Pritam menyodorkan semangkuk es krim untuk gadis yang ada di depannya. Tentu saja setelah memastikan kalau Lova sudah kembali sadar setelah kesetanan tak jelas seperti tadi.
Tentu saja berat untuk dirinya, mendapati temannya yang begitu. Jakarta benar-benar bisa mengubah seseorang menjadi jauh lebih mengerikan dari yang dibayangkan.
"Katanya semua perempuan akan punya perasaan yang baik setelah memakan setidaknya satu sendok es krim." Dia menatap ke arah gadis yang diajak berbicara. Lova ternyata masih memilih untuk diam, dia tidak acuh dan memainkan tisu yang Pritam berikan tadi.
"Aku yang akan menangani Rosa," katanya pada Lova. Setelah nama itu disebut, dia berani menatap lawan bicaranya.
"Aku janji aku yang akan menangani dia sampai benar-benar tuntas."
Jujur saja dia tidak tahu apa maksudnya, ini benar-benar membuatnya gila. Dia ingin memprotes, tetapi dia saja tidak bisa berbicara sekarang. Keadaan membuatnya jauh lebih ingin bisu tanpa suara.