Chereads / Terpaksa Mendua. / Chapter 9 - Dinikmati Tapi Diselidiki

Chapter 9 - Dinikmati Tapi Diselidiki

"Jalan Merpati nomor 32,"

Segera Ridho kembali menyalakan stater mobilnya menuju alamat yang disebutkan Monika tersebut, tanpa banyak bertanya dalam kurun waktu kurang lebih 15 menit Ridho langsung menemukan alamat tersebut.

"Bukannya kamu anak daerah, tapi kok pintar banget cari alamat di Ibu kota?"

Takjub sekaligus bertanya-tanya karena dalam pikiran Monika, Ridho orang yang tabu dengan nama-nama alamat di Ibu kota sekaligus petanya.

"Jangan banyak bertanya tentang hal itu wahai perempuan penghuni Ibu kota!"

Kata-kata Ridho membuat Monika kembali mengernyitkan dahinya, dia menilai jika Ridho bukanlah pria sembarangan.

"Okelah pria penakluk Ibu kota, ayo kita turun! Untuk menikmati indahnya malam di Ibu kota!" balas Monika.

Monika segera turun tanpa menunggu dibukakan pintu oleh Ridho, setelah mobil sudah aman ditempatkan di area parkir khusus maka Monika menarik tangan Ridho menuju pintu yang bernomor 451.

"Ini apartemen aku sayang, silakan masuk!" ujar Monika.

Mereka pun sama-sama masuk, namun Ridho tidak segera duduk. Dia berjalan ke setiap ruangan menyusuri setiap sudut di apartemen itu.

"Apa kamu mau duduk santai dulu di sofa sambil minum teh hangat dan nonton drama korea? Atau ke ...,"

Monika tidak melanjutkan bicaranya, namun Ridho menarik tangan Monika lalu berbisik.

"Aku mau langsung ke kamar dengan minum teh!"

Ridho bisa menebak ke mana arah Monika bertanya, bahkan tanpa meminta persetujuan Monika pun dia lebih dulu membuka gagang pintu kamar yang ada di apartemen tersebut sendiri.

Monika hanya tersenyum, dia tidak banyak menyanggah apapun yang diinginkan Ridho.

Lima menit sudah Monika selesai menyeduh teh yang diinginkan Ridho, baru di ambang pintu Monika hampir menjatuhkan cangkir berisi teh panas.

Monika terkejut melihat Ridho sudah telanjang dada dan mengenakan celana pendek sepaha sambil duduk bergaya tumpang kaki di sudut ranjang.

Sambil menelan saliva Monika menyodorkan teh pada Ridho dengan tangan bergetar.

"Apa kamu punya baju ganti untukku?" tanya Ridho.

Ridho memang hanya mengenakan baju yang dia pakai saat terakhir masuk kerja di kantor Monika, itu pun dibuang oleh Monika saat masuk rumah sakit karena kotor dengan darah yang keluar dari hidung dan mulut dia.

Jadi, saat pulang Ridho hanya mengenakan kaos berlengan pendek yang sudah Monika sediakan sebelumnya.

"Maaf sayang, aku kemarin baru beli satu potong. Kamu bisa nunggu sampai besok kan? Sekarang kan sudah malam jangankan toko yang buka jalanan pun kamu tahu sendiri begitu sepinya,"

Ridho meraih teh hangat buatan Monika, dia seruput sedikit demi sedikit. Ridho pun langsung merespon positif .

"Ternyata Ibu CEO ini bisa juga bikin teh," puji Ridho.

Lalu Ridho menaruh kembali cangkir tehnya, lalu menarik tubuh Monika supaya duduk di sampingnya.

"Duduk di sini sayang?" ajak Ridho.

Jika sebelumnya Monika yang mengendalikan Ridho kini tiba-tiba berubah terbalik Ridholah yang mengendalikan Monika.

"Meskipun kita sudah menjadi suami istri, tapi tidak ada salahnya jika kita kembali berpikir bolak balik atas keberlangsungan rumah tangga ini, "

Dahi Monika mengernyit kala mendengar pernyataan Ridho tersebut, di saat yang serba mendebarkan dan sebelumnya mengalami Kekecewaan dari dua kakaknya kini dia dihadapkan kembali dengan sikap suaminya yang serba membuat dia bingung.

"Berpikir bolak balik? Berpikir untuk apa lagi sayang? Aku sudah terima resiko kamu memiliki istri sebelumnya dan aku pun menerima jika aku dibuang oleh dua kakakku, lantas apalagi yang ingin kamu pertimbangkan?"

Ridho membelai wajah Monika lalu dia menyelipkan beberapa helai rambut panjang, lurus, hitamnya ke belakang daun telinga dia seraya berbisik.

"Apa jaminannya jika kamu masih virgin?"

Monika tersentak saat Ridho menanyakan hal tersebut, namun dia maklumi lantaran dia tinggal di Ibu kota dengan usia yang lebih matang dari Ridho.

"Jika sudah tidak virgin kamu memangnya mau ninggalin aku begitu. saja? "

Dengan santai Monika balik bertanya pada Ridho.

"Jika memang sudah tidak, aku tidak akan meninggalkanmu namun kamu harus komitmen dari mulai detik ini untuk menjaganya hanya untuk suamimu!" tegas Ridho.

Monika terharu, matanya berkaca-kaca. Dia tidak menyangka jika hati Ridho begitu mulia karena yang dia pikirkan saat dia sudah tidak virgin maka Ridho akan meninggalkannya.

"Jika kamu penasaran, jangan membuat aku menunggu lebih lama!"

Monika segera menggoda Ridho dengan balas mengalungkan ke dua tangannya ke tengkuk Ridho lalu menempelkan kembali sepasang daging tebal miliknya ke milik Ridho.

"Loh kok diam? Kamu ragu jika aku masih virgin?"

Ada sedikit kesal karena Ridho tidak sehebat saat di mobil tadi, Monika segera melepaskan tangannya dan memilih tidur membelakangi Ridho.

"Jika memamg sudah tidak, apa komitmen kamu pada pernikahan kita?" Ridho tanya balik dengan membisikkannya tepat pada lubang telinga Monika.

Monika menutup telinganya dengan telapak tangan dia, namun Ridho berhasil membukanya kembali sekaligus membuka satu persatu kancing dari kemeja Monika dan membuat tubuhnya telentang sempurna di hadapan Ridho.

"Kok kamu nggak mandi dan ganti baju? Atau jangan-jangan kamu sengaja ya mau sekalian mandi besar?" tebak Ridho

Jantung Monika bertalu-talu, seluruh bulu romanya berdiri. dia tak berdaya dan enggan berkata-kata atas pertanyaan Ridho tersebut.

Cup

"Ugh ...,"

Ridho berhasil mengecup bagian puncak dada Monika lalu memainkannya dengan lidah dia. Ridho pun tersenyum tatkala mulut Monika mendesah nikmat.

Cup

Kembali Ridho mengecup dan menyeringai leher Monika lalu menggigitnya sampai merah.

"Sa-sayang!" lirih Monika.

Ridho menahan sejenak aksinya, dia pandangi ekspresi istri ke duanya itu dengan saksama. Ekspresi yang memelas belaian Ridho suaminya.

"Oke, dari bentuk dada aku simpulkan jika kualitasnya memang aku lah pria yang pertama kali menyentuhnya, " ungkap Ridho.

Ridho seperti sedang bereksperimen dari mulai hal terkecil tentang Monika dan belum sampai pada titik yang dia ingi kan.

Tentu saja Ridho tidak mau kecewa sebab dengan Rani dia sangat bahagia, selain perempuan yang dia cintai Rani pun pertama kali menyerahkan mahkotanya pada dia.

"Sayang, aku nggak mau sombong. Karena hal itu tidak bisa dibohongi tapi apa harus seperti ini juga, aku kan manusia biasa. Ayolah fokuskan saja jika memang terbukti sudah tidak maka silakam kamu kembali ke istri pertamamu!" tantang Monika.

Ridho tersenyum, karena ini kali pertama matanya tergoda oleh perempuan selain Rani. Tak hanya kaya tapi dia pun tak mau Kecewa.

" Bersiaplah!" tantang Ridho.

Alih-alih Ridho akan langsung menuju inti permainan namun lagi-lagi dia bikin Monika kesal.

Monika yang sudah siapkan segala sesuatunya supaya Ridho lebih mudah melakukannya dia malah mengecup dulu bagian gawang Monika yang menbuat ke dua tangan Monika menjambak rambut Ridho.

"Tapi dari ekspresinya dia seperti berpengalaman, tapi daripada bertanya-tanya lebih baik aku langsung mencobanya! "gumam Ridho.

Bersambung

Apakah Ridho langsung membuat Monika sadar jika Ridho lah orang yang pertama menyentuhnya.