menikah diam-diam, menghabiskan banyak uang untuk wanita simpanan, dan menelantarkan anak istri,, sebaliknya ada wanita yang terang-terangan menginginkan suaminya dan mengimingi segala kemewahan yang ia dambakan.
Hati Miranda terlalu marah untuk menerima ucapan Kinanti yang keterlaluan. Ia berdiri lalu bergegas meninggalkan gadis berhati dingin macam Kinanti.
"kamu terlalu berlebih-lebihan, apa kamu pikir aku mau menukar rumah tangga ku demi uang?" sergah Miranda nyaris mendidih darahnya melihat keangkuhan Kinanti.
"jangan terburu-buru mengambil keputusan, kau bisa pikiran dan hubungi aku kembali..." ujar Kinanti sarkasme,, membuat Miranda mengepalkan tinjunya. Ingin rasanya ia jambak-Jambak rambut indah tergerai itu, lalu melumatkannya rata dengan bumi!
-----
Semalaman Miranda bahkan tidak bisa memejamkan mata, disampingnya ada seorang pria bermuka lelah mencari solusi untuk masalah yang ia timbulkan.
Damar.... Danu Umar....
Akh! dia sangat mencintai ayah dari putrinya itu, bagaimana dia akan berbagi suami?!
Sementara hari yang dijanjikan semakin dekat dan mencekam, orang tua, saudara tidak ada yang bisa membantu. Secara mereka berdua bukan berasal dari keluarga Sultan.
.
Paginya matahari datang dengan malu-malu, cuaca agak sedikit mendung. Miranda menyiapkan sarapan untuk mereka berdua. Sejak kejadian tempo hari, Amanda putri semata wayang mereka dititipkan pada ibu Mertua, takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
"mas...." Miranda mengaduk secangkir teh, hatinya masih kacau
"ya..."
"menurut mas, Kinanti... itu orang nya seperti apa?"
Damar terperanjat, tidak biasanya pagi akan diawali dengan percakapan tentang Kinanti.
"baik .. dia gadis yang pintar..." sahut Damar acuh sambari mengunyah sarapannya.
"kalau... hmmm .. kalau dia jadi istri mas,, apa mas mau??" Miranda agak ragu mengatakan, entah konsekuensi apa yang akan ia terima dari pernyataan konyol barusan.
"kalau mas mau,, sudah sejak dulu sebelum ketemu kamu...."sahut Damar datar namun tatapannya pada kekasihnya itu sangat tulus.
Miranda menangis, ia terenyuh oleh ucapan Damar.
"Mir... kamu kenapa??" Damar meraih tubuh langsing istri yang tersedu dalam pelukannya.
"mas .... kita ngga punya jalan lain untuk bayar hutang ku kan ???" suara Miranda terdengar parau, penuh keputus asaan dalam benaknya.
Hening sejenak.
"maaf Mir.. mas sudah mau jual tanah milik ibu, tapi belum ada yang berminat,, itupun jumlah nya ngga cukup...."
Hu...hu... huhu...
Suara tangis Miranda makin pecah, besok lusa mungkin dia akan berakhir dipenjara!!
"mas akan usahakan,, pasti mas usahakan... kamu jangan takut..."
Miranda menatap Damar dengan dalam, menekan perasaannya sekuat yang ia mampu untuk mengatakan semuanya.
"mas... kalau ada satu hal yang harus dikorbankan, dan hutangku lunas semua nya apa mas bisa bantu...?"
"pasti... Mir .. pasti... mas pasti mau bantu..."
Beberapa kali wanita yang masih berbalut piyama tidur bermotif Cherry menciumi punggung tangan suaminya.
"mas... nikahi Kinanti..." ucapnya sedikit berbisik.
Sontak Damar menarik tangannya cepat, ia tidak percaya istrinya sendiri meminta dirinya menikahi wanita lain.
Lebih parah dari sekedar Miranda membuat ulah, dia merasa terhina. Bisa-bisanya ia akan dijadikan seperti benda yang akan digadaikan.
"mas ... cuma Kinanti yang bisa bantu kita...."
Damar mengepalkan tinjunya.
"kamu gila Mir.. kamu mau aku nikahi wanita lain cuma karena uang ...."
"ini bukan soal uang mas,,, kamu mau liat aku dipenjara?? kamu mau Amanda besar tanpa aku...?? kita sudah berusaha, tapi apa hasilnya??? ngga ada mas..."
Pupil mata Damar menyala, ada kemarahan dalam hatinya, dia tidak bisa membantu istrinya keluar dari masalah ini.
"mas aku mohon,, dengar aku,,, cuma dua tahun mas,, kalau kamu tidak bisa bersama Kinan, dia siap berpisah..."
"kamu pikir pernikahan itu mainan???" murka Damar makin tidak yakin yang bicara barusan adalah wanita yang telah ia nikahi.
Miranda tercekat.
"pernikahan bukan untuk coba-coba Mir... menikah itu untuk seumur hidup paham kamu!!!" sergah Damar nanar dalam tatapannya.
Tubuh Miranda menggigil, disatu sisi dia bahagia suaminya pria yang sangat menghargai sebuah pernikahan, disisi lain dia makin ngeri membayangkan dia akan diseret ke penjara atas kasus penipuan.
Dan dia sama sekali tidak bisa memaksa Damar untuk mengikuti kegilaan dirinya.
Waktu akan berlalu begitu saja tanpa ada titik terang.
----
"mau kemana kamu?? mau kabur????" cegat seorang wanita tepat dihadapan Miranda yang bersiap hendak pergi dari rumahnya.
"a... aku... aku baru mau ambil uang buat bayar kalian...."sahutnya gelagapan. Dia sama sekali tidak punya satu sen pun!
"halaaaaa.... sudah ngga usah banyak basa basi kita seret aja kepenjara ...."
"stop .. stop... jangan sentuh aku!!" Miranda memasang kuda-kuda, bersiap mempertahan kan diri, tapi dia tidak cukup kuat melawan makhluk terkuat dimuka bumi. "sesuai kesepakatan kita, aku akan selesai semuanya hari ini,, Kalian bisa bersabar sedikit bukan??" protes Miranda.
Lengannya ditarik beberapa orang dengan kasar, berulang kali ia berteriak meminta agar dilepaskan, tidak ada yang mau peduli kali ini, semua jengah dengan janji dan janji.
Suasana begitu kacau, beberapa orang sibuk merekam kejadian barusan dengan gawai mereka.
Miranda yang cantik dan anggun, berperawakan ayu khas orang Melayu, bertubuh tinggi dengan body proposional harus menerima hasil dari perbuatannya sendiri. Sebenarnya dia juga korban Tanti dan harus menanggung semuanya sendiri, sementara temannya itu mungkin sudah hilang ditelan hiu.
"berhenti....!!!" terdengar suara bariton seorang pria yang tidak asing untuk Miranda,
Netranya yang mendapati malaikat penolong yang datang disaat yang tepat...