Jawaban pria berjas membuat Yeona gusar. Menunggu. Kalimat angker yang mengusik jiwa.
Terakhir kali Yeona menunggu di depan gapura balai selama beberapa minggu merupakan pengalaman kelam. Menunggu, dia tidak mau mengulangi pengalaman yang sama walau hanya beberapa jam saja.
"Kapan acara pameran selesai?"
"Sekitar pukul tujuh atau delapan malam."
"Lama sekali?"
"Sabat Nona. Tunggu saja, atau kaj bisa pulang."
Menunggu lima jam. Bisa - bisa Yeona lumutan! Pasti ada jalan masuk lain. Dia mengitari gedung mencari pintu masuk lain. Ada pintu belakang, tapi terkunci. Pintu samping dijaga beberapa pria berjas. Dia kembali tiba di pintu utama.
"Kakak - kakak tampan, ijinkan aku masuk, ya." Yeona berkedip satu mata. Wajahnya dibuat seimut mungkin. Dengan merayu siapa tahu bisa masuk. "Punya nomor telepon? Aku ingin mengenal Kakak lebih jauh."
"Percuma Nona, dia gay. Sementara aku sudah beristri."