Namun bukan karena dokter akan melarang Papah, melainkan takut kalau Mas Raka keburu bangun dan mengetahuinya bahwa Papah menemui dirinya.
"Ayo pah!" Ajakku menarik tangan Papah berjalan menuju kamar rawat Mas Raka.
Ceklek
Pintunya ku buka, dengan begitu pelan takut mengganggu tidur Mas Raka jika dia memang sedang tertidur. Untuk itu, aku berusaha untuk tidak membuat kebisingan saat masuk, agar tidak membangunkan Mas Raka.
"Mamah tidak masuk?" Aku menoleh ke arah yang masih berdiri di luar, dengan raut wajah yang masih terlihat masam. Mungkin Mamah masih marah pada Papah setelah mereka bertengkar beberapa menit lalu.
"Mah! Mau masuk, atau menunggu di luar?" Ulangku belum berani menutup pintunya, takut Mamah mau ikut masuk.
"Mamah boleh masuk juga, asal jangan ribut-ribut di dalam! Nanti Mas Raka bangun dan pastinya dia akan marah karena waktu istirahatnya harus terganggu." Paparku pada Mamah memberikan syarat seandainya dia mau masuk.