"T-t-ta-tapi Pak,"
Sempat mau menolak namun Yuda sangat terburu-buru dan memang sengaja buru-buru supaya tidak ada kesempatan untuk Ridho menolak tawarannya.
"Ka-kamu beneran bisa nyetir kan?" tanya Monika keheranan.
Meski suka tapi Monika sempat ragu jika Ridho mahir menyetir mobil, namun setelah Ridho menjelaskan dia baru percaya dan paham.
"Saat kuliah, saya nyambi jadi kondektur angkutan umum untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Karena si pemilik mobil angkutan sangat baik dia memberi saya kesempatan untuk latihan menyetir dan sampai sekarang Alhamdulillah bisa,"jelas Ridho.
Monika pun akhirnya nekad memberikan kunci mobilnya pada Ridho, namun baru beberapa meter saja Monika takjub jika cara menyetir Ridho sudah sangat tapis sekali.
"Wow, nggak nyangka banget ya selain ahli dalam ilmu tehnik mesin kamu pintar juga dalam hal administrasi dan sekarang aku kagum loh kamu bisa nyetir cepat tanpa memberi rasa takut pada penumpangnya," puji Monika.
Ridho tetap fokus pada setir dan pandangannya yang lurus ke depan jalan, namun berbeda dengan Monika yang sesekali mencuri pandang.
"Ini si Bos bikin aku sulit menoleh saja, ada apa sih dengan dia?" Ridho mengomel pada batinnya.
Merekahkan bibirnya tersenyum dan terus memperhatikan setiap gerak gerik Ridho dari samping.
"Ayahku memang best banget, dia orang yang selalu pertama mampu memahamiku, jujur aku suka sama Ridho!" batin Monika.
Karena jarak dari kantor ke rumah cukup jauh maka Monika sampai ketiduran bahkan sesekali kepalanya nempel di bahu Ridho, sesekali pula Ridho menggesernya karena merasa kesusahan untuk pegang setir.
Namun sudah berulang kali seperti itu akhirnya Ridho membiarkan hal itu, karena dia nggak tahu jalan dan mobil yang ditumpangi Yuda hilang entah ke mana akhirnya Ridho berhenti dulu di sebuah SPBU.
Selain istirahat dia mau membangunkan serta menanyakan di mana alamat rumah Monika.
"Cantik-cantik kok pelor begini, " Ridho mengumpat.
Pelor itu singkatan bagi orang yang yang 'Nempel langsung molor' jadi jika seseorang mudah sekali tidur maka namanya "Pelor"
"Bu ...! Bu ...! Bu ...!"
Ridho menepuk-nepuk bahu Monika dengan pelan tapi dengan jarak wajah yang sangat dekat.
"Apa ...?" tanya Monika.
Monika bertanya tapi dengan ekspresi ketakutan dan spontan memeluk Ridho, setelah beberapa detik kemudian Monika sadar lalu melepaskannya dengan sangat malu.
"Ma-maaf," ujar Monika sambil membuang muka.
Lalu Monika menyapu ke seluruh area luar mobil dia heran dan bertanya-tanya
"Ini di mana? Atau jangan-jangan kamu sengaja bersikap lugu supaya kami tertipu padahal sebenarnya kamu mau berbuat sesuatu di luar sepengetahuan kami?"
Monika bertanya dengan nada yang cukup tinggi, sementasi Ridho yang baru saja menenangkan diri lantaran dipeluk mendadak oleh Monika kembali tersentak karena Monika berprasangka buruk padanya.
"Maaf Bu, tadi Ibu ketiduran cukup lama. Saya kan nggak tahu alamat rumah Ibu, makanya mobil ke spbu kan dulu soalnya kalau parkir di sembarangan tempat saya takut ada apa-apa! Kalau Ibu curiga sama saya, lebih baik saya turun saja di sini silakan bawa mobil sendiri!"
Ungkapan Ridho cukup membuat Monika percaya, dia meneguk air minum terlebih dahulu lalu kembali bicara.
"Ya sudah kamu maju sedikit kita isi bensin saja dulu sekalian mumpung di sini!" ajak Monika.
Ridho pun menyalakan stater mobilnya kembali sesuai arahan Monika, namun setelah selesai dipenghujung jalan SPBU Monika menyuruh Ridho berhenti lagi.
"Stop dulu!"
Ridho pun mematikan mesin mobilnya sesuai petunjuk Monika, namun bukan petunjuk rumah melainkan sesuatu yang diluar Ridho pikirkan.
"Ayo turun dulu!" ajak Monika.
Setelah mereka sudah sama-sama berada di luar mobil maka Ridho merasa keheranan saat Monika memesan mie instan di pedagang kaki lima yang biasa berjualan 24 jam di seputar SPBU tersebut.
"Bang aku mau mie rebusnya dong! Tanpa telor tapi pakai cabe rawit diiris-iris ya!" ujar Monika.
Lalu menoleh ke arah Ridho seraya bertanya.
"Kamu harus mau ya! Karena saya tidak mau makan sendiri,"
Ridho kelimpungan bukan semata karena dia tidak biasa makan mie rebus malam-malam cuma merasa heran menilai Monika seorang perempuan yang berkedudukan tinggi di perusahaan tapi suka jajan di pinggir jalan.
"Bo-boleh Bu," jawab Ridho dengan nada yang terbata-bata.
Mereka pun menikmati jajan mie rebus berdua malam -malam di pinggir jalan, sempat terlihat Monika resah dengan nyamuk yang mengerumuni kakinya yang mulus dan putih tersebut, Ridho pun memberanikan diri untuk membuka
Jaket dan menutupinya.
"Maaf Bu, ditutupi saja biar nyamuknya nggak nyamperin!" cetus Ridho.
Dengan malu-malu juga Monika menerima ide Ridho tersebut, padahal maksud Ridho bukan semata alasan nyamuk namun kulit Monika dari setengah pahanya sampai ujung kaki membuat jiwa normal dia meronta-ronta.
"Ya Allah jauhkan hamba dari pandangan-pandangan yang membuat mataku berkhianat pada Rani!" batin Ridho bicara.
Tak lama setelah itu, si pedagang mie pun mengantarkan mie rebus pesanan mereka. Tanpa menunda waktu Monika dan Ridho pun segera menyantapnya.
"Ngomong-ngomong apa Ibu sudah biasa jajan di kaki lima, secara Ibu kan posisinya Big Bos. Kalau ada jurnalis yang meliput apa Ibu tidak takut kredibilitas Ibu jadi menurun?"
Ridho tiba-tiba berani mengeluarkan beberapa pertanyaan yang membuat hatinya todak penasaran lagi.
"Jangankan saya, Ayah dan almarhum Ibu dari dulu lebih sering beli jajanan atau bahkan makan besar di kaki lima. Bagi kami makanan kaki lima itu selain murah rasanya lebih enak,"
Monika menjawabnya dengan santai tidak seperti yang dia lihat ketika di kantor yang ekspresi wajahnya itu serius sekali.
"Oh ya apa Ayahnya Ibu juga nggak khawatir Ibu belum pulang jam segini, dia kan pasti sudah lebih dulu sampai mungkin ke rumah?"
Kembali Ridho bertanya lagi, dan kali itu Monik enggan menjawabnya Ridho pun tidak memaksanya dengan fokus menghabiskan mie yang di topang oleh telapak tangan dia.
Posisi tempat dagang yang serba sempit, mereka pun hanya duduk di kursi kecil ditambah nyamuk yang terus mengerumuninya meski kaki sudah aman ditutupi jaket Ridho tapi Monika terlihat sangat menikmati momen tersebut.
"Apa rumahnya masih jauh Bu?" lagi-lagi Ridho bertanya.
"Dekat kok," jawab Monika singkat.
Tak sengaja Ridho melihat gerak gerik seorang pria yang mencurigakan mendekati Monika, dia seolah siap tempur menghadang pria tersebut dengan cepat menarik tubuh Monika ke belakang tubuh dia saat pria tersebut sudah sangat dekat hendak meraih dompet juga ponsel mewah milik Monika.
Brukh Brukh
"Cepat masuk ke mobil Bu!" teriak Ridho.
Namun Monika nampak ragu dan akhirnya dibekap oleh seorang pria yang sepertinya teman satu komplotan dangan pria sebelumnya.
"Ridho ...!" teriak Monika.
Semua orang di sekitar itu tidak ada yang berani mendekati atau bahkan menolong sebab mereka berdua membawa senjata tajam.
Bersambung
Bagaimana kisah selanjutnya? Apakah Ridho dan Monika akan selamat dari dua pria bersenjata tersebut? Atau kah bagaimana?
Mari terus ikuti update cerita terbaru aku ya sobat, dengan cara klik col dan klik batu kuasanya juga supaya aku semangat terus kasih vitamin untuk kalian!