"Bagaimana apanya?" Lova kesal, pada dirinya sendiri. Hanya bisa menatap cermin yang ada di depannya sekarang, dia tidak tahu harus berbuat apa selain menggerutuki dirinya sendiri.
"Pritam itu kurangnya apa?" Nike membuat suara dari sana. Menatap punggung milik Lova. "Kaya, mapan, tampan, berwibawa, punya segalanya. Kamu kalau nikah sama dia, jaminannya bahagia." Dia tertawa kecil. "Kalau memang gak mau, jangan tarik ulur begitu!"
Nike meletakkan gelas di atas meja. Pandangan matanya tak pernah lepas dari Lova yang berdiri di sana. "Emangnya kamu punya potensi untuk bisa menyukainya?"