Sesampainya di kediaman Jenderal Kim, wajah Jenderal Kim sangat terlihat masam dan segera mengecek kamera cctv, yang ada di rumahnya. Jenderal Kim curiga, bahwa ada orang dalam yang membocorkan keberadaan Alena.
"Hmm... Alena kau istirahatlah dulu, nanti aku menyusul, ada hal yang harus aku selesaikan dulu ya".
"Jenderal Kim, harusnya kau yang paling utama istirahat, kau baru saja pulang dari rumah sakit".
"Sudahlah jangan membantah, aku sudah baik-baik saja, bukan hal yang baru seorang tentara tertembak, aku sudah sering seperti ini, ingat sekali aku berkata, jangan pernah membantahku, kau masih ingin aku sayang, maka jangan pernah membantah setiap perkataanku, kau tidak perlu mengajari, kau tidak perlu khawatir Alena, aku sudah biasa, tentara itu harus selalu siap dalam keadaan dia hampir mati sekalipun, sudah ya kembalilah ke kamar dulu".
"Baiklah Jenderal Kim".
"Hmm..Pak Choi, ikutlah bersamaku, kita harus segera selesaikan urusan yang kemarin aku pernah bahas padamu".
"Siap laksanakan Jenderal Kim".
"Baik kita pantau cctv, saat kejadian aku pergi menuju Busan, dan saat Alena pergi ke tempat percetakan undangan".
"Siap Jenderal Kim, ini kita klik seseuai tanggal yang Jenderal Kim inginkan".
Setelah melihat kamera cctv, Jenderal Kim , meminta memperlambat pada detik 43 menit.
"Hmm..Pak Choi..nah itu sudah terlihat, ada seorang wanita yang mengenakan baju pelayan, namun dia menutupi wajahnya, sebentar... kita tahu semua, kalau satu-satunya pelayan di rumah ini, hanya Yoe Xien, itu terlihat jelas dia keluar dari rumah ini, dan menemui Wu Jin, dan itu mobilnya Wu Jin yang dia pakai untuk menjadi supir taxi online gadungan".
"Tetapi untuk apa Yoe Xien melakukan hal itu kepada nona Alena, apakah mereka saling mengenal, saya rasa tidak mungkin".
"Hmm...sekarang dimana Yoe Xien?"
"Saya lihat tadi pagi sepertinya dia sedang ke supermarket".
"Hmm...panggilkan dia sekarang, mungkin sudah pulang dia!"
"Siap Jenderal Kim".
Selang lima menit, Pak Choi sudah membawa Yoe Xien kehadapan Jenderal Kim.
"Permisi Jenderal Kim, ini Yoe Xien".
"Baiklah, Pak Choi jangan lupa tutup pintunya, aku tidak mau ada satupun orang yang mendengar obrolan kita, hmm nenek Yoon dimana?"
"Nenek Yoon sepertinya sedang kontrol kesehatan ke dokter".
"Bagus..ya sudah, Yoe Xien, kenapa wajahmu mendadak pucat seperti itu?"
"Hmm ti..tidak ada apa-apa Jenderal"jawab Yoe Xien dengan rasa ketakutan, yang berusaha dia tutupi
"Sekarang ada hal yang ingin aku tanyakan, saat aku pergi menuju Busan dan Alena pergi ke tempat percetakan undangan, kau sedang berada di mana?"
"Sa..saya ada di sini Jenderal Kim".
"Plakkkkk"Jenderal Kim menampar pelayan itu dengan sangat keras
"Ampun Jenderal Kim, saya tidak terlibat apapun dalam hilangnnya nona Alena".
"Hah...apa kau bilang, kau tidak pernah terlibat akan hilangnya Alena, dari mana kau tahu kalau Alena menghilang, aku belum membahas apa-apa, jawab dengan jujur, atau riwayat hidupmu akan selesai hari ini juga, dan bantuan selama ini yang aku berikan untuk seluruh keluargamu aku cabut, jawab Yoe Xien, jangan diam saja, masih tidak mau mengaku hah"Jenderal Kim menekan bahunya Yoe Xien dengan sangat keras dan penuh amarah.
"Saya benar-benar tidak tahu apa-apa Jenderal, saya tidak mengerti apa yang Jenderal maksud".
"Ohh..masih mau menyangkal kau rupanya. Lihatlah semua rekaman ini, apakah ini bukan dirimu, apa hubunganmu dengan Wu Jin, jawab?"
"Saya hanya disuruh Wu Jin, saya tergiur karena uang yang diberikan sangat banyak, dan saya pun juga sangat membenci nona Alena, karena semenjak ada dia posisi saya di dapur tergeser, dan Jenderal Kim lebih memilih dia untuk menjadi satu-satunya yang menyiapkan segala keperluan Jenderal Kim, saya benar-benar menyesal Jenderal Kim, maafkan saya?"
"Maaf katamu, dengan mudahnya kau meminta maaf dan baru menyesali segala perbuatan jahatmu, kau pikir aku malaikat, yang dengan mudahnya memaafkan seorang pelayan sepertimu yang tidak tahu balas budi, dan kau tidak tahu berterima kasih, hanya karena hal sepele, kau sudah hampir membuat Alena meninggal, ingat apapun yang pernah dirasakan Alena, kau juga harus merasakannya, Wu Jin sudah berulang kali memukul wajah Alena, yang tidak lain adalah calon istriku, di sini aku yang berhak menentukan siapapun untuk menjadi bagian dari hidupku, apakah kau tidak pernah memikirkan dampaknya, ingat videomu ini sudah aku sebarkan ke seluruh media televisi berikut fotomu, mulai detik ini. Kau aku pecat tanpa gaji, dan sebentar lagi, kau akan aku kirim, bersama dengan Wu Jin, Joon Wo, ke sebuah penjara kematian".
"Ampun Jenderal Kim, jangan kirim saya ke sana, saya takut"sembari berlutut memohon agar tidak dikirim ke penjara kematian
"Enyah kau dari hadapanku, kau lupa aku ini Jenderal yang paling terkejam, saat ada orang terdekatku dilukai, dan kau adalah salah satu orang yang terlibat akan hilangnya Alena, ingat sampai kau menangis darah pun, aku tidak akan pernah memaafkanmu, kau mau mati, kau mau bagaimana, sudah bukan lagi urusanku, Pak Choi,segera panggilkan Min Yuk dan semua ajudan, urus pelayan tidak tahu diri ini, Jenderal Lee sudah menunggu di Markas Pusat, bersama dengan beberapa tersangka lainnya, yaitu Wu Jin dan Joon Wo".
"Siap laksanakan Jenderal Kim".
Tak lama Min Yuk dan beberapa ajudan Jenderal Kim datang menghampiri panggilan Jenderal Kim.
"Jenderal Kim, ampun, aku benar-benar menyesal"Yoe Xien yang mulai ketakutan
"Sudah bawa dia, jauh-jauh dari hadapanku, aku sudah muak melihat wajah penghianat dan penjahat masih berkeliaran di sekitar rumahku, kalau di dalam perjalanan dia melawan, tindak saja, kalian urus dia, nanti malam aku menyusul, aku ingin menyaksikan bagaimana nasib ketiga tersangka yang sudah berani mengusik ketenanganku".
"Siap laksanakan Jenderal Kim, kami berangkat dulu".
"Okay, jangan lupa kabari aku, setelah kalian tiba di sana ya".
"Baik Jenderal Kim".
Selang satu jam berlalu, ada suara langkah terdengar bersamaan dengan suara sebuah tongkat, siapa lagi , kalau bukan nenek Yoon. Melihat Jenderal Kim termenung di dalam ruang cctv, nenek Yoon menghampirinya.
"Ya Tuhan Kim..apakah kau sudah benar-benar pulih?"tanya nenek Yoon''
"Hmm seharusnya masih lima hari lagi nek aku di rumah sakit, tetapi sungguh keadaan dan aroma rumah sakit yang membuatku mual, dengan bau-bau obat-obat, aku memilih untuk dirawat di rumah saja dan dokter akhirnya memberikan ijin, namun aku harus tetap kontrol per dua minggu nek".
"Kim..luka tembakmu bagaimana, harusnya kau masih istirahat cucuku, hmm kenapa kau begitu nakal sekali".
"Tenang saja nek, nenek lupa dulu kakek juga salah satu Jenderal terkuat".
"Ya kau dan kakekmu sama-sama keras kepala, selalu memaksakan kondisi, dengan berkata, kami ini tentara tidak boleh lemah, meskipun keadaan sudah hampir mati. Ya sudah nanti aku belikan obat herbal untuk mengeringkan semua luka tembakmu ya, lalu siapa dalang dibalik penculikan Alena, dan dimana Alena , mana dia?"
"Nek. semuanya sudah aku atasi, dalangnya Joon Wo dan saudaranya Wu Jin, dibantu oleh pelayan tidak tahu diri kita itu".
"Apa..siapa Yoe Xien maksudmu, tetapi untuk apa Kim, apa motifnya sehingga dia mau bekerja sama dengan penjahat yang kau bilang sudah korupsi dana bantuan logistik".
"Sudahlah intinya dia tergiur akan bayarannya dan dia membenci Alena, karena dia merasa posisinya di dapur dan menjadi chef utama untukku tergeser".
"Hmm...itulah, dari awal nenek merasa dia seperti bukan orang baik, dia seperti penjilat benar saja, hanya karena uang, kebaikan kita, dengan mudahnya dia tukar, dasar pelayan tidak tahu diuntung, lalu kau berikan hukuman apa dia".
"Nek...intinya sudah aku bereskan, aku sudah kirim mereka semua ke tempat yang paling mematikan".
"Ya sudah di mana Alena, Kim?"
"Hmm.. Alena sudah istirahat, dia juga sedang tidak baik hatinya, biarkan dulu istirahat".
"Ya nenek paham, pasti akan mendatangkan trauma, karena pernah menjadi korban penculikan, nenek mau tengok dia dulu ya, dan maafkan nenek, lain kali nenek tidak akan meminta Alena untuk bepergian sendiri lagi".
"Ya nek, sudahlah, jangan mengungkit masa lalu, aku tidak akan pernah menyalahkan nenek, aku yang salah di sini. Kurang bisa menjaga Alena dengan baik".
"Sudahlah yang terpenting kau dan Alena selamat sampai rumah ya"sembari mengelus pundak Kim.