"Tolong ...!Tolong ...!" teriak Monika.
Dompet dan ponsel berhasil dirampas, dan Ridho pingsan berlumuran darah. Beruntung pedagang mie instan turut membantu membopong Ridho ke dalam mobil Monika.
Semula orang-orang di seputar SPBU teemasuk pedagang mie instan sama-sama takut dengan berdiam diri menjadi penonton atas perkelahian antara ke dua maling dan Ridho.
Beruntung ada petugas SPBU yang segera melaporkan kejadian tersebut ke pihak yang berwajib, namun nahas ke dua penjahat tersebut berhasil sebelum polisi datang ke lokasi.
"Ridho bangun! ...ayo cepat bangun Ridho! ...tidaaaaak! " kembali Monika berteriak sembari memeluk Ridho.
Salah satu petugas polisi membantu Monika untuk mengemudikan mobilnya menuju rumah sakit. Karena Monika panik melihat kondisi Ridho tidak sadarkan diri.
"Ridho sejujurnya aku suka sama kamu sejak pertama kali melihatmu, semoga kamu baik-baik saja ya!" lirih batin Monika dengan berurai air mata.
Posisi kepala Ridho berada di atas paha Monika, dipeluknya terus Ridho sebelum sampai di rumah sakit sembari ditangisi tanpa henti.
"Pak polisi tolong percepat! Saya takut dia kenapa-napa?" pinta Monika.
"Sebentar lagi Bu," jawab Polisi.
Setelah beberapa menit kemudian, gedung rumah sakit sudah terlihat oleh Monika.
"Ridho aku mohon, kamu bertahan ya! Aku ingin kamu tahu tentang perasaan aku!" lanjut Monika bergumam.
Gapura rumah sakit pun semakin terlihat jelas, lalu petugas polisi yang membawa mobil Monika tersebut langsung ke depan ruang IGD.
"Suster tolong bawa suami saya ke ruang IGD!" seru Monika.
Karena panik luar biasa Monika sampai keceplosan mengakui jika Ridho adalah suaminya pada perawat rumah sakit, sang polisi yang mengemudikan mobil Monika pun turut membantu mrmembopong tubuh Ridho keluar dari mobil sampai perawat membawa ranjang.
"Pak Polisi apa saya bisa minta tolong kembali? " tanya Monika.
"Silakan Bu!"
Polisi pun tegas menjawab iya, dan segera pula Monika ungkapkan kebutuhannya.
"Karena ponsel saya diambil maling tadi, jadi saya tidak bisa mengabarkan pada keluarga tentang hal ini," ungkap Monika.
Polisi tentunya sangat paham dengan arah maksud dan tujuan Monika ke mana.
"Alamat keluarganya di mana, biar kami langsung ke sana untuk menemui sekaligus memberi tahu keluarga anda!" sahut petugas polisi.
Monika pun menuliskan alamat di secarik kertas, lengkap dengan nama Yuda ayahnya.
"Ini Pak, nama Ayah saya Yuda!"
Polisi segera bergerak cepat untuk mencari alamat yang ditulis Monika, sedangkan Monika sendiri fokus mengurus Ridho untuk dipindahkan ke ruang ICU.
"Baik Bu, kalau begitu kami permisi. Untuk berjaga-jaga tim kami sebagian bertugas patroli di seputar rumah sakit untuk menjaga hal-hal yang berhubungan dengan kejadian tadi!" ujar polisi.
Dengan ekspresi wajah yang masih panik, mata sembab dan pakaian penuh dengan darah yang berasal dari hidung dan mulut Ridho Monika mengiyakan ucapan polisi.
"Iya Pak, terimakasih!"jawab Monika.
Monika segera menandatangani surat persetujuan jika Ridho harus segera di ICU, sebab kondisinya sudah sangat mengkhawatirkan.
Tak berselang lama Yuda pun datang menemui Monika yang tengah duduk termenung di depan ruang ICU.
"Mon!" panggil Yuda.
Sontak Monika langsung menengadahkan kepalanya lalu berdiri dan memeluk Yuda sang ayah.
"Ayah, aku takut jika Rodho ...!"
Monika tidak melanjutkan bicaranya, Yuda segera menarik wajah sang anak dan menutup mulutnya dengan jari telunjuk dia.
"Percayalah Ridho akan baik-baik saja!"
Yuda sangat membaca kondisi batin putrinya seperti apa.
"Tapi Yah kata dokter Ridho kehabisan banyak darah, aku lagi menunggu hasil laboratorium apakah darahku cocok untuk Ridho atau tidak?" ungkap Monika.
Yuda memegang bahu Monika, dia menyerukan supaya Monika segera pulang.
"Sekarang pulanglah dengan Kakakmu ini! Kamu harus istirahat dan menenangkan diri, Ayah sedang menunggu teman untuk mendonorkan darahnya pada Ridho!"
"Tapi Yah!"
Sempat menyanggah tapi Yuda menekankan Monika untuk istirahat dan mengamankan diri dari perampok yang bisa saja mengincarnya lagi.
"Ingat penjahat itu bisa saja mencari mu, karena kamu sudah melibatkan polisi atas kasus ini. Sudahlah Ayah paham isi hati kamu seperti apa! Solusi pulang lebih aman,"
Monika pun akhirnya mengikuti bujukan Yuda, dia pulang dengan Rendi sang Kakak yang baru datang dari Amerika
"Ayo Mon, Kakak anterin!" ajak Rendi.
Setelah Monika pulang, Yuda segera ke ruang laboratorium. Dia tidak hanya menawarkan diri untuk mendonorkan namun dia berusaha memaksa pada tim yang ada di sana supaya menyatakan jika darah Monika tidak cocok dan darah dia lah yang cocok untuk Ridho.
Negosiasi berjalan cukup alot, karena pada dasarnya pihak rumah sakit tidak mau disalahkan oleh kasus tersebut dikarenakan usia Yuda sudah tidak masuk kriteria srkaligus mengalami riwayat penyakit jantung, namun Yuda memastikan jika dia bertanggungjawab atas semua itu.
"Baiklah Pak jika itu yang Bapak mau, silakan tandatangani surat pernyataan persetujuan donornya di sini!"
Dengan banyak pertimbangan pihak rumah sakit pun mengabulkan permintaan Yuda, pendonoran pun segera dilakukan.
Dua hari kemudian.
"Siapa yang sudah mendonorkan darahnya pada Ridho suater?" tanya Monika.
Seorang perawat yang satu lagi membuka kain gordyn dan memperlihatkan jika Yuda lah yang sudah menyumbang nyawa pada Ridho.
Monika pun kaget dibuatnya, selama dua hari ini dia menyangka jika Yuda sakit biasa tapi ternyata dia berkorban pada Ridho demi rasa sayang anaknya pada Ridho.
"Ridho!" lirih Yuda.
"Iya Pak! "sahut Ridho.
"Saya titip Monika! Tolong jaga dia putri saya satu-satunya!" lirih Yuda.
Pernyataan Yuda membuat Ridho serba salah, di satu sisi dia berhutang nyawa tapi di sisi lain dia pun memiliki istri yang harus dijaga perasaannya.
"Ma-maksud Bapak apa ya? Saya tidam paham," Ridho balik bertanya.
Yuda memegang dada kirinya lalu memanggil anak-anaknya untuk memeluk dia.
"Anak-anakku sini peluk Ayah!" ajak Yuda
"Semua harta sudah Ayah bagi secara adil dan rata, jadi kalian jangan pernah untuk berselisih paham!" pesan Yuda.
Monika, Rendi juga Fadhil kompak memeluk Yuda dengan tangisan berjamaah serta panggilan yang saling bersahutan.
"Ayah ...!"
"Ayah ...!"
"Ayah ...!"
Ke tiga anak Yuda saling bersahutan sambil memeluk Yuda.
"Ayah pun ingin tenang sebelum malaikat Ijroil benar-benar menjemput nyawa Ayah! Kamu Monika menikahlah sekarang juga di hadapan Ayah!"
Monika dan Ridho sama-sama tersentak, Monika memang menyukai Ridho namun dia tidak menyangka jika harus sekilat itu.
"Tapi Yah! Ridho kan?" sanggah Monika.
"Ayah paham, tapi hanya Ridho pria yang menurut hati Ayah benar-benar bisa menjaga kamu,"
Tak hanya menyerukan tapi Yuda pun sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Yuda memanggil ustad yang sudah dipercaya untuk mengurus segala macam keperluan menikah Monika dan Ridho.
Bersambung
Apakah Ridho akan menerima pernikahan yang ditawarkan Yuda untuknya? Atau seperti apakah kisah selanjutnya?
Klik batu kuasa supaya novel aku terpilih menjadi salah satu naskah novel yang menarik, terus update cerita aku juga ya!