Chereads / Terpaksa Mendua. / Chapter 12 - Bendera Putih

Chapter 12 - Bendera Putih

Sepertinya Monika sangat memanfaatkan kelemahan yang dialami Ridho saat itu, dia totalkan rasa dan idenya untuk membuat Ridho bertekuk lutut hingga mengibarkan bendera putih.

"Kamu mau apakan ke dua kakiku sayang?" tanya Ridho.

Monika memang kerap melihat adegan dewasa di drama korea, bahkan di film-film barat pun selalu Monika tonton saat dia sendiri di sela-sela kesibukannya bekerja.

Saat itu merupakan momen di mana apa yang sudah dia lihat, dia aplikasikan pada pasangan halalnya .

"Aku ingin buat kamu kalah!"

Jawaban Monika benar-benar membuat Ridho tertantang namun karena fokusnya membuat dia membagi pikiran antara Rani dan Monika.

"Agh ...sayang Aku kalah," ujar Ridho.

Monika tersenyum penuh kemenangan, karena niat dia sudah berhasil membuat Ridho tunduk pada misi liciknya.

"Makanya jangan macam-macam karena ideku bisa membuat kebuasanmu hilang seketika,"

Ridho sedikit terancam oleh pernyataan Monika tersebut, lantaran kesepakatan di awal permainan jika dia kalah maka harus menjalankan konsekuensinya.

"Sesuai deal-dealan di awal maka ini untuk istri kamu, dan ponsel kamu aku tahan selama satu minggu!"

Menelan saliva sampai berkali-kali, Ridho merutuki dirinya sendiri lantaran dalam sejarah hidupnya baru kali itu dia lemah di mata perempuan.

Meski dengan Rani dia belum bisa membahagiakan secara materi namun Rani tetap menghormati dia layaknya suami.

"Dan selama seminggu kamu tidak boleh melewatkan sehari pun tanpa menyentuh aku!" seru Monika.

Monika yang mengenakan piyama handuk pasca dia mengakhiri pertarungan di atas ranjang, Setelah misinya sudah tercapai maka Ridho segera pergi ke kamar mandi.

"Loh kamu mau apa?" tanya Ridho.

Monika tiba-tiba ikut masuk ke kamar mandi, dan Ridho begitu kaget dibuatnya.

"Loh kok kamu kagetnya kayak aku ini manusia haram sih? Aku kan halal mandi bareng sama suami aku sendiri,"

Ridho pun tersenyum bahkan kali itu dia baru sadar jika Monika benar-benar sudah membuat dia kalah dalam segala hal.

Sebab baru kali itu dia melakukannya sebelumnya dengan Rani dia tidak pernah melakukan hal seperti itu.

"Ayo sini aku sabuni seluruh tubuh kamu!"

Di dalam kamar mandi sekali pun Monika membuat Ridho kembali tidak berdaya dengan terus menyentuh seluruh bagian inci tubuhnya dengan spon yang sudah dipenuhi dengan busa sabun.

Setelah disabuni Monika mengajak Ridho untuk mengguyuri badan mereka di bawsh shower.

Tok Tok Tok

Suara ketukan pintu membuat Monika kaget, lantaran dia dan Ridho baru saja keluar dari kamar mandi.

Namun karena suaranya tertuju ke apartemen miliknya segera Monika berjalan untuk membukanya tapi tangan Ridho mencegahnya.

"Kamu tunggu saja di sini! Jika yang datang seorang pria maka aku tidak mau pikirannya ke sana ke mari lantaran melihat kamu mengenakan piyama handuk,"

Rasa bangga pada suaminya yang ingin melindungi istrinya dari segala macam bahaya yang mungkin terjadi padanya.

"Ya mau ke siapa ya?" tanya Ridho pada seseorang yang berdiri di depan pintu.

Seseorang itu membalikkan badannya setelah Ridho bertanya,setelah itu barulah Ridho pula tahu siapa yang datang.

"Ini ada titipan paket yang dipesan atas nama Bu Monika!" ujar pria setengah baya berseragam security.

Rupanya diam-diam Monika memesan pakaian untuk Ridho dari semalam dan siang itu barulah pakaiannya sampai.

"Oh ya terimakasih," sahut Ridho.

Pria yang mengantarkan paket tetsebut adalah security apartemen tersebut, seperti biasa jika ada paket untuk para penghuni apartemen di sana selalu dititipkan ke pos security.

"Mari Pak saya permisi mau kembali ke pos! "

Ridho hanya menganguk menanggapi sang security yang pamit padanya. Dan Ridho pun kembali masuk ke dalam lalu membuka langsung paket tersebut di depan Monika.

"Kamu kok nggak bilang-bilang jika pesan baju untuk aku? " tanya Ridho.

"Sudah pakai saja!" sahut Monika sambil mengenakan pakaian juga.

Tak tanggung-tanggung Monika memesan sepuluh potong kaos berlengan pendek berwarna biru kesukaan Ridho, dan yang lainnya ada pula yang berwarna abu dan hitam.

"Untuk sementara segini saja dulu ya! Besok lusa kita beli lagi yang banyak!"

Ridho mengangguk mendengar tanggapan Monika tersebut, lalu mengecup pipinya sebagai ucapan terimakasih dia.

Cup

"Terimakasih ya sayangku," ungkap Ridho.

Dreeet

Tiba-tiba ponsel milik Ridho yang disimpan Monika di dalam tasnya berbunyi, sebagai rasa hormat pada suami Monika memberikannya terlebih dahulu tapi dengan sarat Ridho harus bicara menerima telepon Rani di depan dirinya.

"Ini telepon dari istri kamu, terima dan tetap duduk di sini!"

Ridho seperti hidup di bawah telunjuk Monika, dia terpaksa mengikuti apapun yang Diinginkann Monika demi mencapai segala kebutuhan serta keinginannya.

"I-iya sayang!" sahut Ridho.

Ridho duduk bergandengan dengan Monika di sofa sambil menerima telepon dari Rani, meski sulit tapi Ridho harus menjalaninya.

Sambil bicara Monika tak henti mencumbu Ridho, dari mulai mengelus bakal jambang yang tumbuh di seputar dagu serta pipinya.

Tangannya pun lanjut bergerak ke bawah perut memegang sesuatu yang ada di dalam celana boxer Ridho, sempat menegang namun Ridho tshan sebab dia mendengar suara tangisan dari Rani.

"Abang sehat-sehat ya di sana! Aku numpang wifi nih sama teman aku makanya aku bisa telepon kamu, sekarang kamu lagi kerja ya?"

Rani mencecar beberapa pertanyaan pada Ridho, sempat gugup menjawsb sebab posisi tububnya dikunci Monika

"I-Iya Ran aku lagi kerja, maaf ya aku nggak banyak waktu. Nanti aku telepon balik jika sudah pulang!"

Segera Ridho mengakhkri sambungan teleponnya dengan Rani karena dia tskut keceplosan atau pun terdengar suara Monika.

"Loh kok sebentar ngobrolnya? kamu takut ya jika aku bersuara dan Rani tahu? Kenapa sih harus dirahasiakan? Aku kan bisa jamin kehidupan dia sayang!"

Tak hentinya Monika bertanya sambil mencumbu Ridho, sampai-sampai Ridho kewalahan meladeninya.

"Aku belum siap sayang, kamu harus paham ya! yang penting aku sayang kalian dan sekarang waktu aku hanya untuk kamu!"

Rayuan Ridho sangat ampuh membuat Monika kembali memberikan beberapa lembar uang lagi untuk diberikannya pada Rani.

"Aku dengar Rani tadi numpang wifi ya

ke temannya? Ini aku tambahin lagi untuk pasang wifi! Kamu suruh dia bikin ATM dong supaya kamu mudah kirim uangnya ya!"

Uang yang diperkirakan bernilai jutaan diberikan kembali pada Ridho untuk dikirimkan ke Rani.

Hatinya kini merasa tenang kendati dia bingung dengan cara apa dia mengirim uang sebab setiap langkahnya sudah pasti tidak akan lepas dari Monika.

"Terimakasih banyak ya sayang!" sahut Ridho.

Monika kembali terlihat mengenakan pakaian rapi serta memoles wajahnya dengan sedikit make up, lalu dia mengajak Ridho untuk keluar.

"Sayang kita keluar yuk! Aku lapar kamu juga kan? Tapi aku mau makan di luar, "

Ridho mengetuk-ngetuk dahi dia dengan jari telunjuknya, dia seperti mencari ide untuk sebuah kesulitan.

"Kamu kenapa seperti bingung begitu? " tanya Monika.

"Memangnya kamu siap keluar dengan segala resiko yang sudah kita bahas sebelumnya? Aku sendiri berat, dan apakah kamu tidak ada niatan untuk ziarah ke makam Ayah kamu?"

Seketika Monika menjatuhkan tubuhnya ke sofa, dia menjerit sambil memegang kepalanya sendiri, kesedihan yang sempat dia lupakan selama satu hari satu malam bersama Ridho kini kembali hadir.

"Ayah ...!" teriak Monika.

Bersambung

Hai reader, jika kamu berada di posisi Monika. Apa yang bisa kamu lakukan? Tulis di kolom komentar ya!

"Beli Pizza dan kedongdong, Hai para reader terus baca dan update cerita aku Dong! "

see you