"Pritam tidak akan pernah melepaskan Lova," katanya. Dia terus-menerus mengulang kalimat yang sama, sesekali menoleh ke arah lawan bicaranya lalu kembali fokus menatap ke arah layar ponselnya.
Sepertinya dia berusaha untuk menyembuhkan dirinya.
"Tahu dari mana kamu tentang itu? Karena kamu teman dekatnya sekarang?" Karan menyahut, senyum terlukis seadanya. Dia sedang fokus bekerja sekarang jadi bukan saat yang tepat untuk memikirkan Lova. "Karena kamu peramal atau dukun?" Dia tertawa ringan di bagian akhir kalimatnya.
"Itu terlukis dari wajahnya, aksinya juga tidak main-main," imbuh Candra, melirih di bagian akhir kalimat. Dia berharap kalau pria yang ada di depannya itu akan menoleh, menatap ke arahnya. Namun, dia salah besar. Ternyata Karan tidak peduli dengan keberadaannya. Toh juga, sebenarnya dia sudah diusir sejak tadi. Sejak kali pertama menjatuhkan langkah kaki di dalam ruang kerjanya.
"Pritam seperti itu sejak kuliah, kamu tahu sendiri." Candra mengimbuhkan.